4. Menjauh

91.4K 14.7K 6K
                                    

4. Menjauh

Damarez baru saja mendapat izin dari mamanya untuk nongkrong malam ini, waktu menunjukkan pukul 8 malam. Ditengah keramaian kendaraan malam ini, ia menyusuri jalan jalan perkotaan ini menggunakan motornya menuju tongkrongan yang diisi oleh kalangan geng nya.

Damarez memarkirkan motornya tepat didepan markas Raspati geng. Deru motornya membuat sorakan ramai dari anak anak Raspati terdengar riuh.

Damarez mengangkat alis pada banyaknya gerombolan siswa yang tengah melakukan kegiatan mereka masing masing. Ada yang tengah membuat pr, main catur, makan, juga bermain kartu.

Brak....

Baru saja ia memasuki markas, ia sudah disambut gebrakan meja oleh salah satu anak buahnya. Damarez menghampiri orang itu dan menarik kerah bajunya hingga, orang yang semula duduk itu menjadi berdiri.

"Woi! Napa lo Rez?!!" pekik El yang kebingungan karena tiba tiba Damarez menariknya.

"Maksud lo apa gebrak meja depan gue?" tanya Damarez santai namun menusuk.

Yesa tertawa, lawan main catur El itu tertawa melihat El hampir saja dieksekusi hanya gara gara kalah main catur dengannya.

Teja menarik mundur Damarez tetapi, seperti biasa, anak itu sangat susah diberitahu. Damarez menyentak tangan Teja dan menatapnya tajam.

"Aelahh, gue kalah main catur bos! Ampun bos!" rengek El.

"Apa?!"

"Itu bos, kalah maen catur sama si anjing nih!" El menendang meja catur itu hingga berantakan.

"Dihh kaya perawan aja pake ngambek," cibir Yesa sambil tertawa tawa.

Damarez melepaskan cengkramannya pada kerah baju El. Ia beralih untuk duduk disofa itu, disebelah Teja. Sementara El? Ia sedang bergulat dengan Yesa akibat tak terima jika dirinya kalah.

"Edgar?" tanya Teja to the point ketika melihat wajah Damarez yang banyak luka.

"do we need revenge?" Teja menaikkan satu kakinya hingga bertumpu pada kaki satunya.

"Gue kirim anak anak sekarang, kita hancurin tongkrongan mereka," kata Teja.

"Gak perlu."

"Sebenarnya ini masalah gak ada hubungannya sama geng, ini masalah pribadi dia. Jangan ngelibatin banyak orang, bahaya," sambungnya.

Teja mengangguk, "Tapi kalo dia nyari gara gara, jangan halangin gue buat bantai mereka," kata Teja.

"Do it, bro!" kata Damarez tertawa lalu melakukan tos ala laki laki dengan Teja.

Damarez bangkit dari sofa hitam itu, ia menuju halaman belakang. Damarez duduk disalah satu kursi yang ada disana, ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Laki laki itu berharap ada pesan masuk dari seseorang yang ia tunggu. Tapi nihil ketika ia membuka chat yang tersemat itu, tak ada pesan masuk sama sekali.

Damarez mengetuk ngetuk ponselnya, setelah menimang nimang, ia akhirnya menekan tombol telepon pada layar ponselnya. Sambungan terlepon itu terhubung. Tak lama setelah itu suara manis menghangatkan hatinya.

"Halo?"

Damarez tak menjawab, ia hanya tersenyum senyum sambil melihat sekeliling memastikan tidak ada yang menguping atau mengintip.

"Halo??"

"NIAT NELPON GAK SIH?!"

"Kangen sama suara kamu."

DAMAREZ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang