| BAB 36-2

248 33 1
                                    

| BAB 36
BAGIAN DUA

"Rasa!!!"

Dalam sekali hentakan tangan, mampu membalikkan tubuh Rasa dan menghuyungkannya ke depan. Gadis itu seketika membeku saat tatapnya beradu dengan seseorang yang tidak Rasa duga kehadirannya, yang secara refleks menimbulkan langkah mundur dengan tubuh gemetar hebat.

Rasa nyaris berbalik, kabur, tapi dirinya justru kalah cepat saat lengannya ditahan kasar.

"Mentang-mentang udah jadi mantan, sombong banget, ya, lo sampai nggak pernah bales chat gue?" Semprotan kekesalannya menyeruak, lelaki itu tidak lain adalah Aksa, mantan kekasih Rasa.

Satu tangan Rasa mengepal di sisi tubuh. Sudah sekian lama setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Aksa di pelataran SMA Raksajaya, dan Rasa tidak ingin mencari kabar apa pun setelahnya, Aksa malah hadir di tengah kegalauannya yang melanda.

"Chat? Chat apa? Emang kamu pernah nge-chat aku?" Rasa balik mengajukan tanya.

"Pernah. Nomor asing yang nge-chat lo tentang kerinduan itu adalah gue. Dan, lo sama sekali nggak  pernah bales itu semua!"

"Oh, itu nomor kamu?" Rasa tertawa. Lebih tepatnya menertawakan pesan berisikan ungkapan rindu yang terlalu blak-blakan. "Kenapa? Kamu gagal move on? Nyesel karena udah menyia-nyiakan? Nyesel karena terlalu sibuk sama dunia games kamu sampai lupain aku? Iya? Nyesel?"

"Iya, gue nyesel! Gue nyesel banget dan gue mau kita balikan!" Persetan dengan wejangan Mahen tentang mencintai diri sendiri, Aksa rasa-rasanya sudah mau gila dengan melepaskan gadis itu.

Masih kondisi stress ditinggal Asta tanpa kabar, mantannya justru muncul di hadapan Rasa tanpa permisi untuk mengajak balikan, tanpa tahu malu. Entah konspirasi apa yang tengah dilakukan oleh semesta, Rasa benar-benar muak. Bahkan, segala luka dan abai yang Aksa berikan masih membekas erat di ingatannya. Menularkan sesak. Pilu seketika.

"Meskipun kita balikan, situasinya nggak akan pernah sama lagi seperti dulu. Rentang waktunya udah berbeda. Ada banyak hal yang berubah, termasuk perasaan kita. Aku ... udah jatuh cinta sama orang lain, Aksa." Lagi-lagi, perasaan sesak itu hadir ketika bersama Aksa. Mencabik-cabik hati dengan sedemikian rupa. Meluruhkan air mata di pipi.

"Kita masih bisa sedekat dulu, tapi nggak akan pernah lebih dari hubungan pertemananku dan kamu." Rasa mengulum senyum, sambil menyeka sudut matanya yang berair. "Saat itu, kamu mutusin aku. Sama sekali nggak mendapatkan penolakan. Aku menerimanya tanpa embel-embel tersakiti, dan aku membiarkanmu pergi agar bisa hidup dengan baik. Aku enggak memintamu untuk tinggal, tapi kenapa kamu justru kembali? Mau menorehkan lebih banyak luka?"

Aksa membisu, seiring dengan genggamannya pada lengan Rasa yang terlepas. Melihat itu, Rasa mulai abai. Otomatis berbalik, menuntun langkahnya kembali untuk bisa sampai di kamar dan meluapkan tangis.

"Lo enggak kangen gue?" Rasa masih terus melanjutkan langkah, menebalkan telinga. "Rasa, lo nggak kangen gue?!" teriak Aksa mulai geram.

Napas Aksa memburu. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan emosi yang serasa meledak sebentar lagi. Giginya pun turut bergemelutuk, seiring dengan sorot mata nyalang menatap tubuh Rasa yang kian hilang dari pandangan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dengan langkah lebar, Aksa meraih pergelangan Rasa. Menyentaknya kasar, sampai Rasa memekik tertahan.

"Aish, sakit, Aksa!" Rasa berusaha melepaskan genggaman Aksa yang kian mengerat, sementara lelaki itu mengangkat dagunya kasar dengan tangan lain yang bebas. Mencengkeramnya kuat. Menghadirkan ringisan kecil.

"Gue tanya sekali lagi. Lo nggak kangen gue? Sama sekali?"

Rasa meringis. "Pertanyaan itu enggak seharusnya terlontar, Aksa. Aku bukan siapa-siapamu lagi, dan aku enggak berhak untuk kangen sama kamu," balas Rasa lirih. Masih berusaha menyingkirkan cengkeraman Aksa.

My Alter Ego Boyfriend | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang