Happy reading
Sorry for typoDi pagi buta, kegaduhan terjadi di mansion Karl akibat kedatangan 2 orang tamu tak diundang. Karl sampai pusing dibuatnya. Oh yang benar saja, ini masih jam 3 pagi, waktu dimana orang-orang masih terlelap.
"Karl, dimana cucuku?"
"Sudah kubilang mom, Aland ada di kamarnya, kalau kalian ingin menemuinya silahkan langsung masuk saja," ucap Karl sambil memijat pelipisnya.
"Tidak tidak, kami kemari bukan untuk mencari dia. Dimana cucuku yang satunya?"
"Cucu yang mana lagi Dad? Ah terserah kalian lah. Cari saja sepuasnya, aku mau tidur."
Karl meninggalkan orang tuanya yang masih sibuk membuka ruangan-ruangan yang ada di mansion nya satu persatu. "Ck, merepotkan sekali, aku kan tidak punya anak selain Al-"
Karl berhenti sejenak. Sepertinya dia mengingat sesuatu.
"Shit shit shit bagaimana aku melupakan anak nakal itu." Karl segera berlari menyusul kedua orang tuanya yang sudah berada di depan kamar Crystal.
Jangan. Jangan sampai mereka tahu. Bisa-bisa Crystal diambil oleh mereka.
"Mom Dad jangan dibuka!" Peringat Karl sedikit berteriak.
Jangan dibuka berarti wajib dibuka. Begitulah prinsip Jayden. Dia membuka pintu tersebut.
Karl yang menjadi panas dingin melihat Daddy nya dengan santai membuka pintu kamar Crystal dan melenggang masuk diikuti Mommy nya.
"Wah... Mari kita lihat siapa yang sedang meringkuk di bawah selimut," ucap Laura antusias.
Tanpa basa-basi lagi, Laura menyibakkan selimut Crystal.
"Uwaa... Imutnyaa," lirih Laura. Ia tidak ingin membangunkan gadis yang tengah meringkuk sambil mengemut jempolnya sendiri.
Jayden menyingkirkan jempol Crystal, kemudian ia menggantikannya dengan sebuah pacifier yang entah memang sengaja dia bawa atau bagaimana. Katanya sih biar lebih higienis.
Crystal sedikit terganggu akibat gerakan Jayden namun ia terlelap kembali setelah dipuk-puk punggungnya oleh Laura.
"I'll take her," ucap Jayden kemudian ia menggendong tubuh Crystal dengan sangat hati-hati agar anak itu tidak terbangun.
Tentu saja Karl tidak terima dengan kelakuan Jayden yang seenak jidatnya ingin membawa putrinya. Mentang-mentang orang tua, ngambil anak sembarangan.
Tanpa pikir panjang Karl langsung menyerang Jayden yang notabenenya adalah ayahnya sendiri agar Crystal diletakkan kembali ke kasurnya.
Karl berusaha menarik lengan Jayden dan tak lupa menggigitnya agar gendongan itu terlepas.
Laura dan Wilson yang melihat perkelahian antara ayah dan anak itu hanya menggelengkan kepala. "Konyol," batin mereka berdua.
Jayden memekik tertahan. Gigitan putranya, Karl terasa begitu menyakitkan. Tak ingin Crystal terbangun, Jayden meletakkan kembali gadis dalam gendongannya ke kasur.
Melihat putrinya sudah diletakkan kembali, Karl semakin gencar menyerang Jayden. Ia harus menyalurkan rasa kesal dan amarahnya sesegera mungkin.
Tak ingin kalah dengan putranya, Jayden membalas semua serangan Karl.
Pukulan, cakaran, bahkan gigitan saling beradu. Wilson khawatir saat Crystal mulai bergerak gelisah, mungkin dia terganggu akan suara yang dihasilkan perkelahian itu.
"Nyonya, izinkan saya membawa nona Crystal ke kamar lain agar tidurnya tidak terganggu pertikaian konyol ini," izin Wilson.
"Bawa saja, kasihan cucuku punya Papa dan Opa yang sama-sama tidak waras"
Karena terlalu asik bertarung, Karl dan Jayden sampai tidak sadar anak yang mereka perebutkan sudah tidak berada di ruangan itu lagi.
•••
"Hoooaaammm...." Crystal mengangkat kedua tangannya ke udara lalu meregangkan badannya.
"Selamat pagi duni- eh kamar gue kok berubah?" Matanya bergerak memperhatikan sekeliling. Ia rasa ini masih di mansion tapi kenapa tiba-tiba dia bisa pindah kamar? Apa dia mengidap penyakit tidur berjalan?
"Bodo ah, terus ini empeng siapa?" Crystal memperhatikan empeng bayi yang tergeletak di sebelah bantalnya. Ia kemudian mengambil empeng tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Lucu juga rasanya, pantesan bayi suka"
Tersadar akan perbuatannya yang tidak baik itu, Crystal langsung melepas empeng tersebut dan membuangnya asal.
"Gila ya anak sangar gini dikasih begituan, Karl bangsat itu pasti pelakunya," geram Crystal.
"Nona, mari turun ke bawah untuk sarapan"
"Anjim anjim! Ngetuk pintu kek, salam kek, main nyelonong aje lu bang, entar gue jantungan gimana? Abang mau tanggung jawab?"
Ya Crystal kaget lah. Perasaan barusan juga gak ada orang, terus ini tiba-tiba si Wilson udah ada di sampingnya aja.
Crystal menjulurkan kedua tangannya. "Ayo"
Lagi males jalan aja si Crystal soalnya jauh woy. Lu bayangin aja jalan dari kamar 1 ke kamar lainnya bisa membutuhkan waktu 3 menit jika berjalan cepat. Gak mikir emang si Karl, gak tau apa Crystal itu orangnya mager alias males gerak.
Wilson yang mengerti pun langsung menggendong Crystal ala koala. Lalu ia keluar dan membawa Crystal ke bawah untuk makan.
•••
"Oh... Ini orang tuanya Papa, kirain sapa. Terus itu kenapa di wajah Papa sama Opa ada bekas cakaran gitu? Kita kan gak punya kucing"
Jayden dan Karl dibuat gelagapan oleh pertanyaan Crystal. Masa iya mereka mau bilang jujur kalau mereka habis bertengkar memperebutkan Crystal.
"Itu kemarin mereka habis rebutan kucing sayang, mangkanya kena cakar," jelas Laura.
Fellycia dan Aland malah terkekeh geli mendengar penjelasan Laura. Mereka berdua sudah tahu apa yang terjadi semalam. Konyol sekali.
"Crystal, ikut tinggal bareng Opa sama Oma ya? Nanti Opa belikan semua yang Crystal minta"
"Gak boleh! Crystal tetap di sini ya sayang..." Balas Karl tegas.
Laura mulai jengah dengan kelakuan ayah dan anak itu. "Sudah cukup kalian berdua!"
Oh Crystal mengerti sekarang.
"Yaudah, Crystal tinggal sendiri aja. Kan adil, kalian gak ada yang dapet Crystal," jawab Crystal dengan santainya.
Keluarga Dominic yang lain pun langsung mendelik mendengar penuturan Crystal. Anak ini ya... Cerdas sih tapi kok cerdasnya bikin orang-orang ngelus dada.
"Diam berarti iya. Yeaayyy.... Crystal bebas." Anak itu melompat kegirangan.
"Gak ada bebas-bebas, masuk kamar!" Ucap Karl dan Jayden berbarengan.
T
B
CGimana gimana? Mulai bosen?
Kalau gak bosen tolong tinggalkan jejak
See you next chapter
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...