Prolog

221 8 4
                                    

Happy Reading!

Author POV

Sebuah motor berhenti di pelataran parkir sebuah sekolah elit di Jakarta. Sang penumpang yang merupakan seorang siswi turun dari motor ninja itu dengan perlahan, tak berselang lama sang pengendara yang merupakan seorang siswa juga ikut turun.

Tanpa canggung si cowok itu melepaskan helm dari kepala si gadis. Dari ekspresi yang mereka tunjukkan, mereka terlihat begitu bahagia.

Mereka adalah Daniel dan Freya, sepasang kekasih yang selalu menjadi perbincangan siswa-siswi Bluesky Senior High School, keuwuan yang mereka ciptakan membuat banyak orang iri.

Freya Angelica, siswi kelas XI IPS 2. Siapa yang tidak tahu dengan gadis itu? Cewek dengan sejuta kesempurnaan yang membuat banyak orang yang iri padanya. Wajah cantik, tubuh proposional yang diidamkan banyak cewek seusianya, pintar, populer, dan memiliki kekasih yang memperlakukannya bak tuan putri. Freya nyaris tidak punya celah kekurangan.

Daniel Mahendra, teman sekelas sekaligus kekasih Freya. Cowok berwajah tampan dengan mata tajam yang menjadi ciri khasnya, ditambah postur tubuh nyaris sempurna menambah nilai lebih. Tidak hanya itu, hobinya sebagai fotografer menjadikannya populer. Apalagi Freya yang sering dijadikan model foto oleh Daniel.

"Niel, ntar malam jadi, kan?" ucap Freya seraya merapikan rambutnya yang berantakan karena mengenakan helm. Ia juga mematut wajahnya pada kaca spion selama beberapa detik.

"Jadi, kok," balas Daniel. Tangannya tan tinggal diam, ia membantu gadisnya untuk merapikan rambut Freya. Entah mengapa rambut hitam pekat milik Freya menjadi candu bagi Daniel. Saat mereka bertemu, Daniel tidak pernah melewatkan untuk mengusap rambut Freya walau hanya beberapa detik saja.

"Janji, ya. Aku bakalan sedih banget kalau kamu batalin lagi," ucap Freya. Tatapannya mengarah pada wajah Daniel. Tubuh Daniel yang lebih tinggi dari Freya membuatnya harus menengadah agar bisa melihat wajah Daniel.

Daniel mencubit pipi Freya dengan gemas. "Aku janji, Freya."

"Bagus deh, awas aja kalau nggak jadi lagi," ucap Freya.

Semalam mereka membuat janji untuk jalan-jalan, namun Daniel membatalkannya secara mendadak. Padahal saat itu Freya telah rapi, tinggal menunggu Daniel menjemputnya saja.

"Iya, Sayang. Ke kelas yuk," ucap Daniel. Cowok itu menggenggam tangan Freya, dan membawanya berjalan menuju kelas mereka.

Menjadi pusat perhatian sudah menjadi hal yang biasa untuk mereka. Hampir satu tahun Daniel dan Freya menjadi sepasang kekasih, dan selama itu pula mereka selalu menjadi sorotan.

Tidak memerlukan waktu lama, mereka tiba di kelas. Kelas XI IPS 1-5 memang mendapatkan ruang kelas yang sangat strategis, deretan ruang kelas itu dekat dengan lahan parkir dan kantin sekolah.

Setelah masuk ke dalam kelas, Freya dan Daniel melepaskan tautan tangan mereka, pasalnya mereka akan menuju bangku masing-masing, Freya duduk satu bangku dengan Calista, chairmate sekaligus teman dekat Freya. Daniel sendiri duduk bersama Raihan, cowok yang menjadi ketua kelas XI IPS 2.

Freya berdecak kesal saat melihat Calista tengah fokus membaca sebuah novel. Cewek berkacamata itu memang memiliki hobi membaca, membawa novel berbeda di setiap harinya bukan hal yang aneh lagi dari Calista. Bahkan jika jam kosong, Calista bisa menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sungguh hebat sekali bukan.

"Lilis kebiasaan banget, deh," ucap Freya seraya mencolek pipi Calista yang lumayan berisi.

"Freya, gue udah bilang berkali-kali sama lo, jangan panggil gue Lilis. Nama gue Calista Sandrina Violeta, lo bisa panggil gue Calista, Sandrina, atau Violet, tapi jangan Lilis," ucap Calista. Gadis itu masih enggan mengalihkan pandangannya pada novel itu.

"Ya salah sendiri lo lebih fokus sama tulisan itu, apa buku yang lo baca lebih menarik dari gue?" ucap Freya sambil mengubah posisinya menjadi duduk di bangku.

"Iya," balas Calista seakan tanpa beban.

"Lilis jahat banget, sih," kesal Freya.

Calista mengalihkan fokusnya dari novel miliknya. Ia meletakkan pembatas di halaman terakhir ia yang baca, lalu menutup novel itu.

"Nah gitu dong, Lis. Jangan kebanyakan baca terus, ntar minus lo nambah," ucap Freya.

"Justru kita harus membaca sebanyak-banyaknya, karena dengan membaca kita bisa dapat ilmu secara tidak langsung. Lagipula hal yang belum kita ketahui itu banyak banget," ucap Calista. Gadis itu melepas kacamatanya, lalu membersihkan lensanya dengan kain khusus.

"Tapi karena kebanyakan baca, mata lo jadi minus, Lis."

Setelah dirasa lensa kacamatanya telah bersih, Calista kembali memakainya. "Lo tahu sendiri kalau baca novel udah jadi hobi gue, nggak ada yang bisa ngalahin nikmatnya menebak alur sebuah cerita saat kita baca novel."

"Kenapa lo nggak pilih nonton film aja?" tanya Freya.

"Kenapa lo malah jadi wartawan?"

Freya hanya cengengesan saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Calista.

"Daripada lo gabut, mendingan lo nyapu, hari ini jadwal piket lo, kan?" ucap Calista.

Gadis itu terdiam selama beberapa detik, lalu menepuk dahinya saat tersadar jika Rabu merupakan hari piketnya. "Untung lo ngingetin gue, Lis. Kalau nggak bisa uang jajan gue bisa berkurang buat bayar denda."

Tanpa menunggu lagi Freya bangkit dari duduknya, ia melirik jam yang berada di atas papan tulis. Masih ada waktu lima belas menit untuk menyelesaikan tugas piketnya.

Freya berdecak kesal saat melihat sapu-sapu yang berada di kelasnya hanya tergeletak di ujung ruangan. Dengan cepat ia merapikan kembali sapu-sapu itu, ia juga menyisakan satu sapu yang paling bagus untuknya. Setelah itu Freya melaksanakan tugas piketnya, yaitu menyapu ruang kelas dan teras kelas.

______________________________________________

Cerita baru nih, jangan lupa buat vote dan comment ya. InsyaAllah bakalan fast update juga kok.


Purwodadi, 24 Agustus 2021

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang