Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ish Je, jangan gerak-gerak perbannya nanti kebuka." Kaneta memegang tangan Jeje dan itu disaksikan oleh Farhan, Surya maupun Farel. Mereka bertiga bagaikan nyamuk yang beterbangan di sekitar pemuda kasmaran.
Farel dengan cepat membuang wajahnya malas. Sekarang ia berniat untuk keluar dan mencari angin di teras rumah. Merasa hawa malam itu terasa sangat panas.
Posisi Jeje sekarang sudah berada di atas sofa dan merebahkan dirinya. Disebelahnya ada Kaneta yang masih mengobati luka-lukanya.
"Eh lo berdua, bawain gue sama Jeje minum." Merasa dirinya di tunjuk, Farhan dan Surya mau-mau saja menuruti keinginan Kaneta.
"Padahal aku baik-baik aja Net."
"Lo bisa berhenti ngomong gak? Jangan sok kuat di hadapan gue yang lemah dan cengeng ini. Atau mau gue tambah bonyokin lo?"
Jeje mengukir senyuman manis melihat Kaneta yang sangat menggemaskan didepannya saat ini. Tangannya terangkat dan mengusap pucuk kepala wanita itu.
Tiba-tiba Farel berdehem dan masuk untuk duduk di sofa sebelahnya. Kaneta yang sadar ada Farel, lantas memandangnya.
"Makasih Rel udah nurutin gue buat nyelamatin Jeje. Lo emang temen gue."
"Awww." Jeje memegang tangannya karena merasa kesakitan. Kaneta dengan cepat membantu Jeje dan lagi-lagi Farel melihatnya. Pria itu memandang Jeje tak suka. Hingga pada akhirnya memilih untuk memainkan ponselnya.
Ada apa ini? Kenapa hatinya terasa sakit jika melihat Kaneta dekat dengan orang lain terlebih itu adalah Jeje saudara tirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Neta. Lo gak di cariin?" Tanya Farel. Seketika Kaneta melirik jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
"Aduh mama sama ayah pasti udah balik. Gimana dong?"
