Seperti biasa vote dulu sebelum baca okei. Makasihhh😍
HAPPY READING
Selama perjalanan menuju rumah Kaneta, isi pikiran Jeje tak karuan. Motor yang ia kendarai perlahan berjalan dengan pelan. Suasana sudah hampir menjelang malam, langit hanya tampak berwarna oranye disertai burung-burung beterbangan melintasi udara.
Karena melewati jalan pintas yang cukup membatunya agar sampai lebih cepat, Jeje harus mengendarai motornya dengan hati-hati, takutnya ada kejadian yang tak di inginkan terjadi. Belum beberapa saat, dirinya begitu di kejutkan dengan sekumpulan orang memakai masker yang tertutup dari ujung kepala sampai bagian mulut. Beberapa orang itu seakan mem-block akses jalan Jeje.
Tanpa ada rasa takut, Jeje malah semakin menancap gas motornya dan menerobos melewati sekumpulan orang aneh tadi. Namun, dirinya tak seberuntung itu, ia malah di kejar habis-habisan dengan pengendara bertopeng tadi.
Pandangan Jeje melihat ke arah spion motor sport hitam putih miliknya, yang semakin lama beberapa orang di belakangnya hampir menerobos jalannya. Untung saja dirinya sudah terbiasa melakukan aksi balap jadi mampu untuk menghindar.
Tapi di posisi sekarang ini, Jeje kebingungan. Kenapa orang-orang ini tidak berhenti mengejarnya, padahal ia sudah beberapa kali memutar arah jalan agar orang-orang itu berhenti, namun tak berhasil.
Hari sudah menjelang malam, Jeje terpaksa menurunkan niatnya sebentar untuk mengunjungi Kaneta.
Tepat di bagian perbatasan tol yang baru dibangun, Jeje menghentikan laju motornya begitupun orang-orang yang mengejarnya dari tadi. Hanya lampu jalan yang menjadi penerangan malam itu, kendaraan yang lewat dari jalan raya sebelah juga tak ada.
"NGAPAIN NGEJAR GUE? GAK SALAH ORANG LO?!" teriak Jeje namun di tertawakan oleh beberapa di antara orang-orang bertopeng itu. Tak lama orang setinggi dirinya mendekat, dan mengeluarkan suara yang sangat familiar di telinganya
"Devan?"
"Kenapa? Kaget?" tanya Devan dengan nada seakan tertawa.
Bukannya kenapa, Jeje mengenal Devan orang yang anti dengan motor, tapi ini sudah menjadi pertanyaan yang harus memerlukan penjelasan.
"Lo? Bukannya gak—" sebelum melanjutkan pertanyaannya, Devan malah memotong ungkapan Jeje.
"Masa lalu Je. Itu masa lalu, sekarang mah gue udah beda. BEDA." begitu penuh tekanan di setiap ujung katanya.
"Gue gak pengen ada masalah sama lo Van, gue tau lo pernah ada problem sama gue waktu dulu. Tapi gue udah gak mau bahas itu lagi, udah basi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friends ✓
FanfictionTerjebak di zona FRIENDZONE. Persahabatan harmonis berujung duka?