14

1.8K 168 2
                                    

"SAN! SANIAAA! DASI SAYA YANG WARNA MARON DIMANA?! " pekik Sakha.

Sania yang sedang menggoreng tempe hanya menghela napas kasar mendengar pekikan Sakha.

"Awas lo kampret. Gue bejek-bejek juga lu. " geram Sania berjalan kearah kamar.

Brak!

Sania membuka pintu kasar. "APA! GAK KEMAREN, GAK SEKARANG! KAYANYA LO SUKA BANGET TERIAK-TERIAK YA! " emosi Sania menatap garang Sakha.

Sakha meringis ngeri. Sungguh, seberani apa pun dia, jika di hadapkan Sania yang marah, ia akan menciut.

"Maap... " cicit Sakha.

Sania mendengus kesal lalu berjalan keluar kamar. Namun saat berada di ambang pintu langkahnya terhenti.

"Sania? " panggil Sakha lembut.

'Kutu Kampret' maki Sania dalam hati.

Sania memejamkan mata seraya membuang napasnya perlahan lalu berbalik menatap Sakha.

"Iya?" tanya Sania tersenyum geram.

Sakha yang ditatap seperti itu gelagapan. "Hem... Apa kamu memasak makanan kesukaan saya? "

Sania membulatkan mata lebar sangat... Lebar, menatap geram Sakha. Sakha meringis melihat istrinya yang seperti singa di hadapkan daging. Sakha perlahan memundurkan langkahnya kala Sania berjalan mendekatinya.

Plak!

Sania menggeplak kepala Sakha. Sakha meringis seraya mengusap kepalanya yang terkena sasaran Sania barusan.

"Lo! Aarrrg! " Sania mengacak rambutnya prustasi.

Grep!

Sakha mendekap erat Sania.

Sania memukul-mukul punggung Sakha, Sakha malah semakin mengeratkan pelukan mereka. "Maap... Jika saya membuatmu kesal. " ucap Sakha mengecup singkat puncak kepala Sania lalu membelainya.

"Anak gue kepencet kampret! Ntar kalo gepeng gimana!" kesal Sania.

Sakha membulatkan mata lebar, spontan ia melepaskan pelukan mereka.

Sakha meringis melihat tatapan Sania. "Maap... " cicit Sakha sedikit menunduk.

"Huh! " Sania mendengus kasar dan berlalu dari kamar dengan menghntakkan kakinya.

"Duh Sakha... Goblog banget sih lo." gumam Sakha.

***

"Bang? Gue nebeng ampe pasar ya? " seraya membuka pintu penumpang yang berada di samping kemudi, lalu menutup pintu kembali.

Sakha yang selesai memakai sabuk pengaman langsung menatap Sania yang memakai sabuk pengaman. "Pasar?" beo Sakha, di tambah melihat gaya Sania yang hanya memakai daster bermotif batik dan rambut yang di cepol asal, menambah kesan jika ia seorang istri. .

Sania yang baru selesai memasangkan sabuk pengaman menoleh kearah Sakha. "Ehem." seraya mengangguk.

"Udara disana gak bagus. Mending ke mall atau... Supermarket, Alfamart,  Indomaret... "

Sania menaikkan sebelah alis matanya. "Lebih murah di pasar. Cuman ngantar kok...  Gak gue suru masuk ke dalam tu pasar. "

"Gak! Saya temeni, " pungkas Sakha.

Sania hanya memutar bola matanya malas.

Tak lama mereka sampai di sebuah pasar,  mengingat ini masi pagi. Pastilah keadaan pasar sangat ramai.

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang