09

1.8K 186 0
                                    

Tepat hari ini pernikahan mereka menginjak lima bulan, begitu juga dengan usia kandungan Sania yang hampir menginjak 5 bulan.

Hari ini adalah hari minggu jadi Sakha sedang berlibur.  Keduanya sudah terligat sangat dekat, entah kemanalah sifat dingin mereka. Terkadang Sakha kewalahan dengan sikap manja dan terkadang tiba-tiba marah, nangis.

"Bang Sakha... " rengek Sania yang berada di sampingnya. Posisi mereka kini berada di depan tv yang menayangkan kartun upin-upin.

"Kenapa hem? " lembut Sakha mengusap puncak kepala Sania.

"Fely udah sebulan gak hubungi gue, dateng juga udah gak pernah, " khawatir Sania.

Sakha tersenyum, "Mungkin dia lagi sibuk dengan tugas kuliahnya. "

Ya, Fely memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku perkuliahan.

Sania tampak berpikir, "Tapi... Gak biasanya dia gini, " ucap Sania menatap lurus berpikir keras.

Sakha tampak berpikir bahwa yang di katakan Sania ada benarnya juga.

"Sudahlah, jangan berpikir terlalu keras," ucap Sakha seraya mengusap puncak kepala Sania yanh di balas anggukan dari sang empu.

>>•<<


Siang ini Sania sedang bersiap menuju kantor Sakha. Ia berniat membawa makan siang untuk Sakha. Sania sudah tampil cantik dengan baju bewarna marun.

Sesampainya di kantor beberapa karyawan menyapanya. Sejujurnya ini pertama kalinya Sania datang ke kantor Sakha. Sania berjalan kearah rsepsionis.

"Ekhem, maap Mbak. Saya ingin bertanya dimana ruang CEO? " tanya Sania seraya tersenyum.

Resepsionis bernametag Lina itu memicingkan mata menatap Sania, "Maap, apa anda sudah membuat janji dengan beliau? "

Sania menggeleng.

"Maap, Nyonya. Tapi anda harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin menemuinya. " ucap Lina.

"Saya tidak perlu membuat janji untuk menemui beliau, Mbak. Jadi tolong katakan saja dimana ruangan beliau," ucap Sania lembut.

"Tidak bisa, Mbak! Setiap orang yang ingin menemui beliau, anda harus membuat janji. Karna itu sudah ketetapan disini," sinis Lina kesal dengan wanita di hadapannya ini yang tetap kekeh.

Beberapa karyawan menoleh kearah mereka karna suara Lina yang sedikit meninggi. Seorang karyawan bernama nametag Gina menghampiri mereka.

"Maap, ada apa ini? Tolong jangan membuat keributan. Para karyawan terganggu," tegur Gina.

"Lihatlah Gina, Nyonya ini kekeh sekali untuk menemui Pak Sakha, padahal ia tidak membuat janji sebelumnya." sinis Lina.

Sania menghembuskan napas perlahan lalu menoleh kearah Gina. Gina sontak terkejut kala melihat seseorang di hadapannya itu.

Ting!

Pintu lift terbuka, menampilkan Sakha dan Niel sekretarisnya.

Sakha mengerutkan kening kala melihat Sania yang sedang berbicara dengan 2 karyawannya, dengan segera Sakha berjalan kearah Sania.

"Ada apa?" tanya Sakha dingin menatap karyawannya.

Lina dan Gina meneguk ludahnya susah payah. Berbeda dengan Sania yang menatap datar Sakha. Banyak karyawan yang berbisik-bisik. Pasalnya ini pertama kalinya mereka melihat istri CEO mereka.

"Ma-map, Pak. Nyonya ini kekeh ingin bertemu dengan anda, padahal dia belum membuat janji dengan anda," celetuk Lina.

Sania membuang napas kasar menatap sengit Sakha, "Apakah kau tidak mengundang mereka saat pernikahan kita? Sehingga dia ngelarang gue ketemu Bang Sakha?" tanya Sania menunjuk Lina dengan dagunya.

Lina membulatkan mata lebar kala mendengar penuturan wanita di hadapannya itu. Berbeda dengan Sakha menatap Sania lalu menggeleng polos.

Sania membulatkan mata lalu menjewer telinga Sakha. "Ad-aduh! Sak-kit San, " ringis Sakha mencoba melepaskan tangan Sania dari telinganya.

Semua orang yang melihat itu meringis ngeri, dan tak debagian juga ada yang menahan tawa. Karena ini pertama kalinya melihat CEO dingin mereka seperti itu.

"Lihatlah karena ulahnya, dia membuabg waktuku untuk bertemu denganmu, " geram Sania menatap tajam Sakha.

"Iya-iya, maap yang. Sakit atu ih ni telinganya. Lepasin yaaaang..." akhirnya Sania melepaskan jeweran tersebut.

Sakha menatap tajam Lina. "Ma-maap Pak. Saya tidak tahu bahwa Nyonya ini istri Bapak, " ucap Lina tak enak.

"Ck. Sudahlah, ini bukan salahmu tapi salah dia, " Sania menunjuk Sakha yang menatapnya tak percaya.

"Kenapa salah saya? " bingung Sakha.

Sania menatap sengit Sakha, "Kalo Bang Sakha bilang ke mereka, mereka pasti tahu siapa gue. Dan mungkin udah dari tadi gue ketemu sama lo! " kesal Sania.

Sakha meringis ngeri, sungguh istri kecilnya ini di luar nalar. Ia pikir istrinya akan menjambak-jambak karyawan karena sudah kasar dengan istrinya itu. Ternyata Sania malah menyalahkannya bahkan menjewer telinganya di depan para karyawannya.

"Sudahlah, sepertinya kamu capek berdiri terus. Ayo kita kerungan saya saja. Kasian si baby denger emaknya marah-marah terus, " ucap Sakha menuntun Sania ke dalam lif.

Plak!

Sakha meringis kala Sania menggeplak keras bahunya.

"Bilang apa?!"

"Hehe, bercanda sayang, " sahut Sakha seraya mengusap perut Sania.

Sania mendengus. Menjengkelkan sekali suaminya itu.

>>^•^<<

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang