11. Kasus Ditutup

10 8 0
                                    

Selamat membaca><

____________

Atas kejadian yang baru saja terjadi, Kepala Sekolah memutuskan untuk meliburkan sekolah selama dua hari. Hal itu tentunya mengundang pekikan bahagia bagi beberapa murid.

Setelah diberikan pengumuman itu, kerumunan di dalam aula segera dibubarkan. Hari yang buruk untuk memulai kegiatan belajar-mengajar, oleh karenanya, para murid dipulangkan lebih awal.

"Aku kaget banget pas denger Laskar ngomong, tadi," bisik Aya pada Geby yang berjalan di sisinya.

Geby menoleh sekilas kemudian terkekeh geli. "Dia, 'kan juga manusia, Ya. Masa gak bisa ngomong."

"Aku gak bilang dia gak bisa ngomong," elak Aya sebal. "Tapi-"

"Tapi apa?" sanggah Abi yang baru saja menyusul-tadi sempat ke kantin sebentar untuk membeli air mineral.

Aya mendelik. "Udahlah, cape ngejelasinnya," dumelnya.

Geby dan Abi spontan tertawa kecil. Aya itu berani marah dan cerewet pada mereka saja, tapi lihat saja kalau dengan orang lain, dia mati kutu.

"Aya pulang bareng aku, 'kan?" tanya Abi, sontak membuat kedua gadis di sampingnya menoleh.

Tersadar, langkah Aya terhenti dan menggumam gugup. "Gak deh, Bi. Aku, 'kan biasanya pulang bareng Geby."

Langkah Abi dan Geby ikut terhenti, saling diam dalam beberapa saat. Hingga Geby menatap bergantian dua remaja seumurannya itu, kemudian tersenyum menggoda.

"Udah, gak pa-pa, Ya. Aku nanti dijemput kok sama papa," ujar Geby ceria.

Aya menggaruk kepalanya yang tertutup hijab putih, kemudian tersenyum tak enak. "Kamu beneran gak pa-pa?"

"Hah?" Geby membeo. "Yaelah, Ya. Santai aja, udah buruan pulang." Tangan Geby terangkat untuk menepuk bergantian pundak Aya dan Abi.

Abi mengangguk lebih dulu. "Ya udah, kita duluan ya, Geb."

Geby mengangguk saja, kemudian tersenyum pada punggung kedua remaja itu yang kini memasuki mobil milik Abi. Sempat melambai, sebelum akhirnya mobil itu melaju meninggalkan sekolah.

"Bakal ada cinta segitiga, nih." Sindiran itu membuat Geby menoleh dan mengeryit jengah pada Mila dan Vio yang entah datang dari mana dan memilih berdiri di sampingnya. Dengan malas, ia melangkah sedikit agar keluar dari gerbang sekolah-sekaligus menjauhi Mila dan Vio.

Meninggalkan, Mila dan Vio yang saling pandang sejenak dan mendengus geli.

Sementara di luar gerbang, Geby berdiri gelisah. Memandangi kanan dan kiri, kemudian memandangi ponselnya yang menampilkan pesan yang ia kirim semenit yang lalu pada papanya untuk menjemput. Sebenarnya, ia ingin menelpon supir pribadi, tapi baru teringat kalau pria setengah baya itu sedang pulang kampung karena ada acara keluarga.

Mata Geby memicing pada pemandangan di halte. Tempat itu tampak sepi, hanya ada dua murid dari sekolah yang sama dengannya-SMA Bima Sakti. Tampaknya, mereka sedang berbicara. Tapi, Geby tak mengenali siapa sosok yang satunya, sosok pemuda yang berdiri membelakanginya. Ah, sepertinya Geby kepo sekali.

Tin!

Geby tersentak, lalu menoleh bingung pada mobil yang berhenti tepat di hadapannya. Sejurus kemudian, kaca mobil itu turun dan menampilkan si pengemudi di baliknya. Geby cengo, namun segera tersadar karena senyuman lebar yang ditunjukkan oleh pengemudi itu.

"Ayo, pulang!" ajak Theo sambil mengibaskan tangannya.

Geby mengerjap, kemudian menggeleng. "Aku dijemput papa," tolaknya halus.

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang