16

1.9K 181 12
                                    

Tolong tandai typo
><

Drrt! Drrt!

Ponsel Sania bergetar tanda ada yang menelpon. Sania menatap layar ponselnya yang tertera nama Galih. Dengan segera Sania menggeser tombil hijau itu.

"..."

"Ya," sahut Sania lalu bergegas menuju mobil.

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Sania berjalan menuju sebuah kafe yang di katakan Galih saat di telpom tadi. Sania menatap sekeliling kafe mencari seseorang yang di carinya, dan... Ketemu.

Sania menghampiri meja yang verada di pojok. "Lama? " ucap Sania seraya mendudukkan bokongnya.

Pria itu mendongak lalu tersenyum ramah kearh Sania, "Enggak kok, mau pesen apa?" ucap pria itu yang bernama Gara.

Sania menggeleng, "Gue mau ngomong serius, sama Kak Gara, " ucap Sania memulai pembicaraan.

Gara mengerutkan kening bingung, "Yaudah ngomong aja. "

Sania mengangguk, "Kak Gara harus bertanggung jawab atas janin yang di kandung Fely, " ucap Sania menatap serius Gara.

Tampa mereka sadari ada seseorang yang memviedeokan mereka.

Gara membulatkan mata terkejut, "Maksud lo? Hamil? Gue harus bertanggung jawab!"

"Bagaimanapun, janin itu anak kandung lo,  Kak. Hal ini sengaja di sembunyikan dan gak ada yang tau selain gue dan lo," Sania menunjuk Gara.

"Gue akan bertanggung jawab, tapi... Gue gak tau reaksi Sakha nanti. Gue yakin dia pasti marah banget sama gue. Sebelumnya gue bener-bener gak tau kalo dampaknya kaya gini," ucap Gara sedih menatap sendu Sania.

"Bang Sakha biar jadi urusan gue, yang penting kita harus selesain semua."

Dan seseorang yang memvideokan mereka tersenyum licik dan bangkit berlalu keluar kafe.

"Gue mau penasaran awal kalian ketemu di hotel, bisa jelasin?"

Gara mengangguk lalu membenarkan duduknya, "Gue gak terlalu inget sih, karena malam itu gue mabuk. Malam itu gue nganterin temen gue ke hotel karena terlalu mabuk. Terus pas gue mau balik ketemu Fely di lorong hotel sendirian, dan... Hal tak diinginkan terjadi, " jelas Gara panjang kali lebar.

"Dan, sebelumnya gue gak pernah setuju putus dari Fely, bahkanvsampe sekarang perasaan gue terhadapnya masih sama, tak berkurang sedikit pun. " ucap Gara sambil mengaduk-aduk air yang di gelas tepat di hadapannya.

"So? " tanya Sania.

"Sebenernya gue waktu itu mau jelasin kalo yang meluk gue waktu itu adik sepupu gue yang baru pulang dari mondok, tapi Fely gak mau dengar, dia gak percaya cewek itu sepupu gue." ucap Gara.

Sania hanya mengangguk-angguk mengerti, "Maap kalo selama ini gue udah nuduh Kak Gara yang bukan-bukan. Gue terbawa emosi waktu Fely bilang lo selingkuh, ya walaupun gue gak lihat kejadiannya."

Gara tersenyum tipis, "Gue ngerti kok, sahabat mana yang tidak marah saat sahabatnya sendiri tersakiti, dan nanti malam gue akan datang kerumah orang tuanya. Sebelumnya, selamat ya atas pernikahan lo dan Sakha, maap gak bisa dateng. "

Sania tersenyum lucu, "Gak papa kok, tapi... " jeda Sania.

Gara mengerutkan kening, "Tapi...? "

"Tapi, sebagai gantinya, Kak Gara traktirin gue makan mie ayam tempat biasa, " antusias Sania menaik turunkan alisnya.

Gara terkekeh tangannya terulur mengacak rambut Sania gemas, "Kayanya bumil lagi ngidam nih! " goda Gara.

Sania menyengir lebar lalu mengangguk. "Yaudah yuk! " ajak Gara.

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang