SELAMAT MEMBACA
Kemarahan Lean
23 July 2021Pagi ini, Lean sudah berada di sekolah, setelah memarkir kan motornya ia langsung di panggil oleh temannya. "Yan!"
"Oii!"
"Dipanggil Pak Anto di ruang BK."
"Gue?" Ia bertanya dengan menunjuk dirinya sendiri, "Iye sama si Nara."
Lean menautkan alisnya bingung, "Ngapain cewe gue ikut dipanggil?"
"Gatau gue. Yodah duluan yak!"
"Yoi, thanks Dam." Mereka saling bersalaman ala pria, lalu Lean berjalan ke arah ruang BK.
Setelah sampai, Lean langsung di sambut oleh Pak Anto, "Bapak panggil saya?"
"Iyah. Mana Nara? Seinget Bapak, Bapak juga panggil Nara." Tanya Pak Anto acuh dan masih fokus pada layar komputer nya.
"Nara sakit, lagi istirahat." Jawab Lean.
Pak Anto memberikan smirk nya, "Masih SMA tapi udah bobol sebelum waktunya." Ucapnya remeh.
Lean mengerutkan alis tegas, "Maksudnya apa?" Tanyanya dengan nada penuh intimidasi.
"Ga ada maksud, tapi heran aja sih ... polos-polos kayak Nara ternyata gampangan juga."
Brak!
Lean memukul meja Pak Anto dengan kencang, tangannya sudah mengepal kuat dari tadi, Dada nya naik turun, menunjukkan bahwa ia benar-benar marah. "Maksud lo apa, anjing!" Sentak nya pada Pak Anto.
Pak Anto tetap tenang, ia menyandarkan punggungnya ke belakang. "Ya sabar toh ... lagian bapak juga pernah muda, jadi tau mana yang enak dan mana yang enggak. Ya toh?"
"Sampek gue liat lo berani sentuh cewek gue. MATI LO!" Tekannya. "Gue ga peduli lo bokap temen gue, tapi kalo lo udah ngusik cewek gue. Atap bahkan seisi rumah lo bakal ancur di tangan gue." Desis nya dingin.
Pak Anto tertawa nyaring, menyaksikan siswa nya emosi membuatnya cukup senang ternyata. "Hahaha." Setelah menyelesaikan tawanya, ia mengambil surat yang sudah berada dalam amplop. "Tuh. Surat skors dari kepala sekolah, sekalian punya Nara Bapak masukin juga disitu, Bapak tau kamu suka di dalem..." Ia menggantung kan ucapannya, lalu berdiri dan berjalan ke arah Lean, membisikkan sesuatu yang benar-benar membuat Lean murka kepada nya.
Bugh!
Lean memukul tulang pipi Pak Anto dengan keras, hingga Pak Anto tersungkur dan terjatuh di bawahnya. "Gue emang bajingan, tapi sebangsat-bangsatnya gue, gue ga pernah nyoba buat sentuh dia tanpa izin. Gak kayak lo yang hobinya sentuh cewek sembarangan." Lean tertawa remeh, lalu berjalan kearah pintu. "Oh ya, ada yang gue lupa." Ia berbalik, "Gimana ya jadinya kalo anak sama istri lo tau tentang kebejatan lo? Oh atau gue harus sebar video yang gue dapet ... ke blog sekolah?" Lean tertawa tanpa suara, "Biar sekalian aja, nggak cuman keluarga lo yang ancur tapi karir lo juga. Yakan?"
Lean meninggalkan ruangan dengan membanting pintu keras, ia keluar dengan aura yang tak baik, penuh intimidasi dan garang. Ada banyak siswa yang melihatnya, "Apa?" Tanya nya dingin di salah satu gerombolan siswi yang sedang berbisik-bisik saat dia lewat, "Lo ngomongin gue? HA!"
"Woi! Santai dong! Lagian lo pede banget gilak!" Ucap salah satu gadis yang berada dalam gerombolan itu.
"Nia udah Nia." Ucap salah satu temannya.
"Berani lo sama gue ha!" Sarkas Lean tajam.
"Ya emang lo siapa? Lo pemilik sekolah ini? Enggak kan? Jadi kenapa gue harus takut."
Lean mengeram marah, baru kali ini ada perempuan yang berani menatap matanya langsung tanpa takut selain Nara.
Plak!
"NIA!" Teriak segerombolan perempuan itu, mereka berteriak, tak kala Lean menampar pipi temannya sampai terjatuh. Lean sedikit membungkukkan badannya. "Ini peringatan buat lo. Jangan pernah anggep gue sama kayak cowok lain." Ia menyentuh kepala perempuan itu dengan jari telunjuknya, lalu mendorongnya dengan kuat. "Inget itu!" Setelah itu ia pergi meninggalkan mereka.
***
"Udah Nia jangan nangis lagi." Ucap Widy teman Nia, yang sedari tadi menemani Nia menangis di dalam kamar mandi.
"Gimana gu-gue gak nang-ngis. Bokap gue aj-jah gak pernah mukul gu-gue, tapi cowok sialan itu nampar pi-pipi gue ampek merah gini, Wid." Ucapnya sesenggukan.
"Kan tadi juga udah gue bisikin, jangan macem-macem ama Leandro, Ya. Si Nara aja dikasarin, apalagi lo."
"Si-siapa Nara?" Tanya Nia yang masih mencoba untuk menetralkan nafasnya.
"Ceweknya Lean. Dia tempramen banget ke siapa aja yang berani ganggu Nara, bahkan adeknya sendiri aja di hajar abis-abisan. Nah lo anak pindahan aja belagu, bayangin nih kalo ama ceweknya aja dia tempramen, apalagi sama kutu monyet kayak lo."
"Anjing lo!"
"Haha! Dah lah yuk, dah selesai kan nangisnya?"
"Ayuk lah, tapi ini merah nggak, coba liat."
"Coba-coba sini." Widy memeriksa kondisi pipi Nia, "Merah banget si inimah, keliatan banget abis di tampol."
"Gimana dong?"
Widy memberikan masker mulut ke Nia, "Nih pake ini, ntar kalo di tanya guru. 'Agnia kenapa kamu pake masker?' Jawab aja, 'saya kena TBC Buk."
"Gilak lo!" Nia memukul lengan Widy keras. "Amit-amit ya Allah." Ucapnya lagi.
"Sakit Anjir."
"Ini bekasan yak?" Ucap Nia curiga.
"Bekasan Pala lo! Newbie itu, dia baru gue beli tadi pagi. Rencananya sih mau gue pake dateng ke konser doi."
Setelah memasang masker nya Nia kembali berucap, "Siapa? Konser apaan?"
"Abdanif, konser dj nya dia. Seru tau, lu mau ikutan?"
"Gak dulu deh."
***
"Loh kok kamu udah pulang?" Tanya Nara.
Lean tak menjawab ia melewati Nara yang tengah makan di sofa lalu masuk ke dalam kamar. "Ley." Teriak Nara.
Dilihat dari seluk beluk mukanya sih kayaknya ada masalah. Batin Nara, lalu ia meletakkan makanan nya di meja dan segera menyusul Lean ke kamarnya.
Ia melihat Lean tengah melepas sepatu dan juga seragamnya sembarangan. Nara memungut satu-persatu pakaian Lean, lalu meletakkannya ke tempatnya. Ia kembali mendekati Lean lalu mengusap rambut Lean lembut. "Ada yang ganggu kamu lagi?" Tanyanya.
Lean masih dengan wajah kesalnya, ia merogoh tas nya lalu mengambil surat yang tadi di berikan oleh Pak Anto, lalu memberikan nya ke Nara,
"Apa ini?" Tanya Nara bingung
"Kita di skors." Jawab nya dingin, lalu pergi meninggalkan Nara dan pergi ke kamar mandi.
✄✄✄
To be continue┗(•ˇ_ˇ•)―→
KAMU SEDANG MEMBACA
LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSION
Teen Fiction"NARA CUMAN PUNYA GUE ANJING!" Sentak Bara. "BACOT BANGSAT!" Mereka tetap saling pukul satu sama lain, wajah mereka juga sudah babak belur, hingga pelukan seorang gadis di salah satu punggung mereka, membuat jeda di antaranya, "Bara, udah Bara. St...