7. Gemes.

62K 4.6K 295
                                    

SELAMAT MEMBACA

Gemes
02 August 2021

"Kenapa kamu kesini?" Saat ini Nara dan Lean sudah berada di belakang rumah Nara, tepatnya di depan kandang Jennifer dan Fernando.

"Aku kangen kamu." Lean berbicara lirih.

"Ley, aku lagi gamau berantem sama kamu. Kamu bilang kamu capek kan? Makanya aku pergi, ak-"

"Nggak Anna! Aku minta maaf karna udah ninggalin kamu kemaren, tapi aku ga ada maksud buat bikin kamu pergi."

"Udahlah Ley, aku bakal balik ke kamu kok, cuman sekarang pengen istirahat aja. Kamu ga bisa seegois ini Ley, aku juga butuh waktu buat mikir ... kalo kita perlu lanjutin hubungan ini apa enggak." Nara menangis, mengungkapkan semua rasa yang mungkin sangat sulit untuk ia keluarkan.

Lean menggeleng, ia tak akan mau membiarkan Anna-nya pergi, "Bantu aku Anna. Bantu aku keluar dari lingkaran ini." Matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku udah nyoba sebaik mungkin untuk buat kamu bahagia, Ley, tapi nyatanya kamu terlalu takut untuk kehilangan aku, sampek kamu ga ngeliat kalo aku udah bener-bener gak bisa gerak di dalam tali yang udah kamu genggam."

"Anna ak-"

"Stop panggil aku Anna! Namaku Nara Ley, Nara!"

Lean bingung harus bersikap seperti apa, sekarang ia hanya terdiam dengan setitik air mata yang sudah meloloskan diri dari matanya. Berpikir Nara akan senang saat melihat ia datang adalah khayalan terbodoh nya.

"Maaf, Na-Nara." Lean menundukkan kepalanya. "T-tapi, Lean bener-bener butuh Anna." Sendunya.

Nara yang melihat hal itu di depannya tak mampu menahan diri lagi, ia langsung memeluk Lean erat, memberi ketenangan pada Lean yang mulai gemetar dengan tangis nya. "Maaf maaf maaf maaf maaf." Kata itu berkali-kali terucap dari bibir Lean.

"Hustt! Iya, iya Anna udah maafin Lean." Ucap Nara menenangkan dengan mengusap-usap punggung Lean lembut.

Nara tersenyum lega di balik pelukan itu. Ya Nara mungkin lelah namun Nara tidak egois, Nara tau Lean membutuhkannya karena itu Nara akan tetap dan selalu memaafkan apapun kesalahan Lean. Setelahnya Lean kembali tenang, Nara mengajaknya untuk masuk ke dalam.

***

Didalam kamar, Nara sedang menidurkan Lean, mengusap-usap sayang alis Lean. Ya kalau Bara suka saat ia mengusap perutnya, nah kalau Lean sangat suka saat Nara mengusap-usap alisnya, entahlah Nara tidak tau mengapa mereka menyukainya, Nara juga tak pernah mencoba untuk bertanya, karna buatnya nggak cukup penting. Yang terpenting adalah membahagiakan seseorang yang Nara sayang. Hanya seseorang.

Saat ini Lean tertidur dengan posisi kepala di paha Nara. Tadi ia sempat uring-uringan karna merasa kepanasan, ya disini tidak ada ac ataupun kipas angin, karna rumah Nara dekat dengan gunung jadi cuacanya cukup dingin. Tapi entah kenapa siang ini memang sangat panas, hal itu membuat Nara harus mati-matian membujuk Lean untuk tidur.

"Terus maunya gimana sayang?" Nara sudah mulai lelah.

"Nggak tau ayang ihhhh! Panassss." Lean menghentak-hentakkan kakinya. Sekarang ia akan menangis lihat saja.

"HUAAAAA GAMAU. Mau pulang ayo pulang gamau disini panassss ayo pulanggg." Ia menangis dengan keras, bahkan sekarang air katanya benar-benar keluar, seolah ia memang tengah sengsara.

Nara tertawa gemash melihat tingkah laku pacarnya ini, tak tau mengapa saat melihat Lean seperti ini mampu membuatnya sadar, bahwa ia benar-benar menyayangi Lean.

Pintu kamar terbuka, menampilkan Ayah dan Ibu Nara yang tengah khawatir akan kondisi Lean yang tengah menangis kejer. "Loh kenapa, kok nangis?" Ucap Ibu Nara mencoba untuk menghampiri Lean dan mengusap-usap pundak Lean, tanpa aba-aba Lean langsung memeluk Ibu Nara yang lebih pendek darinya, jadinya Lean sedikit membungkukkan badan untuk memeluk Ibu Nara.

Sambil menangis ia berbicara, "An-Anna gak mau bel-liin Lean AC." Dia benar-benar sesenggukan.

Ibu dan Ayah Nara menggeleng kan kepalanya, ikut gemas atas tingkah Lean saat ini. "Udah Pak, Buk. Biar Nara yang urus." Nara melangkah ke arah Lean, lalu menarik Lean dari pelukan Ibunya.

"Ealah, yowes nek ngunu ibu pe kondangan disek yo." (ts : Yauda kalo gitu Ibu mau kondangan dulu ya.) Nara mengangguk, lalu Ibu dan Ayah Nara keluar dari kamar Nara.

"Ay-ayo An-Naa beli AC."

"Gak ada yang jual AC disini sayang." Nara menarik Lean untuk duduk di kasurnya. Ia berdiri di depan Lean lalu mengcup kening Lean singkat.

"Dah bobok sini, Anna kipasin aja ya?"

"En-nggak mau! nan-ti A-Anna capek."

"Terus maunya gimana? Mau aku telfon Papa kamu aja biar dia jemput kamu, ter-."

"GAMAU ANNA, HUAAAAAAA!" Nara tertawa senang melihat Lean yang sekarang berguling-guling di atas kasurnya, senang sekali rasanya menggoda Lean, tapi sepertinya cukup untuk hari ini, karna kalo Lean ga di hentiin, tenggorokan nya bakal sakit karna kebanyakan teriak-teriak.

Nara menarik tangan Lean untuk kembali duduk, lalu memegang rahang Lean dengan kedua tangannya, memberi sedikit usapan untuk air mata Lean. "Besok Anna beliin kipas angis di pasar ya ... sekarang Lean tidur dulu, okey?" Bujuk Nara.

Lean terdiam masih sangat sedih karna rasa panasnya, "Sek-karang bobok nya pa-pake apah?" Ucapnya mencoba untuk mengontrol tangis yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Emmm, Anna kipasin aja mau?"

Lean menggeleng. Tidak! Ia tidak akan menyusahkan Anna-nya lagi, Anna udah cukup capek jadi dia harus tau diri. "Elus-elus aja." Katanya.

"Hooo, anak baik ini mau di elusin ternyata, ututu gemesnya pacar siapa sii!" Nara menguyel-uyel pipi Lean tanpa ampun, sampai-sampai pipi Lean memerah, entah karna malu atau memang tangan Nara yang membuatnya menjadi merah.

✄✄✄

To be continue (?・・)σ

Vote nya jangan lupa ya!🤰

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang