| BAB 8

875 82 10
                                    

29 September 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29 September 2019.

Sekian menit terjebak mogok di pertengahan jalan membuat peserta FJU dari SMK Andromeda terlampau telat tiba di tempat tujuan. Mobil silver itu mendarat di pelataran gedung Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Menghadirkan satu per satu peserta menapak di pelataran tersebut dengan anggunnya.

Menutup pintu mobil, Rasa menuntun kakinya yang terbalut sepatu pantofel hitam ke teman-temannya yang berkerumun. Surai legamnya yang biasa tergerai lurus, kali ini tertata dengan ujungnya yang bergelombang. Berpadu apik dengan seragam identitas Akuntasi yang melekat di tubuhnya. Rok rempel berwarna navy plus atasan yang didesain ala blouse klasik dengan kerah kecil memanjang yang terikat sederhana menjadi perpaduan yang sempurna.

"Aku dug-dugan banget!" Rasa berseru gugup. Berlari-lari kecil dan menggaetkan lengannya di celah lengan Dila yang bebas.

Terkekeh, Dila menggelengkan kepalanya samar kala mendapati wajah pucat pasi temannya itu. "Wong masih hidup, ya, deg-degan atuh," balasnya. Setengah jenaka.

"Dibawa santuy aja kali, Sa." Salah seorang anak dari jurusan Farmasi tertawa. Menepuk bahunya pelan.

Mau tak mau, Rasa ikut mengulum senyum, meski setengah hatinya cemberut dengan perkataan Dila yang benar adanya. Semuanya lantas terdiam, mengikuti arahan Tenang-Sensei untuk menuju aula Fakultas Ilmu Budaya.

Sambutan hangat dilancarkan beberapa mahasiswa yang bertugas sebagai panitia. Membagikan snack makanan, nomor urut lomba yang sebelumnya telah diacak secara virtual oleh masing-masing perwakilan sekolah serta tak segan menawarkan kimono dan keikogi yang disewakan.

Sejenak Rasa terpaku, menatap penuh minat pada kimono bermotif bunga sakura. Pakaian tradisional dari Jepang tersebut belumlah Rasa coba sedari lahir dari rahim sang ibu. "Jangan melamun atuh, ih. Ayo!" Dila berbisik. Buru-buru menarik Rasa.

"Eh? Hampura atuh," balas Rasa cengengesan. Segera ia pakai nomor urut lomba tersebut ke lehernya, lalu menyusul masuk teman-temannya yang lain. Menomor duakan keinginan besarnya untuk memakai kimono impiannya.

Melangkah masuk, seluruh perhatian di dalam aula berbalik menuju barisan peserta SMK Andromeda. Namun, tidak lama, sebab tuturan sang moderator di atas panggung lebih penting. Toh, mereka hanya peserta yang telat, pikirnya.

Jauh di bangku belakang, Bu Sari yang notabenenya guru Seni Budaya sekaligus pelatih tari untuk FJU ini melambaikan tangan. Langsung menarik perhatian peserta SMK Andromeda untuk ke sana. "Kenapa lama sekali? Udah mau bubar acara pembukaannya," ujar beliau pelan.

"Mogok, Bu. Harus tukar mobil sama Pak Setya." Tenang-Sensei memberitahu.

"Ealah." Bu Sari geleng-geleng. Sedetik kemudian, tersenyum hangat dan mengisyaratkan mereka untuk duduk pada bangku kosong yang telah disediakan.

My Alter Ego Boyfriend | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang