Sejauh ini, kesan apakah yang kamu dapat dari membaca MAEB?
Seneng? Baper? Bosen? Atau terlampau biasa aja?
***
"Nj*r! Buat buku besarnya gimana?!"
Ya, jika biasanya jam istirahat digunakan untuk berburu jajanan dari hal sederhana seperti cimol sampai bakso ataupun berselancar dengan ponsel. Kali ini, justru terlihat berbanding terbalik dengan satu ruang kelas yang gaduh beserta lembaran tugas yang tersaji di atas meja.
Rasa pun begitu. Gadis itu menyangga dagu dengan sebelah tangan dan mencoret-coret lembaran tugasnya dengan satu tangan yang lain. Sesekali menguap. Kantuknya setia sekali menghampiri meski waktu masih terbilang pagi. Menyebalkan.
"Sumpah, Nj*r! Otake nyong mumet tujuh keliling ke sana-kemari!"
Memasang wajah jengkel, Ditha si gadis yang seringkali membuka konser dadakan di kelas itu berhenti di salah satu meja. Ia melirik tugas milik temannya. Kembali mencocokkan hasil jurnal penerimaan kasnya yang tidak balance.
Sial! Jika jurnal khususnya salah, maka otomatis buku besar yang akan dibuat juga salah. Ditha menggeram. Benar-benar butuh sontekan sebab ia tidak tahu kesalahan tidak balance-nya di mana!
"Salah masukkin jumlah nominal kali, Dit." Rasa menimbrung tanpa menoleh.
Segera Ditha kembali meneliti hasil pekerjaannya. Ini ketiga kalinya ia mengecek dan detik berikutnya matanya melebar menemukan satu kolom kesalahannya.
"Ah, iya! Potongan penjualan yang harusnya satu juta malah ditulis seratus ribu!" pekiknya kesal. Merebut tip-ex di meja dan mengganti nominal yang seharusnya.
"Minum, Dit! Kurang tenaga keknya!" Zela tertawa. Menambah kemasaman pada wajah Ditha.
Hal ini memang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi anak Akuntansi. Hilang satu nol saja, pusingnya seperti mencari jarum pada tumpukan jerami. Harus serba teliti.
Rasa geleng-geleng kepala secara samar. Ikut terkekeh sebelum kembali berkutat dengan alat tulis dan menyelesaikan tugasnya yang menyisakan pembuatan neraca saldo. Namun, baru saja hendak memasukkan sejumlah nominal pada kolom debit, getaran ponsel miliknya di atas meja mengalihkan perhatian. Membuat Rasa menautkan kedua alis heran. Siapa yang mengirimkan pesan saat masih sekolah begini?
Awas saja kalau dari operator. Rasa tempeleng!
Gagal menahan senyum, Rasa tertawa kecil kala menyadari pesan tersebut dari kekasihnya sendiri. Aksa Delvin Orion.
[Irasana Arsy]
[Ih, mau banget! Janji, ya?]Balasannya melesat cepat. Terlampau cepat hingga membuat Zela di sampingnya bergidik ngeri.
"Kebucinannya tolong dikondisikan, Beb!" sindir Zela terang-terangan. Menoyor lengan Rasa dengan ujung pulpen. Menimbulkan rintih lirih dari Rasa.
"Iya, iya, Mbak Zela!"
***
"Kita ke pasar?"
Rasa menyuarakan pikirannya dengan heran. Genggaman lembut pada tangannya membuat gadis itu mendongak. Bersitatap dengan Aksa yang memandangnya begitu teduh. Lama terdiam, Aksa menganggukan kepala. Menuntun langkah Rasa secara beriringan.
"Kenapa ke pasar? Lagi pula, pasarnya belum selesai direnovasi sejak kebakaran beberapa bulan lalu. Toh, nggak ada apa-apa."
Mengingat itu, kebakaran hebat memang terjadi di pasar ini. Mengakibatkan hampir seluruh bangunan pasar hangus terbakar. Menyisakan puing-puing bangunan yang masih berserak di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alter Ego Boyfriend | End
Novela Juvenil[SCHOOL | ROMANCE | SLICE OF LIFE | FAMILY] Bahasa: Indonesia Baku dan Non-Baku, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jawa Ngapak Rate: (13+) # 1 in Half Fiction # 7 in Masa SMK # 3 in Matematika # 1 in Akuntansi "Tanganku begitu kasar hingga aku tidak bisa me...