By: HydraGhea
Lyra dan Tuan Clyde sampai di depan sebuah pintu. Dia memperhatikan Tuan Clyde menekan kombinasi angka, lalu menempelkan telapak tangannya di layar. Ruangan di balik pintu itu tidak terlalu luas, tapi bersih dan rapi. Barang-barangnya hanya berupa sebuah meja dengan tiga kursi, serta sebuah lemari.
Tuan Clyde mempersilakan Lyra masuk dan menutup pintu kembali. Lyra duduk di salah satu dari dua kursi di depan meja dan Tuan Clyde duduk di seberangnya. Suasana hening hingga membuat Lyra sedikit gugup. Melihat itu, Tuan Clyde mengulas senyum tipis.
“Kamu memang anak yang luar biasa, sesuai dugaan saya,” ucap Tuan Clyde memecah keheningan. “Kita santai saja, tidak perlu terlalu formal.”
“Anda terlalu memuji, Tuan,” ucap Lyra sedikit malu.
“Kenyataannya memang demikian, Lyra.” Tuan Clyde menyandarkan punggung ke kursi. “Dari sekian banyak anak yang menjadi target pengamatan kami, hanya kamu yang berani benar-benar membuktikan diri. Apakah kamu tidak berpikir soal keselamatanmu? Bagaimana kalau orang tuamu benar-benar disandera?”
“Eh, sa—saya ....” Lyra tampak bingung menanggapi ucapan Tuan Clyde.
“Kamu pemberani, tapi masih sangat ceroboh. Hanya saja, saya memuji untuk semua yang kamu lakukan,” ucap tuan Clyde tenang.
“Saya hanya mengikuti insting, Tuan. Entahlah, mungkin karena sejak kecil mama dan papa mendidik agar saya memiliki jiwa yang mendahulukan orang lain,” ucap Lyra pelan.
“Salah satu kelebihanmu, Lyra. Di saat yang lain memilih egois dengan diri mereka sendiri, kamu maju demi menyelamatkan negaramu, padahal itu bukan tugas dan kewajibanmu. Hanya saja, itu juga yang menjadi pertanyaan saya. Kenapa dan untuk apa kamu rela mengorbankan dirimu sendiri demi kepentingan negara yang bahkan tidak peduli kalau kamu terluka?”
Deg!
Lyra hanya bisa terdiam saat mendengar pertanyaan Tuan Clyde. Ada kebingungan teramat sangat dalam dirinya. Selama ini, dia mengikuti insting dalam bertindak. Namun, ada satu hal yang mendasari semua tindakannya. Tindakan yang terkesan ceroboh dan berbahaya, tapi dia rela melakukannya.
“Kamu ingin membuktikan dirimu bisa, ‘kan? Kamu ingin menjadi seperti masa lalu ayahmu.” Tuan Clyde mengulas senyum tipis melihat Lyra yang memasang ekspresi terkejut. “Jangan terkejut, Lyra. Saya sudah mengamatimu sejak masih kecil, bahkan sejak kamu masih berada dalam kandungan mamamu.”
“Ma—maksud Tuan, papa itu ....”
“Iya, Lyra. Kamu mungkin terkejut mendengar hal ini, tapi ini sudah menjadi peraturan utama dalam organisasi internasional antarnegara yang disebut sebagai “The Riders”. Kami bekerja dalam diam dan tidak diketahui siapa pun. Datang dan pergi bagaikan hantu. Setelah seorang Rider memutuskan berhenti, semua data tentangnya akan dihapus dari organisasi, tapi tidak boleh memutus kontak secara total.”
“Saya pernah tidak sengaja melihat foto di ruang kerja papa. Di balik foto keluarga kami, ada fotonya bersama enam orang lainnya. Di name tag yang mereka pakai, ada tulisan “Fire Riders Two”. Saya penasaran dan berusaha mencari tahu soal itu di internet, tapi tidak ada hasil,” cerita Lyra.
Tuan Clyde tertawa kecil mendengar ucapan Lyra yang menurutnya cukup polos. “Setiap angkatan, akan memiliki namanya masing-masing dan nomor sesuai tim. Papamu masuk di angkatan bernama Fire Rides kelompok dua,” jelasnya santai. “Tahukah kamu kalau sebelum keluar untuk menikah, papamu berkata kalau anaknya akan jadi anakku juga.”
“Saya tidak mengerti, Tuan,” sahut Lyra.
“Saya sudah menganggap papamu sebagai adik saya sendiri, Lyra. Selama hampir delapan belas tahun dia keluar, saya menjaganya diam-diam. Hanya sekelumit orang yang tahu keberadaannya dan keluarganya, dan mereka pun hanya orang-orang kepercayaan saya,” jelas Tuan Clyde dengan nada lebih lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra's Secret Mission (End)
Misterio / SuspensoDi zaman sekarang, rasa nasionalisme anak muda hanyalah sebatas ucapan tanpa tindakan. Berucap mudah, tapi sulit untuk bertindak. Terlebih di zaman modern seperti ini, budaya negara lain jauh lebih menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Nailyra Ol...