10

2K 174 0
                                    

Sore ini Sakha dan Sania sedang bersantai di teras dengan secangkir kopi, namun tidak dengan Sania yang memilih susu hamil untuk di minumnya.

Sania menoleh kearah Sakha yang sedang memperhatikan anak-anak yang sedang bermain dengan sepeda mereka di temani juga dengan orang tua mereka.

"Bang Sakha?" panggil Sania. Sakha menoleh ke arah Sania dengan menaikkan sebelah alis matanya.

"Gue rindu sama Fely, ke rumah Mama yuk." ajak Sania menatap Sakha dengan tatapan memohon.

Sakha mengangguk sebagai jawaban.

***

"Assalamualaikum! " salam Sakha dan Sania sesampainya di mansion Baskara.

"Waalaikumsalam! " terlihat Tisa selaku mertua Sania berjalan tergopoh-gopoh menghampiri sang anak dan menantunya.

Sania mengerutkan kening kala melihat Tisa menggunakan celemek dan memegang sutil.

Sakha menyalami punggung tangan Tisa diikuti Sania.

"Mama lagi masak? " tanya Sakha lembut.

Tisa menyengir, "Hehe.. Iya Bang,  Mama lagi masak. Kalian kok gak bilang mau dateng? Untung aja Mama lagi masak, jadi Mama bisa masak lagi yang banyak. "

"Sania bantuin ya, Ma? " ucap Sania berbinar.

"Tidak! Kamu duduk saja, ibu hamil ga boleh kerja yang berat-berat, " tegas Tisa.

Tisa dan Sakha gelagapan kala Sania melengkungkan bibirnya hendak menangis.

"Udahlah, Ma. Turutin aja, " ucap Sakha memohon.

"Tap--" ucapan Tisa terpotong.

"Plis Ma... "  mohon Sakha.

Tisa menghela napas perlahan. "Yaudah, yuk ikut Mama ke dapur, " seraya menuntun Sania ke dapur.

Sania mengangguk antusias.

Setelah Sania dan Tisa berlalu menunu dapur. Sakha berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sakha menghentikan langkahnya kala melewati kamar Fely yang sedikit... Berantakan. Tidak biasanya kamar gadis itu berantakan, banyak barang berserakan di lantai.

Sakha masuk ke dalam kamar Fely dengan hati-hati. Sakha juga sedikit bingung kamar ini sedikit gelap, karena semua jendela di tutup. Sakha melirik Fely yang sedang tertidur, ia terheran-heran kala melihat rambut Fely yang sangat berantakan saat tertidur.

Tak ingin membuat adik semata wayangnya terganggu, Sakha perlahan keluar tak lupa menutup pintu secara  perlahan.

***

Sania menaruh hasil masakan mereka tadi di atas meja makan.

"Lah, pantes gak ada yang jawab salam Papa," celetuk Papa Arga di ambang pintu dengan menenteng tas kerjanya.

"Hehehe, gak denger Pa. Dari tadi Mama ngoceh mulu," Sania menyengir lalu menyalami punggung tangan Papa Arga.

Papa Arga terkekeh seraya menggelengkan kepala. "Mama mana? " tanya Papa Arga seraya clingak-clinguk mencari Mama Tisa.

"Mama lagi ke kamar mandi bentar,  Pa. Mending Papa mandi dulu deh, ntar kita makan malam, " ucap Sania.

Papa Arga mengangguk lalu pergi menuju kamar.

"Loh,  San. Tadi kayaknya Mama denger suara Papa deh, " celetuk Mama Tisa yang baru keluar dari kamar mandi seraya clingak-clinguk.

"Mama salah denger mungkin, mungkin karena Mama rindu sama Papa kali, " kekeh Sania.

Mama Tisa membulatkan mata lebar, "Ada-ada aja kamu."

"San, panggil suami kamu dan Fely gih, biar Mama panggilin Papa, " ucap Mama Tisa.

Sania mengangguk lalu berjalan ke lantai dua. Sania masuk ke dalam kamarnya dan juga kamar Sakha dengan hati-hati karena melihat Sakha yang sepertinya geng sedang tidur.

Sania menepuk-nepuk pipi Sakha pelan, "Bang, Bang Sakha. Bangun... Ayok makan malam, " ucap Sania lalu menusuk-nusuk pipi Sakha dengan jari telunjuknya.

"Hem, " gumam Sakha.

"Ck. Bangun kampret! Ayok makan malam! " kesal Sania.

"Hem, " gumam Sakha lagi.

"Bangun ferguso! "

"Hem, " gumam Sakha seakan ia malas membuka matanya.

Sania mendengus kesal. "Gini banget punya laki, Bang Sakha ih! Bangun... " seraya menarik-narik tangan kekar Sakha.

"..."

"Ngeselin banget sih! " dengus Sania.

'Gue tau caranya'  batin Sania tersenyum misterius.

"Aws! " pekik Sakha saat Sania mencubit lengannya.

"Rasain! " ledek Sania tersenyum menang.

Sakha menatap tajam Sania lalu berlalu menuju dapur.

"Dih ngeselin! " geram Sania meninju-ninju angin.

Kemudian Sania berjalan menuju kamar Fely. Ia mengernyitkan dahi heran kala melihat kamar Fely yang gelap, barang berserakan di lantai. Sania melirik Fely yang tampak tertidur pulas lalu menghampiri gadis itu. Namun, langkahnya terhenti merasa kakinya menginjak sesuatu.

Sania berjongkok melihat apa yang ia pijak,  yang ternyata adalah buku diary Fely. Sania yang kepo lalu membuka buku diary itu. Lembar demi lembar ia baca. Sania mengernyit bingung kala membaca.

Semenjak kejadian itu. Gue bener-bener gak tau harus gimana. Hidup, atau mati. Gue gak berani bilang ke dia soal janin ini.

Sania membulatkan mata kala membaca setiap kalimat yang tertulis di buku itu.

"Janin? Dia? Maksudnya apa sih? " gumam Sania bingung lalu membuka halaman berikutnya.

"Fely... Hamil? Dan sudah menginjak 1 bulan? Bagaimana bisa hal sebesar ini dia gak bilang ke gue? Dan... Siapa yang Fely maksud dia? " guman Sania. Karena penasaran Sania membuka lembaran berikutnya.

Sania menutup mulutnya terkejut dengan kalimat yang Fely tulis yang menyebutkan nama dia. "Jadi dia gak tau sama sekali kalo Fely mengandung anaknya? Ck. Dasar Fely. Kenapa cobak gak ngomong sama gue hal sebesar ini! " dumel Sania lalu beranjak dari kamar Fely. Ia tak tega membangunkan sahabatnya itu yang sepertinya sedang bermimpi indah.

Sesampainya Sania di meja makan.

"Loh, Fely mana,  San? " tanya Mama Tisa.

"Tidur, Ma. Sania gak tega bangunin tu beban keluarga," sahut Sania lalu menyengir.

Papa Arga menggelengkan kepala, "Anak itu benar-benar... "

***

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang