48. I love you but I hate you

46.1K 7.6K 2.1K
                                    


Maaf lambat up karena da kesibukan huhuu, happy reading.
Jangan lupa komentr di setiap line paragraf. Janji ya? Oke udah janji lohhh 😇

••••••


Teya terdiam di tengah teriknya matahari siang ini. Ia kembali mendatangi kantor ini setelah dua hari tak melangkahkan kakinya kemari. Kata mamanya, jika ingin mendapatkan hati laki laki yang pernah ia sakiti, ia harus tahan akan semua rintangannya. Apalagi ia yakin Damarez masih padanya walau tertutup banyak logika yang membuat Damarez berlaku demikian padanya. Damarez sedang mencari kepercayaan lagi pada diri Teya.

"Oke...ayo kita lawan singa di dalem!" ujar Teya dengan semangat. Yang dimaksud dengan singa adalah tuan Damarez yang terhormat.

Teya melangkahkan kakinya ke dalam bangunan ini. Ia sudah cukup hafal jalan menuju ruangan Damarez. Ia melirik jam tangan berwarna biru muda yang melingkar di tangannya. Menunjukkan pukul setengah dua siang. Sepulang sekolah, ia langsung mampir kemari. Namun kali ini ia tak membawa apa apa kecuali dirinya dan tas sekolahnya.

Teya membuka pintu ruangan. Sialnya, ia selalu lupa mengetok pintu terlebih dahulu. Ia langsung berdebar ketika melihat seorang laki laki dengan kaki panjang yang membelakanginya. Damarez sedang pusing dengan beberapa berkas yang terdapat kesalahan di dalamnya. Jadilah ia menandai kertas kertas itu di atas meja namun dengan posisi berdiri membelakangi pintu. Kemeja hitam serta celana bahan hitam terlihat sangat cocok padanya.

Teya terbengong sejenak. "Ganteng..." gumamnya dengan gerakan mulut kecil. Selanjutnya ia menutup pintu sementara sang singa sudah melipat tangannya di depan dada dengan tatapan datarnya. Teya meletakkan kedua tangannya didepan badannya sambil disatukan, berusaha terlihat lucu agar ia tak dimarahi. "Hihi...Eyaa lupa ketok pintu," ujarnya.

Damarez hanya menatapnya dengan tatapan tajam. Laki laki itu kembali membalikkan badannya kemudian melanjutkan kegiatannya. Teya menelesik lebih dekat dengan langkah kaki sepelan mungkin agar ia tak dimarahi. Gadis itu meletakkan tas sekolahnya di sofa. Ia ikut mengintip apa yang Damarez sedang kerjakan. Ada banyak kertas dan ia tak mengerti isinya sama sekali. Sepertinya itu semacam surat atau apalah.

Teya menggaruk kepalanya karena bingung. Ia langsung terkejut ketika suara makian tiba tiba terdengar dari mulut cowok itu. Ia sempat mengira Damarez memarahinya namun mata laki laki itu terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

Teya yang berpikir Damarez tak mau diganggu akhirnya mundur perlahan. Ia duduk di sofa dengan anteng dan tak berisik sama sekali. Gadis itu memperhatikan sekitar dan sibuk memperkirakan berapa biaya untuk mendesain ruangan ini.

Damarez merapikan semua kertas yang sudah penuh coretan itu. Ia terpaksa harus membetulkan segala kesalahan karena Azrina dipindahkan departement lain dan kini ia dibantu oleh sekretaris baru yang memang masih perlu belajar lebih untuk pekerjaan ini. Setelah semua selesai, Damarez kembali memasukkan semuanya ke dalam map. Ia menghela napasnya lalu menggerakkan lehernya agar berbunyi dan terasa lega.

Semua pergerakan Damarez sangat terekam jelas di mata Teya. Sangat mempesona dan membuatnya lebih bersemangat. Teya menyukai cowok tampan. Mereka masih saling diam. Damarez mengambil sedikit tempat pada meja untuk duduk dengan kaki yang masih menyentuh lantai. Ia memandangi Teya yang duduk manis di sofa. Teya juga ikut melihatnya, jadilah mereka saling pandang namun tetap diam.

Gadis itu memutus pandangan lebih dahulu kemudian bangun dari duduknya. Ia mendekati Damarez hingga berdiri di depan laki laki itu. Ia meraih tangan Damarez kemudian menggulung lengan kemeja hitam yang digunakan cowok dihadapannya. Laki laki dihadapan Teya terlihat terkejut namun ia tetap diam ketika anak kecil dhadapannya menggulung lengan kemejanya dengan rapi.

DAMAREZ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang