Bab 2 - Sosok yang Istimewah

92 20 0
                                    

By: Nurhidayatussoimah

Setelah memperkenalkan diri, Lyra pun  memperkenalkan murid lain dengan pendapatnya sendiri sesuai penuturan dari Pak Ken.

"Ini." Lyra memegang pundak teman sebangkunya seraya tersenyum manis. "Namanya Claudya, Pak. Dia sekretaris yang rajin di kelas ini."

Karena mendapat pujian dari Lyra, Claudya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dengan senyum malu-malu.

"Dia." Lyra menunjuk seorang laki-laki yang duduk di belakangnya. "Namanya Keanu, selaku wakil saya yang kooperatif dalam menjalankan tugas bersama."

Kini, Lyra beralih pada Pak Ken yang tengah memperhatikannya dengan saksama. "Hmm ... saya rasa jika memperkenalkan semua siswa akan memakan waktu, Pak. Intinya, kami adalah siswa kelas 12 IPA 2 yang siap meraih cita-cita dan membanggakan tanah air tercinta."

Suara gemuruh tepuk tangan pun menggema di ruang kelas 12 IPA 2 karena penuturan Lyra yang sangat tegas dan mantap. Tidak hanya para siswa, Pak Ken pun ikut serta bertepuk tangan karena takjub pada seorang  siswi yang bernama Nailyra Olivia Masayu Deandra.

"Baik, terima kasih, Lyra. Silakan duduk."

Lyra pun menyapu rok bagian belakang, lalu kembali menduduki kursinya.

Pak Ken meraih daftar siswa yang terdapat di atas meja guru, lantas membukanya. Beliau memanggil satu persatu siswa sesuai urutan absen guna mengenali nama dan wajah mereka. Pak Ken begitu ramah sehingga para siswa tampak antusias. Selain itu, cara beliau berinteraksi dengan anak remaja sangat apik.

Setelah usai, Pak Ken pun memulai mata pelajaran yang diampunya, Matematika.

"Baik, sekarang kalian buka buku paketnya halaman 15. Kali ini, kita akan mempelajari tentang geometri."

Para siswa pun mengikuti instruksi dari sang guru.

Pak Ken berdeham pelan, lalu berujar. "Sebelumya, saya ingin memberi pertanyaan. Siapakah Bapak Geometri?"

Ketika pertanyaan tersebut usai diucapkan, seorang siswi mengangkat tangannya tinggi penuh percaya diri. Pak Ken pun tersenyum senang karena ia begitu cepat dan tanggap.

"Ya, Lyra," ucap Pak Ken, mempersilakan Lyra untuk menjawab pertanyaannya.

"Euclid, Pak. Seorang matematikawan Yunani," jawab Lyra tanpa ragu sedikit pun.

Sudah pasti Lyra tahu jawabannya karena gadis itu gemar membaca buku sejarah. Selain sejarah, ia juga menyukai ilmu geografi walaupun dirinya mengambil jurusan IPA.

"Benar, Lyra." Pak Ken memberi apresiasi kepada Lyra.

Para siswa pun menatap kagum pada sosok Lyra karena kecerdasannya.

Papan tulis yang semula bersih mulai terisi oleh coretan spidol dari Pak Ken. Fokus para siswa tertuju pada sang guru yang sedang menerangkan materi secara perlahan namun pasti, terutama Lyra. Gadis itu menangkap dan menyimpan apa pun yang disampaikan oleh Pak Ken dalam memori otaknya.

"Untuk variasi soal, silakan buka halaman 20," ujar Pak Ken ketika telah usai menerangkan materi dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya. "Bagi yang sudah menemukan jawaban nomor 4, silakan maju."

Para siswa mulai mencoret-coret buku mereka untuk memecahkan perhitungan angka yang cukup rumit itu. Pak Ken mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.

Para muridnya sangat serius berkutat dengan buku mereka. Lagi dan lagi, fokus Pak Ken jatuh pada Lyra. Gadis itu seakan mencuri perhatiannya hari ini karena begitu menonjol daripada siswa yang lain.

"Saya, Pak." Lyra kembali angkat tangan.

"Ya baik. Silakan, Lyra."

Lyra pun beranjak dari duduk, lalu berjalan ke depan. Gadis itu mulai menuliskan cara penyelesaiannya di papan tulis putih. Pak Ken memeriksa setiap angka yang ditulis oleh Lyra. Beliau manggut-manggut karena gadis itu menghasilkan jawaban yang benar.

"Ya, bagus, Lyra. Langkah penyelesaianmu begitu rinci." Lagi dan lagi Pak Ken dibuat kagum oleh sosok Nailyra Olivia Masayu Deandra.

Lyra tersenyum bangga, lalu menundukkan kepalanya pelan. Ketika akan berbalik, tanpa sengaja tangan gadis itu menyenggol kotak spidol sehingga kotak itu tertarik oleh gaya gravitasi.

Dengan cepat, Lyra menangkap kotak tersebut sebelum menyentuh lantai. Spontan, tangan kiri gadis itu terangkat,  seperti sedang mengeluarkan sebuah jurus. Pak Ken yang melihat hal tersebut tampak mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Maklum, Pak. Orang jago beladiri mah beda. Mau nangkap kotak spidol aja pake jurus segala," celetuk salah seorang siswa yang berada di barisan tengah.

Lyra terkesiap mendengar celetukan dari temannya itu.

"Suara dia juga enggak kalah sama Tiara Andini, lho, Pak," imbuh Claudya yang dibalas delikan mata oleh Lyra.

Lyra meringis pelan karena Pak Ken mengembangkan senyum tipis kepadanya, lalu berubah menjadi senyum smirk halus yang tampak menyimpan sebuah misteri di dalamnya.

"Oke-oke." Pak Ken terkekeh pelan. "Kalau begitu, nanti saya ingin dengar kamu bernyanyi. Boleh?"

"Bo-boleh, Pak," jawab Lyra kikuk.

"Baik, kamu boleh duduk." Pak Ken mempersilakan dengan ramah.

Lyra pun mengangguk pelan, lalu meletakkan kotak spidol ke tempat semula. Gadis itu pun kembali ke tempat duduknya.

Pak Ken kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya sampai jam Matematika usai. Di sepanjang jam pelajaran berlangsung, semangat Lyra lah yang paling membara karena Matematika adalah salah satu pelajaran favoritnya.


▪︎▪︎▪︎


Jam istirahat telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar. Adapun sebagian dari mereka yang tetap berada di dalam kelas dengan kegiatan masing-masing. Ada yang tidur, belajar, maupun memakan bekal yang dibawa dari rumah.

Berbeda halnya dengan Lyra, gadis itu lebih memilih pergi ke perpustakaan guna mengembalikan buku paket yang dipinjamnya tadi untuk kegiatan pembelajaran. Sepanjang koridor, banyak siswa yang menyapa gadis pintar di SMA Bintang Biru itu. Siapa, sih yang tidak mengenal Nailyra Olivia Masayu Deandra?

"Ly, mau ke mana?" tanya seorang siswa jurusan IPS yang sedang duduk santai di depan kelas.

Lyra pun menghentikan langkahnya seraya menunjuk tumpukan buku di tangannya dengan dagu, lantas memicing pelan. "Menurut lo?"

Si penanya hanya terkekeh pelan. Gadis itu tidak ingin membuang kata hanya untuk menjawab pertanyaan yang sudah pasti jawabannya.

"Oke, gue duluan, ya," pamit Lyra, lalu mengayunkan langkahnya menuju perpustakaan.

"Hati-hati! jangan sampai nyusruk, Ly!"

Lyra memasuki ruangan yang dipenuhi  oleh buku yang beraneka ragam. Gadis itu mengembuskan napas pelan tatkala melihat keadaan perpustakaan yang amat nyaman dan bersih ini. Tempat yang seharusnya dikunjungi oleh para pelajar ini begitu sepi.

Lyra meletakkan buku yang dipinjam ke tempat semula setelah mengisi daftar pengembalian pada petugas perpustakaan. Lyra mengambil buku lain yang akan ia baca sendiri, yaitu buku yang membahas tentang ilmu Geografi. Gadis pintar itu kerap belajar mengenai ilmu tersebut secara otodidak karena rasa sukanya.

Jika ada yang tidak paham, ia tak segan untuk bertanya kepada anak jurusan IPS maupun guru pengampu. Berbekal pensil mekanik dan selembar kertas, Lyra mencoba menghitung kepadatan penduduk setelah usai membaca materi yang tertera. Tangannya begitu lincah dalam menyelesaikannya.

Di ambang pintu perpustakaan, ada pasang mata yang tengah mengamati Lyra secara diam-diam. Sebuah senyum smirk halus pun kembali tercetak di bibirnya. Lyra tidak lah menyadari karena gadis itu begitu fokus dengan kegiatannya.

"Gadis yang luar biasa. Kamu lah yang saya cari," gumamnya.


▪︎▪︎▪︎


Satu bulan di semester pertama telah berlalu. Untuk mengisi waktu senggang di hari Minggu, SMA Bintang Biru mengadakan senam pagi bersama. Seluruh guru, staf, dan murid mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias.

Para murid berbaris sesuai dengan kelas masing-masing. Seperti biasa, sebagai ketua kelas, Lyra berada di barisan paling depan. Gadis itu memutar bola mata malas tatkala mendengar coletehan murid perempuan yang takut skincare mereka luntur karena panas matahari.

Sebelum senam dimulai, Pak Hendrawan--- sang kepala sekolah memberi sambutan dan sebuah info penting.

"Selamat pagi, Anak-anak," sapa Pak Hendrawan ramah.

"Pagi, Pak," sahut para siswa dengan kompak.

"Saya punya berita gembira buat kalian," ungkap sang kepala sekolah yang dibalas luapan rasa senang dan penasaran oleh para siswa.

"Sekolah akan mengadakan study tour ke Museum Indonesia pada tanggal 8 Agustus nanti. Study tour ini ditujukan untuk seluruh kelas dua belas. Saya harap, kalian semua dapat mengikuti kegiatan yang sangat bermanfaat ini."

Tentu saja para siswa gembira mendapat berita tersebut, terutama Lyra. Gadis itu sampai melompat-lompat girang dan memeluk Claudya yang berada di sampingnya. Ada pasang mata yang kembali mengamati Lyra secara diam-diam dari kejauhan.

"Saya berpesan kepada kalian, siapkan semua keperluan yang dibutuhkan sejak jauh hari," pesan Pak Hendrawan.

Setelah kepala sekolah turun dari podium, senam pagi pun dimulai. Musik yang terdengar sangat asyik menggema di halaman SMA Bintang Biru, mengiringi gerakan senam mereka.

Musik itu seakan menjadi melodi yang mewakili rasa senang para siswa kelas dua belas yang sudah menanti hari itu, hari di mana mereka akan pergi ke tempat yang menyimpan banyak benda bersejarah bagi bangsa Indonesia.

▪︎▪︎▪︎

TBC.

Lyra's Secret Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang