Happy reading
Sorry for typoBerminggu-minggu Crystal mendekam di ruangan laknat bin keramat, hari ini ia diperbolehkan pulang. Senang? Tentu saja.
Ya tapi kebahagiaan Crystal rupanya hanya sebatas saat dokter mengatakan dia boleh pulang. Kini ia sudah dilanda kebosanan dan kegabutan. Di mansion Karl Crystal hanya duduk di atas kasurnya dan tidak melakukan apa-apa.
Mengapa Crystal ada di mansion Karl? Jawabannya adalah karena kedua belah pihak sepakat untuk berdamai. Namun hal tersebut disambut penolakan keras dari gadis berambut pendek itu. Bisa-bisa dia beneran mati muda kalau begini caranya.
Tenang saja, Crystal tidak ditinggal sendirian begitu saja. Ia berada di mansion Karl bersama Bryan dan Vito. Keluarganya yang lain sudah pulang karena sibuk mengurus urusannya masing-masing. Gadis nakal itu tidak diperbolehkan ikut kembali ke Indonesia mengingat kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih.
Crystal tak habis pikir, harusnya keluarganya dan keluarga Karl bermusuhan. Sekarang kenapa malah begini, kan nambah deh setan-setan yang akan mengawasi dan membuntuti Crystal setiap hari.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut gadis yang kini sudah berusia 16 tahun itu. "Bosaaaaannnn.... Apa gue coba buat jalan ya? Barangkali aja tulang gue dah nyambung."
Nekat memang, Crystal menurunkan kakinya dari kasur dan mempersiapkan lahir batinnya untuk berdiri.
Gedubrak
"Auuu... Ssshhhh..." Dengan tidak elitnya Crystal jatuh. Kedua kakinya juga terasa begitu nyeri. Tapi ia tidak kehabisan akal. Kalau gak bisa jalan, kan bisa ngesot atau merangkak.
Dengan susah payah Crystal menyeret kedua kakinya yang terasa mati rasa menuju pintu balkon. Awalnya ia ingin menuju ke pintu keluar kamarnya namun ia paham betul kalau di luar sana ada Vito yang berjaga. Bisa-bisa mampus kalau Vito tau.
Dengan susah payah Crystal membuka pintu untung saja pintunya tidak dikunci. Baru saja terbuka separuh, pintu tersebut bergeser kembali ke tempat semula.
Jantung Crystal sudah tidak karuan lagi dalam memompa darahnya. Kelenjar keringat juga tak ingin kalah melakukan pekerjaannya.
"Kakak mau kabur ya... Masuk ke dalam! Atau Aland rantai kaki kakak"
"Woy bocil, gue kakak lo jadi lo gak berhak ngatur-ngatur gue"
Aland berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Crystal. "Mungkin memang benar di sini Aland kurang berhak mengatur kakak, tapi orang di belakang Aland berhak." Senyum manis terpatri di wajah Aland namun tidak bagi Crystal.
Dengan gerakan sangat lambat Crystal mendongakkan kepalanya.
Glek
"Anu... Kakak apa kabar?" Tanya Crystal basa-basi.
"Bodoh! Bodoh sekali kau Crystal," umpatnya dalam hati merutuki perkataan tidak berfaedahnya.
"Bukankan seharusnya kakak yang menanyakan hal tersebut kepada adik kakak yang nakal?" Bryan tersenyum manis hanya untuk gadis yang tengah terduduk di lantai itu.
Namun beberapa detik kemudian senyum itu luntur dan tergantikan oleh tatapan tajam dan dingin. Aura mencekam juga sangat terasa di sini.
"A- ampun kaaaakkkk!!!" Pekik Crystal kala Bryan menyeret paksa Crystal agar kembali ke tempat tidurnya.
"Berhenti memberontak kak! Kami hanya ingin yang terbaik untuk kakak," peringat Aland sambil membantu Bryan menyeret tubuh kurus Crystal.
Setelah dibaringkan Bryan langsung memeriksa siku Crystal yang lecet akibat terjatuh tadi. Tidak dalam namun yang namanya seorang kakak pasti khawatir akan kondisi adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...