| BAB 19

481 57 16
                                    

Bosen enggak nunggu MAEB update?🙉

Sebelum baca lebih jauh, domisili kalian darimana aja, nih? Spill sini. Aku pengin tahu🐨

Oh, iya. Kalau misalkan minggu depan enggak update, berarti kuotaku habis, ya. Namun, diusahakan bisa tetap update, kok. Terima kasih karena udah membaca sejauh ini. Tanpa kalian, ceritaku tidak ada apa-apanya❤

| BAB 19
BAGIAN SATU

"Kamu tahu, Lail, ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok. Tak pelak lagi, kamu sedang jatuh cinta jika mengalaminya."

Rasa mengerjap. Jemarinya membelai pelan salah satu halaman novel bergenre sci-fiction yang menyentil hatinya. Ini adalah kedua kalinya ia mengulang bacaan novel pertama yang dimilikinya. Hasil dari traktiran sang sepupu pada acara Mandiraja Expo.

Helaan napas Rasa embuskan. Gadis itu mengalihkan pandang pada jendela bus yang memperlihatkan lalu-lalang masyarakat di sekitar pasar. Beberapa tukang becak juga setia duduk di jok dan menawarkan tumpangan pada para ibu separuh baya yang membawa keranjang penuh sayuran.

Rasa merindukan suasana seperti ini. Sangat efektif untuk kembali membangkitkan mood-nya menjadi lebih baik. Omong-omong, sekolahnya dipulangkan lebih awal. Rasa baru saja kembali mengisi daya baterai jam tangannya yang sudah lama ini ia anggurkan di salah satu toko jam tangan di area Pasar Mandiraja.

Rasa menunduk lagi. Kembali membalik halaman novel secara acak sampai gerakannya terhenti di halaman yang ia tempeli dengan sebuah sticky notes berwarna biru.

"Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta."

Iya, Rasa memang tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta. Aksa tidak pernah mengajarkannya. Lelaki itu justru memperlakukannya bak seorang ratu, meluluhkan hatinya yang mudah lemah dan tergoda. Lalu, saat sebuah status mengikat keduanya, Rasa dihancurkan.

Rasa lebih seringkali menangis. Tangis bercampur peluh yang menjadi saksi betapa hatinya sakit oleh perasaan penuh kecewa dan amarah. Jika sejak awal Aksa tidak berniat tulus mencintainya, mengapa lelaki itu memperlakukannya lebih dari seorang teman biasa?

Sesal bergerumul dalam hatinya sekarang ini. Sesak menyergap dadanya hingga ia ingin menangis untuk kesekian kali. Seharusnya, Aksa bersikap wajar menjadi seorang tamu yang sekadar singgah, sehingga Rasa tidak perlu bingung menyuguhkan kopi atau hati.

Pintu bus berderit pelan. Seorang lelaki tegap tengah mengalihkan pandang ke sekitar. Buru-buru Rasa menutup novel, meletakannya di atas ransel yang berada dalam pangkuan.

Sial. Bangku di sampingnya bergerak pelan. Lelaki itu malah memutuskan duduk di sebelah Rasa yang ingin menyendiri dalam diam. Di mana sopir bus ini? Masa mencari penumpang sambil menyeduh kopi hitam lama sekali? Rasa ingin cepat-cepat pulang. Merebahkan diri di ranjang.

"Kamu suka gaya novel Tere Liye?" Seseorang di sampingnya bertanya. Melirik sesaat pada novel "HUJAN" yang berusaha Rasa tutup dengan tangan.

Gadis itu mendadak menjadi pendiam. Tidak mood menggubris orang asing di sampingnya. Matanya ia alihkan lekat-lekat pada jendela bus.

My Alter Ego Boyfriend | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang