11

1.8K 167 0
                                    

Setelah Sania membereskan dapur, ia berjalan menghampiri Sakha yang berada di kamar.

Ia menaiki tangga sesekali ia melirik ke pintu kamar Fely yang berdekatan dengan kamarnya alias kamar Sakha yang otomatis juga kamar miliknya. Kamar Fely masi tertutup rapat

Ceklek

Sania membuka pintu kamar. Terlihat Sakha yang duduk di atas kasur dengan laptop di pangkuannya. Perlahan Sania juga ikut duduk di samping Sakha yang pokus dengan laptopnya.

'Gue harus bilang sama Bang Sakha tentang masalah Fely.' Batin Sania seraya mengangguk.

Sania menatap Sakha, "Bang, gue mau ngomong penting."

"Hem," dehem Sakha tampa menoleh kearah Sania.

Sania berdecak kesal, "Iiih, serius..." kesal Sania mencebikkan bibir.

Sakha menoleh sekilas kearah Sania lalu pokus kembali dengan laptopnya.

Sania mengerutkan kening,"Lo kenapa sih, Bang Sakha?" bingung Sania kala melihat Sakha berdecak kesal lalu mengusak rambutnya gusar.

Sakha menatap sayu Sania, "Ada yang menggelapkan uang kantor."

Sania membulatkan mata. "Terus gimana? Udah tau belum siapa yang ngelakuin itu?"

Sakha mengangguk, "Saya tau siapa orangnya, tapi orang itu kabur."

'Kayanya lain kali aja deh gue bilangnya. Kasian Bang Sakha banyak pikiran. Ntar setres pula, terus! Gue jadi janda. Buset dah amit-amit!' Batin Sania seraya menggelengkan kepala.

Sakha mengernyitkan dahi, "Kamu kenapa?" bingung Sakha.

Sania yang tersadar lalu menatap Sakha seraya menggeleng.

Sakha membantu Sania untuk merebahkan tubuhnya. Sakha tersenyum simpul, kala melihat perut Sania yang sepertinya semakin besar. Tangannya terulur untuk mengusap perut buncit Sania.

"Tadi mau bicara apa Hem?" ucap Sakha tersenyum tipis.

Sania menggeleng, "Gak jadi. Mending kita tidur aja."

Sakha hanya tersenyum tipis saat melihat Sania yang memejamkan mata menuju alam mimpi.

"Selamat bobok anak Ayah," ucap Sakha lalu mengecup perut buncit Sania.

Sania menggelihat kala merasakan geli akibat ulah Sakha. Sakha beralih menatap Sania yqng sudah tertidur pulang. "Selamat malam istrinya Ayah," ucap Sakha terkekeh geli, lalu mengecup kening Sania sebelum menyusul sang istri ke alam mimpi.

***

Pagi ini Mama Tisa, Fely dan Sania sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

"San? Mending kamu duduk aja, Nak. Kasian anak kamu di dalem perut pasti capek, gegara emaknya gabisa diem," sewot Mama Tisa.

Sania meringis lalu menoleh kearah Fely yang tampak melamun. Mama Tisa mengikuti arah pandang Sania.

"Fel? Malah melamun, mikirin apa sih?" tegur Mama Tisa seraya menggelengkan kepala.

Fely menoleh kearah Mama Tisa, "H-hah! Enggak kok Ma. Fely gak mikirin apa-apa," elak Fely lalu melanjutkan memotong bawang.

"SANIA! DASI AKU YANG WARNA HITAM MANA?!" pekik Sakha dari arah kamar.

Sontak mereka bertiga terlonjak kaget. Mama Tisa mengelus-elus dadanya. Fely hanya meringis mendengar teriakan Sakha. Berbeda dengan Sania yang berdecak kesal.

"Sania keatas dulu ya, Ma. Anak Mama perlu di sumpelin tu mulutnya ama cabe bencong," kesal Sania lalu berlalu ke kamar.

Brak!

Sania membuka kasar pintu. Sakha yang sedang mondar-mandir mencari dasi langsung terlonjak kaget.

"Bisa pelan-pelan gak?" dengus Sakha menatap datar Sania.

Sani menatap sinis Sakha. Sakha mengangkat kepalanya sekilas seolah berkata 'apa?'

"Kalo nyari dasi itu pake mata! Jangan pake mulut Bang Shak!" greget Sania saat melihat dasi yang di cari Sakha berada di selipan pakaiannya.

Sakha membulatkan mata, padahal ia sudah mencari disana dan tidak menemukan dasi itu.

Sakha menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya menatap langit-langit kamar. "Maap... Tapi... Tadi saya sudah mencari disana tapi tidak ketemu."

Sania yang geram dengan ekspresi tak berdosa Sakha, lalu menyentil bibir Sakha.

"Awsh," Sakha meringis seraya mengusap-usap bibirnya.

"Makanya! Kalo nyari itu yang bener! Ngapain tadi tadi teriak-teriak hah!" marah Sania layaknya memarahi anak kecil.

Sakha menunduk, biar saja ia di kata pengecut. Tapi jujur, saat nelihat Sania seperti ini. Ia lebih memilih di hadapkan dengan kertas-kertas ujian UN.

"Malu tau, di denger Mama, Papa, and Fely. Mana tu suara toa banget lagi!" cerocos Sania.

"Nunduk!" suruh Sania lalu memakaikan Sakha dasi.

Sakha tidak dapat menahan senyumnya saat melihat Sania yang mengoceh seperti itu. Baginya saat Sania mengoceh dan memarahinya, Sania akan terlihat lebih menggemaskan baginya.

Sania mendongak menatap Sakha, sontak mata mereka saling bertemu dan terkunci beberap detik sebelum Sania memutuskan pandangan mereka.

Sania bergidik ngeri kala melihat senyum Sakha.

***

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang