🌻 Day 4 Huang Reojeon-ssi 🌻

3.5K 541 104
                                    

3K words awas kena sindrom bosan

🌻

🌻

🌻

"Aish Lee Jeno sialan". Renjun melajukan mobilnya eits mobil milik Jeno dengan kecepatan tinggi dan sesekali mengumpat. Tidak habis pikir dengan Jeno yang hanya memberikan waktu sedikit untuknya kembali menuju kantor.

'Drtttt' sebuah pesan masuk.
Waktu mu tinggal 20 menit lagi

Renjun semakin menginjak pedal gas pada mobil karena waktu yang terus berjalan, sampai di basement Renjun memarkirkan mobil dengan hati-hati meskipun terburu-buru ia tetap harus hati-hati bukan? Jika tidak nasib nya kan semakin buruk nantinya.

Renjun berlari keluar dari mobil setelah urusan parkir mobilnya selesai, ia memencet-menecet tombol lift berkali-kali sambil melihat ke arah pergelangan tangannya yang menunjukan waktu masih tersisa delapan belas menit lagi. Lift satunya rusak dan yang satunya sedang menuju kebawah dan yang di sebelahnya juga sama sedang menuju ke atas dan lantai bawah. Kenapa harus hari ini. Renjun merasa keberuntungan tidak memihaknya hari ini.

Melihat waktu yang terus berjalan akhirnya Renjun memutuskan untuk lewat tangga darurat, sudah 10 lantai ia lewati dengan berlarian bak orang kesetanan masih tersisa 13 lantai heol, lantai letaknya ruangan Jeno itu di lantai dua puluh tiga Renjun merutuki kenapa kantor ini harus punya lantai sebanyak itu kan dia lelah harus berlarian menaiki tangga seperti ini.

Renjun berhenti di lantai lima belas dengan nafas terengah-engah "Lee Jeno sialan" umpatnya lalu kembali melangkah kan kakinya. Ia keluar dari pintu darurat menuju lift, beruntung nya ia atas segala kebaikan yang telah ia lakukan selama ia hidup, lift sedang kosong jadi ia tidak perlu berlari sampai lantai dua puluh tiga bisa copot kakinya.

Dengan energi yang semakin menipis Renjun berlari lagi menuju ruangan Jeno.

Jeno yang sedang duduk pokus membaca berkas pun langsung di kejutkan dengan kedatangan Renjun yang langsung menempatkan berkas yang ia bawa tadi kemeja di hadapan Jeno dengan nafas tersengal.

"Huh_huh Presdir saya tidak telat bukan? Huh". Renjun langsung terduduk di depan meja Jeno ia tak menghiraukan tatapan datar Jeno dari balik kaca mata yang lelaki itu gunakan karena demi apapun Renjun merasakan jika ia akan segera kehilangan kakinya karena rasanya benar-benar melelahkan di bagian kakinya tertutama pada bagian betisnya. Dan keringat yang membasahi kemeja nya. Renjun tidak bisa membuka jasnya karena dia masih ingat bahwa ia ini perempuan bagaimana jika nanti jeno semakin menyadari bentuk yang tidak biasa dari tubuh seorang lelaki.

Jeno menegakkan tubuhnya lalu berjalan menuju sudut ruangan nya yang di desain dengan meja dan kursi seperti bar dan mengambil botol air mineral dari meja itu. Ia berjalan menuju dimana Renjun yang sedang duduk sambil memukul-mukul kakinya.

Jeno membukakan tutup botol air mineral itu sebelum memberikan nya kepada Renjun. "Minumlah".

Renjun mendongak dan ia langsung mengambil air itu tanpa pikir panjang karena ia sangat lah haus rasanya seperti sedang berada di gurun pasir tanpa ada air di sana.

Renjun menegak air mineral itu dengan rakus dan langsung menghabiskan seluruh isinya.

Jeno yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya heran, ia lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku jas nya yang tergantung.

"Apa kau baru saja di kejar hantu". Jeno berucap sambil mengulurkan sapu tangan.

Renjun yang melihatnya langsung mengambil tanpa pikir panjang karena keringat nya sangat banyak dan itu sangat tidak nyaman lagi pula kan Jeno meminjamkan secara suka rela.

I Am Not Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang