Putus Asa

6.5K 878 183
                                    

Happy reading
Sorry for typo

Crystal terbangun di tengah malam untuk kesekian kalinya. Ia menatap miris keadaan kedua kakinya yang terbalut gips dan perban putih. Kakinya pun masih terasa sedikit nyeri. Setega itukah Karl kepada dirinya?

Dokter kemarin benar-benar mematahkan kedua kaki Crystal. Oh yang benar saja, karena Karl Crystal tidak akan bisa berjalan selama berbulan-bulan.

Sebulir air mata lolos dari pelupuk mata Crystal. Ia rindu masa-masa dimana dirinya bersama Richard. Dia juga ingat bagaimana kenakalannya dulu yang memangil keluarganya sendiri dengan sebutan setan dan iblis.

"Setidaknya sikap mereka tidak seiblis Papa Karl," batinnya sambil terkekeh kecil.

Masa-masa yang indah. Punya 3 sahabat yang selalu mendukung Crystal. Punya keluarga yang sayang walaupun sedikit berlebihan. Yang terpenting adalah hatinya penuh kehangatan dan sedikit jengkel karena kelakuan Richard dkk.

Ingin Crystal putar kembali waktu ke masa-masa itu. Ia juga ingin membuat spaghetti Coca Cola untuk Richard. Ah iya, dia juga rindu menjahili Vito dan Leo. Bagaimana ya keadaan mereka berdua? Semoga saja mereka masih hidup.

Memikirkannya saja sudah membuat perasaannya seakan teriris. Teriris oleh kenyataan pahit yang terus menimpanya.

Kalian pasti pernah menangis dalam diam. Itulah yang dilakukan Crystal sekarang. Ia tidak ingin membangunkan seorang singa psikopat yang sedang tertidur di sofa.

"Daddy kapan bawa Crystal pulang?"

•••

Matahari sudah keluar dari persembunyiannya 5 jam yang lalu namun Crystal masih enggan membuka matanya. Bukan karena ia sedang dibawah pengaruh obat tapi karena ia malas melihat wajah Papanya.

Ocehan demi ocehan terus Karl keluarkan. Crystal mah masa bodo dengan itu.

"Buka matamu Crystal at-"

"ATAU APA? MAU BUNUH CRYSTAL? IYA? BUNUH AJA BUNUH!" Teriak Crystal. Ia sudah jengah dengan semua ini. Air matanya tak dapat ia tahan lagi.

"Jaga bicaramu! Papa melakukan ini karena Papa sayang sama kamu," balas Karl dengan nada yang meninggi pula.

Crystal tersenyum miring. Apa kata Karl tadi? Sayang?
Seperti itu kah cara mengungkapkan rasa sayang yang benar?

"Baiklah. Lakukan apa saja yang ingin tuan lakukan, toh posisi saya di sini hanya boneka anda."

Bagai tersambar petir di siang bolong, ucapan Crystal mengena di hati Karl.

"Maafkan Papa honey." Karl mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata Crystal namun ditepis mentah-mentah oleh gadis tersebut.

"Kata maaf Papa tidak akan bisa mengembalikan tulang Crystal yang patah." Crystal kembali menutup matanya dan memalingkan wajahnya dari Karl.

Karl menghela nafasnya panjang. Lalu apa yang harus ia lakukan agar Crystal memaafkannya? Mengembalikan Crystal ke Richard? Big no. Crystal hanya milik dia, milik Karl Dominic seorang.

"Terserah kamu saja lah. Sebanyak apapun air matamu keluar tidak akan Papa serahkan kamu kepada Richard." Setelah mengucapkan itu Karl beranjak pergi meninggalkan Crystal seorang diri di kamar rumah sakit yang luas dan mewah itu.

Tangis Crystal semakin pecah saat mendengar ucapan Karl. Ia ingin kembali ke kehidupan lamanya. Crystal sudah tidak tahan lagi di sini.

Andai saja kedua kakinya masih bisa ia gerakkan pasti Crystal sudah kabur dari tadi.

Dunia Crystal serasa hancur saat ini. Menjadi tidak berdaya di tangan seseorang yang kejam.

"Hiks Papa gak ngerti hiks Papa gak peduli hiks dengan Crystal"

Crystal terus menangis sampai ia tertidur akibat kelelahan.

•••

"Kakak... Ayolah muka mulutmu. Kakak belum makan dari tadi pagi loh," bujuk Aland. Dirinya berusaha menyuapkan sesendok bubur ke Crystal. Sekarang sudah malam dan Crystal masih belum memasukkan apapun ke dalam perutnya.

"Sudah Al, gak usah berusaha nyuapin gue. Gue gak ada semangat buat hidup"

Aland sontak kaget mendengar kalimat putus asa yang keluar sendiri dari mulut Crystal.

"Kak Crystal jangan ngomong gitu dong, gak kasihan dengan Aland, Papa, dan Mama?"

Crystal tidak menjawab pertanyaan dari Aland dan memilih tidur kembali. Aland pun tidak bisa memaksa Crystal. Ia tahu Crystal sedang terpuruk.

Aland meletakkan kembali sesendok bubur itu kembali ke mangkuknya. Ia membiarkan Crystal beristirahat.

.
.
.

"Tuhan izinkan gue mati"

T
B
C

Pendek? Iya lah pendek
Pusing aing
Maaf ya

Makasih dah baca cerita ini
See you next chapter
Bye bye~

Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang