03

2.5K 230 6
                                    

Maap typo
*
*

2 minggu kemudian.

Danu menjabat tangan Sakha, "Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti Alosania Axiani Kusuma alal Mahri emas 10 gram, uang 10 triliun dan 1 pesawat pribadi."

Brugh!

Seorang tamu pingsan saat mendengar mahar yang di ucapkan oleh ayahanda mempelai wanita alias Danu Ayahanda Sania.

Mereka semua terkejut. Dengan segera tamu yang pingsan tersebut di bopong untuk istirahat. Kemudian mereka melanjutkan ijab qobul.

Sakha menghembuskan napas perlahan, "Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq." Sakha menghembuskan napas lega.

"Sah?" ucap sang penghulu.

"SAH! " seru para saksi.

Kemudian sang penghulu mengucapkan doa.

Sakha mengulurkan tangannya, tangan Sania bergetar, ini kali pertamanya ia memegang tangan Sakha namun tak hayal ia tetao menyalimi tangan yang saat ini berstatus sebagai suaminya.

Sakha merapalkan ayat suci al-qur'an di ubun-ubun Sania sebelum mengecup kening Sania.

Semua berjalan dengan lancar, dan saat ini mereka menuju tempat resepsi. Mereka mengadakan resepsi di ballroom hotel pribadi milik keluarga kusuma.

Terlihat ballroom sangat indah dihiasi banyaknya bubgan dah tumbuhan lainnya. Sania sengaja memilih pernikahannya bertema classic romance. Para tamu sangat banyak sekali, terlihat masih banyak juga yang berdatangan.

>>•<<

Hari mulai sore, Sakha dan Sania yak henti-hentinya menyalami para tamu. Sejujurnya Sania sangat lelah berdiri sedari tadi, untuk duduk saja ia tidak sempat karena tamu yang terus berdatangan menyalaminya.

Sakha melirik Sania yang tampak lelah, "Istirahat," dingin Sakha seraya menyalami para tamu.

Sania melirik Sakha sekilas, "Nanggung, bentar lagi juga selesai ni acara, " sinis Sania lalu tersenyum kearah para tamu yang menyalaminya.

Fely membawakan jus mangga untuk Sania karna tadi ia memerintahkan Fely untuk membawakan jus kesukaannya.

"Nih kanjeng ratu, jus mangga manis spesialnya, " ucap Fely tersenyum goda.

Sania tersenyum lebar, "Terimakasih dayangku, lo memang cocok bet dah jadi babu gue, " goda Sania lalu meneguk abis jus tersebut.

Fely menggeplak lengan Sania membuat sang empu meringis kesakitan, "Lo kira gue babu lo, njir! Kalo kagak terpaksa mah ogah gue! " ketus Fely.

"Salah apa gue punya adik ipar modelan lo, " Sania memelas mencebikkan bibir menatap sedih Fely.

Fely menatap jijik Sania, "Anjing lo," sinisnya.

"Fely! " tekan Sakha menatap tajam Fely.

Sontak hal itu membuat nyali Fely menciut, sungguh menakutkan ekspresi Sakha saat ini. Bahkan Sania yang melihatnya bringsut memundurkan langkahnya ke belakang. "Serem anjir! " gumamnya.

Sakha yang yang peka menggenggam tangan Sania yang gemetar, "Jangan takut, " dingin Sakha dengan suara berat.

Sania bergidik ngeri, "Jadi ngeri, gimana kagak takut kalo ni orang gitu. Ya alloh, gimana nasib Sania nanti?" lirihnya namun masih bisa di dengar Sakha.

Sania menatap bosan 4 manusia yang berjalan kearahnya, 4 orang tersebut tak lain adalah Ardan, Laras, Galih dan Mila sahabat Laras.

Sakha mengerutkan kening saat melihat tatapan aneh Sania untuk 4 orang di hadapan mereka itu.

"Selamat bro, " ucap Ardan menepuk bahu Sakha yang hanya di balas anggukan dari sang empu.

Anjir!  Ganteng banget! Batin Laras dan Mila takjub melihat ketampanan Sakha. Sakha hanya menatap datar mereka.

Ardan tersenyum remeh menatap Sania, "Jadi ini selingkuhan lo, habis putus langsung nikah. Emang bener ya, jalang itu cepet laku, " bisik Ardan yang mampu di dengar Sakha, Sakha mengepalkan tangan kuat bersiap membunuh manusia di hadapan istrinya itu.

Sania melipat tangannya di depan dada menatap datar Ardan, "Ada hal yang gak harus lo tau, Ar. Dan ada kebenaran yang di waktu yang tepat terungkap. Gue harap lo terima semua itu, gue tau lo belum bisa ngelupain gue, lo masih punya rasa sama gue, lo gak akan dengan mudahnya melupakan masa indah kita selama 3 tahun."

"Najis tau gak, " sarkas Ardan.

Sania tersenyum manis bahkan sangat manis,"Gue cuma mau bilang, kelak. Apa pun yang terjadi lo harus ikhlas dan terima. Lo akan nyesel, dan waktu itu tiba jangan mencoba menemui gue, gue udah maapin lo. " lalu melirik Laras yang menatap benci Sania.

Ucapan Sania membuat Sakha, Ardan dan Galih bingung. Sakha dapat melihat cinta di mata Ardan saat menatap gadisnya,  ah ralat maksudnya wanitanya. Sakha juga melihat tatapan oenuh kebencian dari dua perempuan di hadapannya.

>>•<<

Malam menunjukkan pukul 11:30, haea begitu dingin karena di luar sana hujan turun dengan derasnya. Terlihat Sania duduk di atas kasur menyenderkan kepalanya di kepala ranjang seraya memakan cemilan , berbeda dengan Sakha yang duduk di atas sofa seraya memainkan ponselnya.

Sakha mematikan ponselnya lalu menatap Sania yang sedang menonton di layar ponselnya seraya memakan cemilan. Sakha tersenyum tipis melihat pipi Sania yang menggembung karena cemilan yang ia makan bermuatan lebih di dalam mulut mungilnya itu.

Jdeeer! 

"ALLAHU AKBAR!" pekik Sania terkejut hingga makanan dan ponselnya terbuang. Sungguh ia sangat takut dengan geluduk dan petir yang terdengar memekakkan telinga itu.

Tiba-tiba saja lampu padam. "Buset! Ni lampu pake mati segala elah, ponsel gue juga lari kemana sih! " gerutu Sania mencari-cari ponselnya.

Segala umpatan Sania barusan dapat di dengar Sakha, ia menghidupkan lampu ponselnya lalu berjalan kearah ranjang.

Jdeeeeer!

"AAAA! MAMA!! " pekik Sania ia menutup tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya bergetar ketakutan, namun ia tak nangis.

Sakha memeluk Sania yang bergetar, "Jangan takut, saya disini," ucap Sakha.

"Takut, suaranya gede banget, ngeri, " cicit Sania.

Sakha mengangguk lalu membantu Sania membaringkan tubuhnya dengan posisi masih memeluk.

Jdeeer!

Sania semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sakha. Sania menjauhkan wajahnya beberapa senti dari dada bidang Sakha lalu mengetuk-ngetuknya layaknya dada bidang Sakha adalah pintu. Sakha mengerutkan kening dengan apa yang dilakukan Sania.

Sania mendongak menatap Sakha dengan tangan yang masih mengetuk-ngetuk dada bidang Sakha, "Kok keras ya? " bingung Sania memiringkan kepalanya.

Sakha sangat gemas melihat ekspresi Sania walaupun samar-samar melihatnya, namun ia hanya diam tampa berniat menjawabnya. Perlahan Sakha mendengar dengkuran halus Sania.

Sakha tersenyum tipis seraya mengusap puncak kepala Sania, "Good night my wife," bisiknya.

>>^•^<<

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang