🌻🌻🌻
Pagi-pagi Renjun sudah melamun di meja kerjanya memikirkan tentang Jeno, sampai ia sendiri tidak menyadari jika Jeno sudah datang dan sekarang menuju ke meja kerjanya.
"Sekretaris Huang". Panggil Jeno.
Renjun yang mendengar itu hampir saja terlonjak kaget "Nde! Ahh anda sudah datang Presdir". Renjun membungkuk hormat.
"Kau melamun?". Tanya Jeno.
"Ahhh saya umm saya memikirkan appa ayah saya apakah alerginya sudah lebih baik atau belum". Chanyeol sebenarnya sudah sembuh hanya sekedar alasan Renjun saja.
"Baiklah tolong panggil aku jika rapat akan di mulai".
"Nee".
Jeno melangkahkan kakinya menuju ruangan di mana dia berada.
Selesai rapat Jeno dan Mark sekarang tengah berbincang di ruangan milik Jeno.
Renjun masuk membawakan secangkir teh untuk Jeno dan juga Mark.
"Pihak Amerika ingin mengadakan pertemuan di restoran rumahan". Mark membuka obrolan.
"Kau tau, aku tidak bisa". Jeno menjawab sesambil mengangkat gelas teh miliknya. "Kenapa harus di restoran mereka bisa makan di kafetaria jika mau".
Renjun kemudian ikut duduk di kursi berhadapan dengan Mark.
"Ini karena bukan pertama kali mereka mengunjungi Korea mereka bilang rindu akan masakan Korea".
"Lalu? Mereka tidak mau jika kita mengadakan pertemuan di kantor? Setelah pertemuan mereka bisa makan sendiri di restoran bukan?". Jeno menyebarkan tubuhnya pada senderan kursi.
"Presdir mungkin saja rasanya berbeda, jika Presdir yang mengajak mereka untuk makan itu akan dianggap sebagai jamuan oleh mereka". Setelah memproses alur pembicara Jeno dan Mark, Renjun akhirnya buka suara.
"Sekretaris Huang benar Jeno, mereka mengharapkan jamuan dari mu, atau kita bisa pesan dari restoran saja".
"Tidak bisa Manajer Lee, Presdir Lee tidak bisa mempercayai orang dari luar, terlebih jika alamat nya adalah LNJ, siapa tahu pihak luar akan memberikan racun kepada makanan yang akan di suguhkan". Renjun mengingat di sebuah drama ada kejadian yang seperti ini, mengingat LJN bukan perusahan kecil dan perusahaan yang akan bekerja sama juga bukan perusahan Kecil di Amerika.
"Apa kau terlalu banyak menonton drama bersama Nana?". Tanya Mark sembari menggelengkan kepalanya.
"Sekretaris Huang benar, aku tidak bisa resikonya terlalu besar untuk ku". Jeno menyetujui apa kata Renjun, karena ada benarnya. Musuh Jeno itu banyak walaupun tidak begitu terlihat namun dilihat dari seberapa sukses nya perusahaan miliknya pasti menimbulkan rasa iri pada perusahaan lain nya.
"Jadi kita harus bagaimana sekarang?". Mark melirik Renjun "Sekretaris Huang karena kau yang memikirkan tentang keselamatan perusahaan dan Presdir, kau harus mendapatkan sebuah ide".
Renjun melotot "Nde!". Renjun menatap Mark dan Jeno yang juga menatapnya secara bergantian, ia kemudian menghela nafas "Hahh~ baiklah kita bisa memasak sendiri di sini kita bisa memakai dapur di kafetaria bukan?".
"Hmm kau benar, tapi siapa yang akan memasak?". Tanya Mark lalu menatap ke Renjun "Ahh bukan nya kau jago masak sekretaris Huang?".
Renjun rasanya ingin mengumpat pada Mark dan menonjok mukanya, tapi ia sadar jika di dalam ruangan ini masih ada manusia lain.
"Benarkah sekretaris Huang?". Tanya Jeno sambil menegakkan tubuhnya.
"Nee Presdir, tapi tidak sejago chef restoran bintang lima". Jawab Renjun sambil meremat kedua tangan nya karena mendapat tatapan serius dari Jeno yang cukup membuat jantungnya berdebar. Apakah Renjun mengalami sakit jantung?.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Not Boy
FanfictionHuang Renjun, seorang gadis yang harus hidup terlilit hutang karena keluarga nya mengalami kebangkrutan di tambah sang ayah yang suka berjudi membuat hidupnya semakin melarat. Sebuah ide gila membuatnya terjebak dalam situasi yang menyulitkan. Berpu...