🌻🌻🌻
Jeno terbangun dari tidurnya yang lelap, tangannya meraih sebelah tempat tidur yang terasa kosong.
Mata sipit itu terbuka, lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari di mana sosok Renjun yang semalam masih berada dalam pelukannya.
Tapi, sebelum pikiran buruk menghampiri dirinya, Jeno telah lebih dulu mencium aroma masakan.
Jeno tersenyum, kemudian bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi, sangat tidak keren bukan jika Renjun melihat wajah bangun tidurnya, yah meskipun ia masih terlihat tampan. Menurut Jeno masih belum saatnya Renjun melihat itu.
Di dapur, Renjun sedang memasak di iringi nyanyian dari suaranya yang merdu. Renjun tersenyum saat ia mendengar suara langkah kaki Jeno.
"Selamat pagi!" Sapanya pada Jeno, tapi fokusnya tetap pada pisau yang sedang memotong tahu.
"Pagi" Jeno tersenyum melihat pemandangan seindah senyum Renjun itu adalah hal yang membahagiakan untuknya.
"Bisa kau cicip ini?" Renjun mengambil sedikit kuah di dalam panci dan meniup-niupnya supaya lidah Jeno tidak terbakar.
Setelah di rasa cukup dingin Renjun mengarah sendok itu kedepan mulut Jeno dan dengan senang hati di terima oleh lelaki tampan itu.
"Bagaimana?"
Jeno memberikan gestur berpikirnya yang mana membuat jantung Renjun berdebar-debar karena. "Hmmm"
Mata rubah itu membulat lucu menunggu komentar yang akan Jeno lontarkan dan hal itu membuat Jeno gemas bukan main. "Kimchi jjigae ini sangat enak Renjunie."
Renjun menghela nafas lega. "Ohh syukurlah, aku begitu takut rasanya tidak sesuai dengan selera mu" Renjun kemudian memasukkan tahu yang telah ia potong ke dalam rebusan Kimchi jjigae yang ia buat. "Nah kita masukkan tahu, setelah itu kita akan sarapan."
Tak mendapati respon dari Jeno, Renjun menatap kekasihnya itu.
Jeno sedang melamun matanya tidak pokus, Renjun tahu lelaki itu pasti memikirkan masalah kantornya.
Renjun berjinjit dan mengecup pelan pipi Jeno membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya "Semangat lah Jeno-yaa, Jeno ku kan selalu bersemangat, hmmm?"
Jeno menghela nafas, ini sedikit berat baginya "Aku tidak bisa berpikiran jernih, nasib semua karyawan ada di tanganku Renjun, bagaimana jika aku tidak bisa mempertahankan perusahaan ku."
Renjun mengelus kedua bahu Jeno pelan "Jeno-yaa dengarkan aku. Kau pasti bisa melalui ini, ada aku di sini. Aku siap membantu mu kapan saja itu di perlukan yang bisa kau lakukan adalah mempercayai diri mu sendiri, kau tidak boleh berfikir seperti itu Jeno. Kau sudah tahu bukan nasib karyawanmu ada di tanganmu?" Jeno mengangguk. "Kalau begitu kau pasti bisa melakukannya untuk mereka, aku yakin itu! Ayo ayo semangat!!" Renjun mengepalkan kedua tangannya dan berpose memberikan semangat.
Karena terlalu imut hal itu mampu membuat Jeno tersenyum dan mengikuti gerakan Renjun "Semangat!" Ucapnya.
"Nah mari kita sarapan dulu."
🌻
🌻
🌻
"Presdir Lee"
Baru saja Jeno melangkahkan kakinya keluar dari lift sekretarisnya Xiaojun telah menunggu dengan wajah yang sedikit mengkhawatirkan.
"Ada apa Sekretaris Xiao?"
"Perusahaan Amerika meminta kita untuk ganti rugi atas kerugian dan tercemarnya nama baik perusahaan mereka. Mereka baru saja menghubungi tadi pagi kalau kita tidak segera menggantinya mereka akan menempuh jalur hukum."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not Boy
FanfictionHuang Renjun, seorang gadis yang harus hidup terlilit hutang karena keluarga nya mengalami kebangkrutan di tambah sang ayah yang suka berjudi membuat hidupnya semakin melarat. Sebuah ide gila membuatnya terjebak dalam situasi yang menyulitkan. Berpu...