EXTRAS

43.2K 4K 500
                                    


"Cammani Aragea Arbyshaka Raja"

Bayi perempuan dengan kulit bersih itu membuat seluruh orang yang ada di ruangan terharu. Lekukan pada pipinya ketika bayi itu tersenyum membuat semua orang terpukau. Sang ibu, Altheia, mendapatkan masalah pertama karena air susunya keluar dengan jumlah sedikit hingga harus dibantu oleh suplemen.

"Sayang," panggil Damarez.

"Kak Ajaa...a-anak kita cantik banget," gumam Teya. Damarez mengusap air mata yang menggenang di pelupuk mata istrinya tersebut. "Cantiknya ngalahin aku huwaaaa!" Damarez langsung terdiam ketika mendengar kalimat itu. Selanjutnya ia tertawa kecil.

"Cantiknya sama seperti kamu, sayang."

"Aaaa sayangnya Eyaaa," Teya mengecup singkat dahi bayi yang menangis itu. Badannya memerah akibat baru saja dimandikan oleh perawat. "Kamu lebih suka di perut mami atau di luar perut mami, hmm? Kamu suka disini?" Teya malah mengajak berbicara anaknya.

Damarez mengusap kepala Teya. Tangan perempuan itu masih terpasang infus. "Gea sayang....iiiiii cantiknya, sabar dong. Asi nya mami belum keluar, minum air aja mau nggak?"

"Mana sini aku gendong," sahut Damarez. Cowok berbadan tegap itu tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika mengetahui putrinya sudah keluar dengan selamat dan istrinya yang juga selamat ketika berjuang sendirian untuk melahirkan anak mereka.

Damarez sempat kesusahan menggendongnya karena tubuh bayi itu masih sangat lemas. Badannya memerah akibat menangis, Damarez mengecup keningnya. "Little girl...sttt-"

"Itu panggilan buat Eyaa! Ganti!" sahut sang ibu dari bayi itu.

Damarez tersenyum kemudian menghela napasnya. "Aku kan panggil kamu sayang setiap hari, ya little girl sama baby kalau lagi ada maunya aja sih," ujar Damarez sambil menaikkan alisnya dengan senyum nakal.

"Yaudah..." ujar Damarez mengalah. Ia kembali fokus pada putri mereka. "Hai Gea. Cantik banget ya, sayang," ujar Damarez pada Teya.

Damarez memberikan putrinya pada Aeris yang kebetulan baru saja masuk ke ruangan bersama Altarel. "Sayang, udah di kasih asi?" tanya Aeris pada Teya.

"Eyaa!" panggil seseorang. Anak laki-laki berumur sekitar delapan tahun, mirip dengan Zean. Dia adalah Zeen Dean Moricho Aroska. Putra ketiga Altarel dan Aeris.

"Halo Oska. Gimana ulangan matematikanya?" tanya Teya.

"Gampang! Oska kan pinter," sahut anak itu.

Damarez duduk di pinggiran ranjang Teya. Ia memeluk istrinya dengan sangat erat. Cowok itu memberikan ciuman pada daerah dekat telinga perempuan itu. Suara ciuman itu masih membuat Teya meremang walaupun sudah banyak kali ia merasakan ciuman dari Damarez. Hal itu tetap saja membuatnya tidak terbiasa dan selalu saja salah tingkah. "I Love You, Sayang," bisik Damarez.

"Aku lebih cinta kamu."

Damarez menggeleng singkat, ia merapikan rambut Teya kemudian menyampirkan pada telinga perempuan itu. "I love you more than you know."

Teya mengangkat alisnya sembari tersenyum. Bingung berekspresi seperti apa, ia sangat lelah tersenyum. "Oh ya? Let me know now, Kak Ajaa," ujarnya dengan suara kecil.

Damarez dan Teya sudah seperti memiliki kemampuan telepati. "Sekarang? Sekarang banget nih?" Damarez berlagak untuk membuka kancing bajunya namun tangan kecil Teya segera menghalangi.

"Nanti malem ya, cantik," bisik Damarez memperlihatkan seringaian, kedua gigi taringnya yang lebih panjang dari gigi lainnya membuat senyumnya sangat menawan.

"Sembarangan! Gak ada kasian-kasiannya sama istri. Kamu tuh! Nanti malem kamu tidur diluar," ujar Teya sambil mencubit lengan cowok itu.

"Nanti malem aku pijitin, Adel manis. Astaga. Marah-marah terus," Damarez mencubit pipi Teya. Deheman mengganggu kegiatan romantis mereka diatas ranjang rumah sakit ini.

"Malah pacaran, orok nih nangis," ujar Altarel.

Aeris menghampiri Teya. "Sekarang jangan lalai gitu lagi, buat kalian berdua. Pertama pastiin anak udah tenang kalau mau berduaan. Apalagi waktu anak udah mulai besar, dia bakal biru apapun yang orang tuanya lakuin, jadi harus pinter-pinter ya," omel Aeris.

"Iya, Maaf. Ma. Sini Arez yang gendong," ujar Damarez.

"Kamu lagi! Baru melahirkan udah duduk ngangkang gini. Rebahan dulu!" ujar Aeris namun tak membentak hanya memberi instruksi.

"Eyaa capek, Ma. Mau duduk," sahut Teya.

"Asi nya belum keluar?" tanya Aeris.

"Sedikit banget. Itu pun sakit banget kalau di sedot," ujar Teya dengan lesu. Aeris mengangguk, mengusap pipi putrinya. "Dipijat aja," ujar Aeris dengan santainya hingga membuat Damarez terbatuk-batuk.

"Siapa? Dokternya?" tanya Teya.

"Kamu sendiri juga bisa, atau engga suami kamu tuh. Arez nanti beliin pumping buat Asi ya. Semangat, sayang. Nanti mama bantu-bantu sebentar waktu kamu pulang," ujar Aeris.

Damarez berhasil menidurkan bayi itu. Ia meletakkan Ragea di stoller bayi. Laki-laki itu tersenyum pada putrinya, ia menepuk pelan bagian paha putrinya.

****





cuma mau perkenalan nama xixixi😁😻

cuma mau perkenalan nama xixixi😁😻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Cammani Aragea Arbyshaka Raja ~

DAMAREZ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang