19. Kekecewaan Nara.

35.8K 2.6K 212
                                    

SELAMAT MEMBACA

Kekecewaan Nara
19 September 2021

Seseorang sudah berada di depan rumah Reni. Lean sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi, sengaja menunggu di luar rumah agar bisa menyambut mereka dengan terbuka.

Reni keluar dari mobil dengan girang, "Haii sayanggggg!" sapa nya pada Lean dengan rentangan tangan yang lebar.

Lean terkekeh mendengar suara itu, dia bangun dari duduknya lalu berjalan perlahan menuju ke arah Reni. "Tanteeeeeee!" serunya.

Hap! Mereka pun sudah berpelukan. Terlihat sangat romantis.

Setelah puas, Reni melepas pelukannya, "Tante udah lama gak liat kamu."

Lean yang sedari tadi menunjukkan raut gembira nya, kini berubah sendu dan hanya berganti senyum kecut. Reni menyadari hal itu, dia menatap Lean dengan lekat, lalu sebelum ia sempat bertanya, Nara sudah datang dari arah belakang.

"M-ma...."

Reni menoleh ke arah Nara, dapat di lihatnya bahwa kedua sejoli ini mungkin sedang dalam masalah, karna tak ada yang mau memandang satu sama lain, Lean yang menatap ke arah kanan, dan Nara yang hanya menunduk, membuat Reni cukup sadar bahwa dia harus memberi ruang untuk anak muda itu.

"Oh okey kalo gitu Mama masuk dulu ya, capek, mau mandi. Adek temenin Lean yah."

Nara menatap Reni, matanya berbinar seolah memohon untuk Reni agar tidak meninggalkan dia bersama Lean. Nara takut.

Namun Reni malah tersenyum dan mengangguk manis seolah tak mengerti apa yang Nara inginkan darinya, "Mama masuk dulu ya, Lean."

Lean tersadar menatap Reni, "Oh iya Tante."

Setelah kepergian Reni, baru lah Lean berani untuk menatap Nara yang masih saja menunduk, ia memainkan kuku nya karena terlalu gugup untuk sekedar berdua bersama dengan lelaki di depannya.

"Nara...," lirih nya, tangan kanannya terulur untuk menggenggam tangan Nara, namun belum sampat dia menyentuh tangan lembut itu Nara sudah lebih dulu menjauhkannya.

Lean terhenyak, hatinya nyeri mendapat perlakuan itu dari sang pujaan. Ia kembali menatap Nara dengan tatapan tak terbaca, "Aku mau ngomong sama kamu."

Nara masih tidak mengangkat pandangan nya, "A-aku gak bis-"

"Itu bukan pertanyaan."

Nara menatap nyalang mata Lean, kedua tangannya sudah sejajar dengan pinggul sekarang, tidak bergetar juga tidak ragu. "Gue gak mau," jawab nya tenang namun tegas.

"Aku nggak nanya, Nara."

"Gue gak peduli, gue gak mau."

Kali ini Lean yang di buat ketar-ketir oleh Nara, perlu di ingat, Nara bukan sosok perempuan yang kasar, tapi kalau dia sudah muak dengan keadaan, sisi lain Nara lah yang akan menguasai diri Nara.

Dia tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya datar dan mata elangnya yang tak lepas dari tatapan binar Lean. Menarik nafas dalam, Lean mencoba tenang, lalu mendekat ke arah Nara.

Nara tidak mundur, dia tetap di tempat dimana dia berdiri sebelumnya, tidak terlihat sedikitpun ketakutan di matanya. Lean sudah berada di depannya, meraih kedua tangan Nara.

"A-aku mohon, aku pengen ngomong sama kamu," sendu nya.

Belum sempat Nara menjawab, suara dering ponsel Lean memecah obrolan mereka. Lean berdecak kesal karena kenapa ada seseorang yang berani untuk mengganggu waktunya saat ini.

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang