27. Runtuh

51 10 0
                                    

Sebelum masuk kerumahnya, terlebih dahulu Kaneta menatap Farel yang berdiri di luar gerbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum masuk kerumahnya, terlebih dahulu Kaneta menatap Farel yang berdiri di luar gerbang. Pemuda itu mengangkat tangannya dengan lambaian.

Ting! Pesan masuk dari layar ponselnya.

Jeje: Kamu di mana? Udah sampe rumah belum?

Anda: Iya, gue baik-baik aja. Jangan khawatirin gue.

Jeje: Ya udah istirahat, jangan ingat yang tadi.

Di sisi lain, Farel juga mengirimkannya sebuah pesan.

Farel: Kalau kamu ada masalah, kamu bisa keluar di depan gerbang, gue bakal nunggu Lo.

Anda: ga usah. Lo balik aja, udah malem.

Farel: gue udah lakuin hal yang ga baik sama lo, jadi gue pengen nebus semuanya. Gue bakal jagain lo 24 jam.

Kaneta kembali melirik Farel dari kejauhan, wajah pria itu hanya diterangi oleh cahaya dari ponselnya. Tak lama senyuman manis dari Farel ia dapatkan, sebelum kembali berjalan masuk ke dalam.

Tok tok tok

"Mama? Ayah? Bang? Udah balik?" Teriak Kaneta sambil menghembuskan nafasnya yang berat.

Srettt

Pintu terbuka lebar menampilkan sosok Panji yang hanya memakai celana pendek juga kaos putih. Wajah yang pertama pemuda itu lihat adalah kacau. Ia seketika merangkup wajah sang adik, namun Kaneta menghempaskan perlakuan sok baik itu. Dirinya sangat marah dengan Panji, mengingat dulu ia selalu melarang Kaneta untuk berbicara persoalan Senja, dan Dani.

Tempo langkah Kaneta menyusuri rumahnya dengan amarah yang sudah membludak.

"MAMA! AYAAAHHH!"

"KALIAN SEMUA SUDAH APAIN AKU? APAKAH KALIAN BERI KANETA OBAT PENGHILANG INGATAN? KENAPA BARU SEKARANG AKU BISA INGAT KEJADIAN ITU?" Lantunan keras yang Kaneta usahakan agar semua orang di rumahnya mendengar teriakannya.

Panji yang baru saja menutup pintu, terkejut mendengar Kaneta yang entah apa sedang terjadi dengannya. Ia melangkah mendekati adiknya dan memegang dahinya memastikan, apakah adiknya itu sakit atau tidak. Namun, nyatanya Kaneta malah menghempaskan tangannya lagi.

Wanita itu kembali menatapnya tajam, "LO GA USAH SOK BAIK ANJING!"

"Lah Lo kenapa anjir? Coba lo cerita baik-baik ga usah marah-marah, entar cepet tua mampus lo." Ledek Panji tapi bisa ia lihat mata Kaneta kembali tajam menatap untaian di hadapannya.

Hentakan kaki yang turun dari lantai dua memalingkan pandangan Kaneta dan Panji. Kedua orang tua mereka tengah terlihat panik.

"Ada apa ini? Siapa yang berteriak malem-malem gini?" Gibran menatap satu persatu anaknya memastikan.

"AKU YAH! NETA!"

Diana memegang putrinya, "Net! Kamu bicara sama ayah loh, kenapa bentak-bentak gitu?"

Just Friends ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang