35. title removed

46.4K 7.7K 2K
                                    

Tiga hari berlalu, seperti yang ia duga. Ia semakin merasa ada yang berbeda dari mantan nya itu. Ia tahu bahwa mereka kini tak memiliki hubungan namun bukan kah mereka saking memiliki komitmen? Bukankah harusnya Teya tak akan berpaling darinya sama seperti apa yang ia lakukan. Entahlah, sepertinya ia mulai harus memikirkan beberapa cara untuk mengikhlaskan.

Didalam supermarket ini, Damarez mengambil beberapa botol bir dengan cap bintang. Ia mengambil beberapa botol lalu memindahkan pada keranjang yang ia bawa. Ia juga mengambil beberapa makanan untuk teman temannya. Setelah sampai kasir, Damarez juga membeli beberapa bungkus rokok.

Damarez membawa seluruh barang belanjaannya dan memasukkan pada mobil nya. Ia sengaja membawa mobil karena akan membawa banyak belanjaan. Ia meletakkan makanan makanan itu di kursi belakang dengan sembarangan. Setelahnya, ia mencap gas untuk pergi dari sini dan kembali kerumahnya. Sore menjelang malam, suasana disini membuatnya sedikit tenang. Ia sungguh merindukan gadis itu. Selepas kegiatan mereka bermain di danau kemarin, mereka tak ada interaksi sama sekali.

Ia menyalakan rokoknya setelah menutup pintu mobil. Sepertinya Damarez sangat tau bahaya berkendara sambil merokok namun itu tak menyulitkan niatnya untuk tetap mengepulkan asap. Ia membuka kaca jendelanya untuk membiarkan udara masuk menukar udara bersih dengan asap rokok yang dihembuskannya.

Damarez memeriksa ponselnya sebelum benar benar berangkat. Ia sudah melepaskan sematan roomchat bersama Teya di apikasi pesannya. Kini tak ada pesan tersemat disana. Bahkan percakapan mereka hanya terkesan seperti percapakan yang tidak ikhlas alias malas. Apakah mereka sedang bertengkar? Ia bahkan tak tahu apa masalah mereka.

Tangan kanannya dibiarkan keluar melalui jendela dan tangan kirinya tetap mengawasi stir mobil. Beberapa meter perjalanannya nampaknya ada hambatan jika melalui jalan utama. Damarez terpaksa memutar arah melalui jalan yang lebih kecil namun masih bisa dilewati mobil.

Ia memelankan mobilnya ketika melihat seorang perempuan kecil yang berdiri dipinggir jalan sambil dikerumuni oleh orang berbadan besar serta penuh tatto. Tiga orang tersebut sepertinya bukan orang baik baik. Yang semakin membuatnya terkejut, gadis itu sepertinya sangat familiar di matanya. Ia mulai menunduk dan berjongkok dihadapan preman preman itu, ketika gadis itu berbalik badan, Damarez langsung melepaskan seat beltnya dan bergegas turun. "Ah fuck!"

Ia membuka pintu mobilnya dengan tergesa gesa ketika melihat Teya dikerumuni para preman. Anak itu menggunakan baju piyama berwarna pink dengan gambaran kelinci dibajunya. Damarez segera berlari secepat mungkin, sampainya disana, baru saja ia ingin menghantam namun Teya malah menarik bajunya sekuat tenaga. "Kak Ajaa! Jangan berantem ih!" teriak Teya.

"Kamu ngapain disini?! Diapain sama mereka?"tanya Damarez dengan panik.

"Eyaa agii main! Ini mau main lompat lompatan sama om om ini," ujar Teya dengan polos.

"Hah....main?"

"Gak ada! Pulang sekarang, lagian kenapa kamu bisa sampe sini?"

Teya menengok kebelakang, ternyata sudah cukup jauh dari batas wilayah rumahnya. Tadinya ia hanya gabut dan berjalan jalan namun seekor kupu kupu datang jadi ia mengejar kupu kupu itu sampai kemari dan bertemu dengan preman preman ini. "Lo bawa dah nih anak. Stres gue nganggepinnya daritadi," ujar salah satu preman.

"Loh om! Kita mau main kan?! Kan udah janji nanti kalo om mau main, nanti Eyaa kasi uang seribu," kata Teya. Ia malah mendekati preman preman itu lalu menawarkan uang seribu rupiah yang dibawanya.

"Pulang sayang, ayo," Damarez memijat pelipisnya. Ia merangkul bahu Teya untuk menjauh dan pergi.

"Eyaa mau main! Kak Ajaa aja yang pulang!"

DAMAREZ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang