| BAB 33
BAGIAN SATURasa menarik tubuh. Menyisakan tangannya yang masih setia bertengger di pinggang Arta, juga kedipan pelan yang Rasa layangkan ketika keduanya kembali beradu tatap.
"Kalau dunia ghaib, itu apa?"
"Mengapa bertanya seperti itu?" Bukannya menjawab, Arta malah balik bertanya. Sukses membuat Rasa memanyunkan bibir, serta memutar singkat bola matanya secara malas.
"Ya, kan ... secara tadi Kak As cerita tentang dunia ghaib. Rasa penasaran, tapi enggak paham."
"Dunia ghaib itu, sama saja dengan astral dimension, Rasa." Arta berkata, sambil menyelipkan helaian rambut Rasa ke belakang telinga. Menampilkan dengan jelas bagaimana wajah Rasa tengah cemberut seperti ini.
"Astral dimension apa lagi coba?" Rasa sewot sendiri. Nadanya bercampur antara teriakan sekaligus rengekan. Mengundang tangan Arta yang bebas untuk mencubit hidung Rasa secara gemas. Lekas menuntun gadis itu untuk bersandar lagi padanya.
"Astral dimension adalah alam di mana makhluk-makhluk tak kasat mata tinggal. Banyak istilah dari berbagai daerah menyebut dimensi yang satu ini. Orang-orang bisa menyebutnya Alam Ghaib, The Further (Yang Terjauh), Dimensi Astral, Alam Astral, dan masih banyak lagi istilah maupun sebutan untuk dimensi ruang itu."
Mengabaikan nyeri pada hidungnya akibat cubitan Arta, Rasa lebih memilih menyamankan diri seraya mendengarkan Arta yang mulai bercerita. Pelan-pelan.
"Satu-satunya dimensi yang terhubung langsung dengan Astral Dimension adalah Alam Mimpi. Tabir pemisah sangat tipis, dan sangat mudah dilewati.
"Makhluk-makhluk penghuni Astral Dimension pun terbagi menjadi beberapa kasta. Dimulai dari yang terendah, biasa disebut memedi/dedemit. Suka menakut-nakuti orang lain. Tingkat lebih atas lagi ada siluman, lelembut, dewa, buto (raksasa), dan juga bangsa jin. Ifrit yang paling tertinggi.
"Tidak ada yang tahu seberapa luas Astral Dimension. Ada yang mengatakan seluas bumi, ada yang mengatakan lebih, ada juga yang kurang. Tidak ada yang benar-benar tahu seberapa luas dimensi ruang itu.
"Beberapa tempat di sana juga memiliki kemiripan dengan dunia manusia, seperti rumah pribadi, jalan tol, supermarket, sekolah, dan lainnya. Tapi, yang paling mendominasi, adalah gurun. Sejauh mata memandang, yang kamu lihat hanyalah tanah gersang. Menemukan air pun seolah mustahil terjadi.
"Beberapa tempat, juga memiliki keindahan alam dan panorama yang tidak ada di dunia manusia. Pegunungan dan perbukitan hijau, taman bunga yang super luas, istana emas, dan kendaraan-kendaraan aneh."
Arta berhasil menyelesaikan, dan Rasa langsung menyeletuk lengkap dengan bola mata yang berbinar. "Rasa kira dunia hantu itu cuma nyeremin, loh, Kak. Jelek-jelek. Banyak darah!"
Tawa Arta merebak. Gemas sekali sampai tidak tahan lagi untuk kembali mencubit hidung gadis manis kesayangannya ini.
"Lelembut bahkan lebih cantik dari kamu, loh." Nyaris saja Rasa memanyun, buru-buru Arta mengoreksi, "Bercanda. Kamu adalah yang paling cantik setelah ibuku."
Rasa melemparkan lirikan sinis, sebelum tabokan ikut melayang pada dada bidang Arta. Membuat lelaki itu mengaduh disertai wajah meringis pura-pura.
Rasa jangan termakan penasaran terlalu jauh pada Astral Dimension, Arta berharap. Sebab, berawal dari penasaran, seseorang bisa terseret ke dalam Astral Dimension melalui tidurnya. Melalui tabir mimpi.
Padahal, di Astral Dimension, segala tipu daya, muslihat, dan kebohongan adalah hal yang lumrah. Sangat sulit untuk menemukan mana yang benar, mana yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alter Ego Boyfriend | End
Ficção Adolescente[SCHOOL | ROMANCE | SLICE OF LIFE | FAMILY] Bahasa: Indonesia Baku dan Non-Baku, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jawa Ngapak Rate: (13+) # 1 in Half Fiction # 7 in Masa SMK # 3 in Matematika # 1 in Akuntansi "Tanganku begitu kasar hingga aku tidak bisa me...