By: Ania
"Lyra, awas!"
Sebuah bola basket seketika melambung ke arah seorang siswi yang berjalan di koridor, hampir saja bola tersebut tidak menyentuh wajah cantiknya.
Gadis yang menjadi korban keteledoran para pemain basket di lapangan lantas mengambil bola tersebut. "Siapa yang melempar?" Tatapannya kemudian terlempar ke arah lapangan.
Hingga salah satu anggota tim basket mendekati gadis yang acap kali dipanggil Lyra itu dengan kening penuh keringat. "Sorry, Ly. Gua gak sengaja."
Lyra berdecak kecil, hari ini sungguh lengkap kesialannya. "Apa tidak ada waktu lain untuk bermain basket? Ini jam istirahat, banyak para siswa yang berlalu lalang di sekitaran lapangan. Lagi pun apa kalian punya izin untuk bermain sekarang?"
Pria yang ada di hadapannya kini menatap bingung. "Lah, kenapa jadi diperbesar masalahnya?"
"Kenapa? Salah? Kita berolahraga pun harus tahu situasi dan kondisi."
"Lo seharusnya—"
"Woi! Ngalah aja sama cewek, mah. Panas nih kita!" Terdengar teriakan dari salah satu pemain basket yang ada di lapangan. Mereka tampak memasang wajah gemas.
Decakan kali ini terdengar dari pria yang menjadi biang masalah itu. "Oke, oke. Sekarang balikan bolanya. Kami minta maaf."
Lyra menatap iba para pemain basket yang kepanasan di sana. Sejujurnya Lyra taklah sejahat itu, namun sayangnya mereka telah bertemu Lyra dengan suasana hati yang buruk. "Aku akan mengembalikan, jika kalian sudah punya izin dari guru olahraga."
"Mana bisa—"
Tanpa mendengar pembelaan lagi, Lyra melenggang begitu saja dengan membawa bola basket. Para pemain bola yang mengundang masalah dengan seorang Lyra, kini hanya bisa pasrah menahan rasa kesal. Tidak ada yang berani berdebat dengan Lyra, si gadis dengan kecerdasan luar biasa. Cara berpikir luas dan modernnya membuat Nailyra Olivia Masayu Deandra menjadi siswi berkualitas yang pantas dibanggakan oleh sekolah.
▪︎▪︎▪︎
Satu menit yang lalu bel dimulainya jam pelajaran kedua telah berbunyi. Para siswa mulai memasuki kelasnya masing-masing, namun berbeda dengan Lyra yang harus menuju perpustakaan terlebih dahulu untuk mengambil buku paket yang akan dibahas pada pembelajaran kali ini.
Sekitar sepuluh buku paket ia bawa dengan tangannya sendiri, tidak ada yang membantu. Seperti kata orang, kalau menjadi ketua kelas seperti halnya menjadi pembantu untuk para guru yang akan mengajar.Koridor sekolah yang sepi membuat langkah Lyra terdengar nyaring. Namun, langkah itu terhenti saat ada yang aneh terdengar oleh telinga tajam milik Lyra. Sebelah alisnya terangkat. "Ada suara langkah lain," gumamnya. Kemudian dia mengedikan bahu untuk tak acuh.
Lyra melangkah kembali tapi suara langkah lain yang ia dengar pun ikut menyahut. Sempontan Lyra berhenti dan menengok ke belakang. Tidak ada siapa pun di sana, Lyra semakin bingung.
Bukan Lyra namanya kalau tidak memberi pelajaran pada orang yang iseng terhadapnya. Alhasil gadis itu dengan cepat bersembunyi di pilar gedung. Detik berikutnya, terdengar suara langkah orang iseng itu yang seperti berlari. Dengan perkiraan waktu yang pas, ketika orang itu melewatinya. Lyra pun melempar buku-buku yang dibawanya.
"Jadi orang jangan iseng! Dasar orang gak ada kerjaan! Rasakan ini." Bertubi-tubi dan penuh kekesalan Lyra menghantamkan buku tersebut. Kini orang iseng terhadapnya itu tersungkur.
"Cukup, cukup!" seru orang tersebut, yang ternyata adalah seorang pria.
Lyra menatap penuh pria itu, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Kamu siapa? Aku gak pernah lihat kamu di sekolah."
Pria itu berdiri dan langsung memasang wajah datar, iris matanya yang berwarna biru itu balik menatap penuh telisik. "Apa perlu saya memperkenalkan diri sekarang?"
"Hah? Jangan main-main, kalau gak mau jawab aku panggilkan satpam, nih!"
"Panggil saja." Tantang pria itu. "Jangan membuang waktumu, segera bereskan buku-bukunya, lalu masuk ke kelas."
Lyra menatap bengong pria itu yang kini melenggang tanpa bersalah atau menjawab pertanyaannya. "Dia siapa, sih?!" Lyra menjadi gemas sendiri. Tapi sekarang, mau tak mau ia harus memunguti buku-buku tersebut dan segera memasuki kelas sebelum guru pengajar datang.
▪︎▪︎▪︎"What the hell!"
"Kenapa kamu?"
Lyra seketika menoleh ke arah teman sebangkunya yang bertanya soal keterkagetan Lyra sekarang. Gadis itu meringis pelan, "Beneran orang itu yang jadi guru matematika pengganti?”
"Iyalah. Kenapa gitu?"
"Enggak apa-apa, sih." Lyra menatap pria yang tadi sempat ia lempari dengan buku. Ternyata pria itu adalah seorang guru pengganti. Setelah kejadian tadi, Lyra menjadi lebih berharap, setelah ini hari-harinya akan indah dan tidak bermasalah.
"Hello, students. Perkenalkan saya Keenan Arsenio Deon. Kalian bisa memanggil saya sebagai Pak Ken. Saya guru matematika yang baru. Senang bisa membagi ilmu dengan kalian." Perkenalan diri yang begitu baik bagi seorang guru muda seperti Ken.
Ken melempar pandangannya secara menyeluruh pada para siswa yang ada di kelas 12 IPA 2. Matanya sempat terhenti beberapa saat pada sosok Lyra. "Oke, hari saya ingin memulainya dengan perkenalan terlebih dahulu. Di sini siapa ketua kelasnya?"
"Lyra, Pak!" sahut serempak para siswa dan menunjuk ke arah gadis yang sendari tadi Ken incar.
Ken mengangguk pelan. "Lyra tolong berdiri dan perkenalkan dirimu. Kemudian perkenalkan para siswa lain dengan pendapatmu sendiri."
Lyra berdiri patuh, ia tak boleh menyimpan kekesalan lagi pada pria bernama Ken tersebut. Sebab dia adalah seorang guru yang harus Lyra hormati. “Terima kasih atas kesempatannya, Pak. Perkenalkan saya Nailyra Olivia Masayu Deandra, ketua kelas di sini."
"Ketua kelas sekaligus ibu kos di kelas ini!" Salah satu siswa menyahut dan seketika tawa pecah di kelas itu.
Bukannya marah, Lyra malah tersenyum bangga. "Wo! Iya, dong."
"Lyra ini cerdas banget, Pak!" Kini giliran teman sebangku Lyra yang menyanjung.
"Jelas itu, mah!" Lyra semakin percaya diri. Itulah Lyra, gadis yang kadang kalanya terlalu percaya diri.
Lyra yang sebenarnya adalah sosok ceria, supel dan ramah. Namun, kadang sedikit angkuh serta keras kepala, apalagi dalam hal berdebat. Sifat seperti itu yang tengah dicari seseorang. Ya, seseorang yang kini tengah perlahan memasuki dunia seorang Lyra.
▪︎▪︎▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra's Secret Mission (End)
Mystère / ThrillerDi zaman sekarang, rasa nasionalisme anak muda hanyalah sebatas ucapan tanpa tindakan. Berucap mudah, tapi sulit untuk bertindak. Terlebih di zaman modern seperti ini, budaya negara lain jauh lebih menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Nailyra Ol...