25 (Ending)

3.7K 240 9
                                    

Maap dan mohon maklumi jika ada kesalahan dalam penulisan
Tolong tandai typo
.
.
.

"Bunda!" panggil Zaki dan Zidan menarik-narik rok Sania.

Sania tersenyum tulus lalu berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan twins. Sakha? Ia diam menatap tiga manusia itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sania mengusap puncak kepala twins, "Bik Sulisnya mana?" tanya Sania lembut.

Zaki mencebikkan bibir, "Di mobil. Bunda kok lama sih, kita ydah nunggu dari tadi!"

Zidan mengangguk antusias, "Benel tuh! Tadi kata Bik Sulis meetingnya bental, tapi kok lama sih!" dengus Zidan bersedekap dada menatap garang Sania.

Sania, Aris dan Jihan terkekeh melihat tingkah menggemaskan Zidan.

Zaki menyenggol lengan Zidan, "Bik Sulis boongin kita lagi!" geram Zaki di angguki Zidan.

Sania menatap lembut twins, 'Apakah ini saatnya?'  batin Sania menatap sendu twins.

'Itu anak yang ku temui tadi... Apakah anak ini... Anakku?'  batin Sakha menatap sendu twins yang mengoceh.

Zaki menoleh ke arah Sakha seraya memiringkan kepalanya, "Ngapain Om disini!" garang Zaki.

Sakha tersadar dari lamunannya lalu menunduk menyamakan tingginya dengan Zaki. Sania, Jihan dan Aris diam, menunggu apa yang akan dilakukan Sakha.

Sakha menoleh ke arah Sania, "Mereka...?" ucap Sakha melirik twins.

Sania yang mengerti maksud Sakha lalu mengangguk pelan.

"Really?" ucap Sakha memastikan.

"Yes!" jawab Sania.

Spontan Sakha menatap haru Zaki dan Zidan yang menatapnya polos. Sakha perlahan berjongkok menyamakan tingginya dengan twins.

Zaki menyenggol Zidan, "Om ini kenapa?" heran Zaki melirik Sakha yang meneteskan air matanya. "Malah mewek?" sambungnya.

Zidan melirik Zaki sekilas lalu menatap Sakha ketika Sakha memegang bahu kanannya begitupun dengan bahu Zaki di sebelah kiri yang di pegang Sakha.

"Om kenapa nangis? Kan kita ndak minta pelmen, Om?" celetuk Zidan menatap polos Sakha di balas anggukan antusias dari Zaki.

Sania tersenyum kecil mendengar penuturan Zidan. Berbeda dengan Jihan dan Aris diam melihat aksi twins yang menggemaskan.

Sakha mengecup singkat kening twins lalu memeluk mereka berdua. Twins terkejut kala Sakha memeluk mereka erat.

"Maapkan Ayah, Nak ... " ucap Sakha pelan menatap teduh keduanya.

Aris menatap sedih Sania yang sepertinya sedang menahan air matanya agar tidak jatuh. Jihan mengusap lembut tangan Aris.

Aris menatap kosong lurus, tiba-tiba hatinya terasa nyeri kala sepintas ingatannya beberapa tahun dulu sewaktu masa kritis Sania yang membuatnya hampir saja kehilangan Sania.

"Lo gak pernah tau, gimana rasa takutnya, sedihnya kecewanya, bencinya saat Sania hampir saja pergi ninggalin kehidupan ini, demi ngelahirin dua malaikat kecil yang sekarang di gandengnya." jeda Aris menatap Sania yang menunduk. Ia tahu, bahwa saat ini Sania sedang menangis.

Jihan mengusap sudut matanya yang hampir mengeluarkan cairan bening dari matanya. Ia juga merasa takut kala itu kehilangan Sania, karena ia sudah menganggap Sania sebagai Adiknya sendiri.

Sedangkan Sakha? Ia terdiam menatap kosong,  hatinya terasa ngeri mendengar penuturan Aris.

"Dan karena kuasa dan kasih sayang Allah, Allah memberi kesempatan pada Sania untuk merawat kedua malaikat kecilnya-" jeda Aris lalu menatap Sakha.

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang