05

2.6K 205 24
                                    

Maap typo
*
*

Terlihat dua pasutri itu sedang bersantai di kamar.

"Sania, " panggil Sakha dengan mata terfokus dengan layar laptop di pangkuannya.

Sania yang sedang asik dengan layar ponsel di hadapannya menoleh kearah Sakha yang sibuj dengan laptop dan berkas-berkas.

"Kenapa,  Bang Sakha? " tanya Sania.

Sakha menatap Sania, "Apa kau tidak ingin kuliah? "

Sania tersenyum manis, "Gue udah pernah berjanji dengan diri gue sendiri, kalo gue kuliah gue akan menunda pernikahan dan sebaliknya kalo gue udah nikah gue akan fokus ke rumah tangga. Lagian gue juga males kuliah karena pasti akan banyak tugas yang rumit, ribet, sulit yang harus gue kerjain," jeda Sania menatap manik mata Sakha.

"Aku gak mau merepotkan Bang Sakha kalo aku kuliah otomatis akan ada banyak biaya yang harus di keluarkan. Kalo aku kuliah juga pasti waktu ku akan terbagi. Aku serius dengan pernikahan ini, aku ingin fokus dengan rumah tangga ini," ucap Sania tersenyum kearah Sakha.

Sakha menatatp sendu Sania seraya menggenggam tangan Sania, sungguh ia semakin merasa bersalah dengan hal yang pernah ia lakukan. "Maapkan saya yang merenggut masa mudamu. "

Sania menggeleng pelan, "Ini udah jadi takdir Allah, mungkin ini yang terbaik buat kita. Jadi, jangan pernah meminta maap lagi."

Sakha langsung memeluk erat Sania. Sania sontak terkejut dengan serangan dadakan Sakha yang membuatnya sulit bernapas, "Kampret! Gue gak bis-sa napas njir, " ucap Sania.

Sontak Sakha melepas pelukan tersebut, "Maap... " ucap Sakha menatap sendu Sania yang menatapnya datar.

Sania tidak menggubris ucapan Sakha,  ia malah melanjutkan menonton drakor di ponselnya.

"Sania... Maap, " lirih Sakha merasa sangat bersalah. Sania malah asik menonton drakor tampa memperdulikan Sakha yang merengek memohon maap.

Sakha merapikan berkas-berkas tersebut lalu menaruhnya di laci begitupun dengan laptopnya.

Sakha menoleh ke arah Sania yang masi mengabaikannya, "Sania .... Maap... Gak lagi deh kaya gitu," mohon Sakha memajukan bibirnya sedih.

Sania yang sedari tadi mati-matian menahan tawa melihat ekspresi Sakha kemudian mengangguk sebagai jawaban agar ia tidak melihat ekspresi sedih Sakha yang menggemaskan baginya.

"Beneran nih? " antusias Sakha.

Ni orang kenapa sih gak kaya biasanya. Apa jangan-jangan.... Batin Sania.

Sania memegang kepala Sakha, "KELUAR KAU SETAN! IBLIS! DEMIT! WEWE! MBAK KUNTI! TUYUL! OCONG! And sejenisnya lah bangsad. Keluar kau dari tubuh SUAMI KAMPRET GUE!!!" teriak Sania.

Sakha menatap datar Sania. Kenapa lagi ni bocah. Batinnya.

"Setan sialan! Keluar gak lo BANGSAD! ALLAHUMMA BARIKLANA FIMA ROZAKTANA WAKINNA AZABANNAR!" menatap tajam Sakha.

Sakha menurunkan tangan Sania dari atas kepalanya, "Ck. Kamu kira saya kerasukan? Mana salah doa lagi, " cibir Sakha.

Sania membukatkan mata lebar, "Jadi situ gak kerasukan demit? Set dah! Kalo gitu ngapain gue teriak-teriak gak jelas kaya tadi, " gerutu Sania menatap sinis Sakha.

Sakha melirik datar Sania, "Cosplay jadi orgil. " ucapnya enteng lalu merebahkan tubuhnya.

Sania menatap tajam Sakha yang merebahkan tubuhnya,  "Ngomong apa lo tadi kampret! Gue timpuk juga lo!"marah Sania menimpuk bantal guling.

Sakha Sania (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang