12. Sekolah 2.

41.1K 3K 253
                                    

SELAMAT MEMBACA

Sekolah
16 August 2021

"Eh Kak Lean udah balik tau," ujar dalah satu murid, "Makin ganteng anjir."

"Iya kah? Mana dia? Ih kok gue ga liat si anjir."

"Tuh!" salah seorang temannya menunjuk ke arah Lean.

Lean saat ini berjalan di samping Nara, merangkul pundak gadis itu posesif, setelah ia di beri hukuman oleh Reni, seolah tak jera ia masih suka menguntit Nara kemanapun gadis itu pergi.

"Woy!" seseorang berteriak di belakang para gadis yang sedang mengintip Lean dan Nara, "Liatin apa lo pada?!"

"Apaan sih Nia! Bikin kaget aja!"

Gadis yang di panggil Nia itu tertawa dengan sumringah, bahagia karna telah mengerjai temannya.

"Lagian ngintip-ngintip gitu, pada liatin apaan sih?"

"Liatin Kak Lean tuh!" menunjuk lagi ke arah Lean yang kini sudah asik bercengkrama dengan temannya, "Kak Danif juga ganteng siii," ujar salah satunya, memuji teman Lean.

Nia yang saat itu mengingat paras Lean, ia langsung mendatangi Lean, "Hai, Kak!" sapanya riang.

Nara yang saat itu masih ada di samping Lean pun ikut heran, siapa gadis yang telah berani menyapa singanya?

Tatapan Lean benar-benar seperti maut bagi semua orang, termasuk juga Nara yang saat ini ikut takut dengan tatapan milik kekasihnya. "Ngapain?" tanyanya dingin.

Masih percaya diri, ia kembali berbicara, "Gue mau lo tanggung jawab, karna kemaren lo nampar gue," ucapnya.

Nara yang mendengar itu oun terkejut, "Kamu nampar dia, Ley?"

Lean yang sedikit tersentak dengan suara Nara pun menatap gadis di depannya dengan tajam, lalu ia kembali menatap lembut Nara, "Enggak kemarin ak-"

"Nara!" belum sempat Lean menyelesaikan jawabannya, sudah lebih dulu ada seseorang yang memanggil Nara, ia menoleh. "Lo di panggil Pak kepsek," lanjut seseorang itu.

"Gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya.

"Iya."

"Oke, makasih ya," seseorang itu mengangguk sebagai jawaban, "Aku mau ke ruangan Pak kepsek dulu, kamu cepet masuk kelas, jangan bolos!" perintahnya pada Lean.

"Iya sayang."

Lalu Nara meninggalkan mereka, sekarang yang tersisa hanya Danif, Nia dan Lean. Tanpa di duga, sesaat setelah Nara masuk ke dalam ruangan, Lean langsung menarik gadis di depannya ini dengan kuat.

"Aw! Kak lepasin! Kakkk!"

Nia terus merintih kesakitan, mereka menaiki tangga hingga menuju ke arah rooftop, tak ada yang berani menghentikan Lean, sekarang dia sudah benar murka.

"Aws!" Nia meringis saat setelah ia di lempas ke arah sofa yang ada di rooftop gedung sekolah. "Lo apa-apa sih! Sakit tau!" omelnya.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu di depan cewek gue?" Lean mencengkram dagu Nia kencang. "Jawab!" sentaknya.

"S-sakit...," rintih Nia, bahkan sekarang matanya sudah mengeluarkan air nya.

Lean menghempaskan lagi tubuh Nia ke sofa, "Gausah belaga sok cakep di depan gue! Najis!"

Nia berdiri, merasa sakit hati dengan apa yang di katakan oleh Lean, "Gue gak ada maksud buat sok cakep di depan lo. Gue cuman minta lo tanggung jawab, gak lebih!"

Lean tersenyum jahat, "Berapa?" tanyanya tiba-tiba.

Nia mengerutkan alis bingung, "Apanya?"

"Harga lo?"

Seketika muka Nia memerah marah, tanpa aba-aba ia langsung menampar Lean dengan sangat kuat. Plak!!

Lean tertawa setelah mendapat tamparan itu, menatap ke arah Nia dengan mata nya yang melotot tajam, "Berani lo sama gue ha?" desisnya ringan, namun penuh dengan ancaman. "Lo pengen gue tanggung jawab kan? Makanya gue tanya berapa harga lo, tapi malah lo milih buat nampar gue?" Lean menjeda ucapan nya menimang banyak kata kasar untuk di ucapkan kepada seseorang yang berani mengusik hidupnya. "Murahan! Cuih!"

Lean meludahi Nia tepat di pipi Nia, gadis itu sudah menangis sejak tadi, namun ia masih bisa mengontrol diri untuk tidak menjerit-jerit karna telah di perlakukan tidak pantas seperti ini. Ia mengusap lidah Lean dengan baju di pundaknya, "Gue gak murahan!"

"Terus pertanggungjawaban apa yang lo mau dari gue?"

"Gue cuman mau temenan sama lo."

Mendengar itu Lean kembali tertawa, "Gue ga suka punya teman modelan kayak lo."

"Kenapa sih Kak? Kenapa lo malah lebih mau sama Nara yang bahkan dia aja gak cinta sama lo! Sadar Kak. Lo itu cuman mainannya Nara!"

Lean menggeram marah mendengar nama Nara keluar dari mulut nenek sisir ini. "Maksud lo apa?" tanyanya tajam

Nia segera mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya, lalu memperlihatkan video dimana saat itu ada Nara dan juga Bara yang berada di Bar. Terlihat jelas di sana Bara yang sedang mabuk, dan Nara duduk di sampingnya sambil mengusap-usap pipi Bara lembut.

"Lo dapet dari mana?" rahang nya mulai mengeras, tangannya mengepal kuat, seolah ia sangat benci situasi ini. "GUE TANYA LO DAPET DARI MANA!" gertaknya keras

"Apa penting gue dapet video ini dari mana? Sekarang lo udah tau kan kalo Nara cuman mainin lo? Dia cuman baik di depan lo belum tentu dia balik di belakang lo!"

Lean menatap mata Nia tajam, mencoba untuk mencari jawaban atas kebohongan apa yang sudah Nia cemarkan dalam dirinya, namun egonya tak kalah kuat, saat ia melihat Nara dan Bara datang bersamaan, tanpa pikir panjang ia langsung mencium Nia telat di bibirnya.

Deg! Sakit yang Nara rasa saat ia melihat bagaimana Lean mencium Nia, matanya terpejam seolah dia menikmati adegan itu, air matanya jatuh luluh, dadanya sesak hingga ia tak mampu untuk bernafas secara normal. Ia membalik badan saat tak kuat menatap Lean-nya melakukan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Lalu ia berlari dan turun menuruni tangga, "Nara!" panggil Bara, ia juga tak kalah membeku saat melihat kakak nya melakukan hal itu dengan wanita lain di depan Nara. Lalu ia memilih pergi dan mengikuti kemana arah langkah Nara.

Setelah mereka pergi, barulah Lean melepas ciuman, saat Nia membuka mata, ia merasa jantungnya berdegup kencang, menatap Lean di depannya. Lean sendiri ia sangat-sangat marah, lalu pergi meninggalkan Nia dan turun untuk kembali ke kelas.

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang