13. Awal keretakan.

40.9K 3K 159
                                    

SELAMAT MEMBACA

Awal Keretakan
19 August 2021

Saat ini Nara baru keluar dari ruangan kepala sekolah, ia di panggil karna ada sedikit pemberitahuan mengenai lomba yang harus Nara ikuti. Sesaat setelah ia keluar, sudah ada Bara yang menunggu di depan pintu rungan Pak kepsek.

"Lean bawa cewek ke rooftop."

"Astaga! Bara ih ngagetin aja sih!"

Bara tertawa melihat ekspresi Nara, pasalnya Nara memang belum mengetahui kalo ia ada di belakang pintu itu.

"Kamu bilang apa tadi?" tanya Nara sekali lagi.

"Lean nyeret cewek ke rooftop."

"Ha? Siapa?"

Bara mengedikkan bahunya acuh, "Gak tau."

"Ishh anak itu emang! Ayok" ia mengajak Bara untuk ikut dengannya, menyusul Lean dengan langkah terburu.

Namun saat ia sampai, yang di lihatnya adalah sosok Lean yang tengah mencium mesra gadis di depannya. Begitu menikmati adegan tersebut hingga menutup mata. Tak sanggup Nara menahan rasa sesak di dadanya, hingga ia berlari keluar diiringi dengan tangis yang begitu membuatnya risih.

"Nara!" Panggil Bara. ia mengikuti arah langkah Nara. "Nara tunggu!" dapat, akhirnya setelah berlari cukup lama mengelilingi koridor sekolah, Bara mendapat kan Nara yang berlari ke arah taman sekolah.

Tak sanggup lagi Nara menahan, langsung ia memeluk Bara dengan dekapan yang begitu kuat, ia menangis di pelukan Bara, mencoba untuk menenangkan diri dengan apa yang baru saja di lihatnya.

"Sabar, Nar."

"Le-lean jahat, Bar," ia sesenggukan menahan sesak, Nara sakit hati.

"Udah, jangan di inget-inget, kamu tenang aja, kali aja Lean cuman gak sengaja?"

Gak sengaja? Gila? Dia merem loh Bara! Merem! Mana ada orang ciuman ga sengaja tapi merem? Mana lama lagi.

"Tenang dulu, Nar."

Nara mengangguk singkat, lalu menghapus air matanya, ia menatap Bara singkat, lalu berkata, "Aku ma-mau ke toilet."

"Aku anter?" tawar Bara.

"Gak usah."

***

Di satu sisi Lean sedang berada di dalam ruang band, tak tau apa yang sudah membuatnya berani menyakiti Nara seperti ini, Lean mungkin sering bikin Nara nangis, tapi untuk tangisan kali ini, Lean gak yakin kalo Nara bakal maafin dia.

"Oyy! Kenapa lagi bre?" Danif masuk, menyapa Lean yang tampaknya sangat murung.

Lean menggeleng sebagai jawaban, "Sebat?" Danif mengarahkan satu batang rokok pada Lean, Lean mengambil dan menyalakannya.

Lean menatap singkat Danif yang sedang sibuk menghisap rokok nya, "Gue nyium Nia."

Danif mendadak tuli, "Ha?"

"Didepan Nara," intonasi yang keluar dari mulut Lean sangat datar, tidak tersirat sedikit emosi di sana, tidak sedih juga tidak senang, datar.

"LO GILA? YAN!" Danif menghampiri Lean, lalu memegang kening kening Lean untuk mengecek suhu tubuhnya, "Agak anget sih. Kek nya lu perlu ke UKS, omongan lo ngelantur soalnya."

"Gue nyium Nia di depan Nara," Lean masih dengan intonasi nya, sekarang Danif yang di buat tercekat.

Danif memutar tubuh nya lalu mendesah berat, "Wah! Yan, Yan. Gua gatau sama jalan pikir lo sekarang."

"Gue juga."

Danif memutar tubuhnya kembali menghadap Lean, "Apanya?" tanya Danif bingung.

Lean menundukkan kepalanya, lalu mematikan batang rokoknya dengan menempelkan ujungnya ke lantai. "Gue juga bingung sama jalan pikiran gue."

"Lo tolol, Yan. Kelewat tolol malah!" Danif menyentak. "Terus sekarang lo mau apa?"

Lean kembali ke posisinya, "Gatau, Nif!"

Danif menghampiri Lean lalu duduk disebelahnya, "Yan?" dia bertanya.

Lean menatap Danif singkat lalu kembali menunduk, "Gue bingung."

"Kenapa bisa?"

"Nia kasih gue rekaman Nara lagi sama Bara di club, gue emosi dan pas gue liat Nara di depan mata, gue ga mikir, langsung nyium Nia buat bikin dia panas," jelasnya.

Danif menghembuskan nafas berat, "Reaksi Nara?"

"Dia ... nangis."

"Trus?"

"Terus, pergi."

"Lo emang beneran tolol!" umpatnya lagi.

"Terus gue harus gimana anjing!"

"Lah lo nanya gue, gila lo? Goblok anjing!" Danif sudah terbawa emosi, "Gue bantuin lo buat jauhin Nara sama Bara tuh ga gampang bego! Sekarang pas udah dapet malah di sia-sia in, gila banget anjir."

"Gue juga ga ada maksud kayak gitu, Nif!"

"Gak ada maksud gimana? Lo beneran goblok ya? LO CIUM CEWEK LAIN DI DEPAN CEWEK LO TOLOL! Terus sekarang lo bilang ga ada maksud? Maksud apa yang lo maksud? Gak ada maksud buat nyakitin Nara? Atau ga ada maksud buat bikin Nara nangis? Ha?!"

"Kok lo jadi bentak-bentak gue!" sewot nya.

"YA TERUS LO PIKIR GUE BAKAL ALUSIN LO GITU?"

Posisi mereka sekarang sudah sama-sama berdiri. Saling menatap, saling melempar tatapan benci, "Kalo tau gini dari awal, mending gue yang embat Nara."

Bugh! Lean memukul keras pipi Danif, hingga ia tersungkur ke sofa. "JAGA MULUT LO SETAN!"

Danif bangun membalas pukulan Lean. Bugh! "LO MARAH? kenapa, Yan? Gak terima gue ngomong kayak gitu? Lo sadar gak sih, tingkah lo yang kayak gini yang bikin gue enek sama lo!" lalu ia pergi meninggalkan Lean.

Lean berdiri dari posisinya, mengusap sedikit keringat yang tercucur di keningnya, "ARGHH!" Lean berteriak marah dengan situasi yang dialaminya saat ini.

"Terus gue harus gimana anjing!" ia meremat kuat rambutnya, bingung mencari jawaban atas semua pertanyaan.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, sudah banyak murid yang keluar dari gerbang sekolah, saat ini di parkiran sudah ada Lean yang sengaja menunggu Nara. I ingin menjelaskan tentang apa yang terjadi sebelumnya.

Sekolah sudah hampir sepi, tapi Nara belum juga keluar, "Kemana sih!" Lean memutuskan untuk menelfon Nara, tapi tidak bisa, hp nya tidak aktif. "Arh! Kemana sih kamu An!" ia mendesah takut. Takut kalau Nara benar-benar membencinya.

"Nara!"

✄✄✄

Jangan lupa vote ya! Wuff you.

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang