Bab 21 - Kebimbangan Lyra

30 9 0
                                    

By: Fitri

“Lyra?” Ervin dengan cepat menghampiri Lyra yang sudah sempoyongan. Tatapan gadis itu kosong. “Hei, ada apa?”

Mereka menculik orang tuamu, Lyra. Mereka menculik orang tuamu, Lyra. Mereka menculik orang tuamu, Lyra. Mereka menculik orang tuamu, Lyra. Mereka menculik orang tuamu, Lyra. Mereka menculik orang tuamu, Lyra.

Lima kata itu terus saja berputar di kepala Lyra. Perlahan, gadis itu mulai terisak dan mendekap Ervin untuk menyembunyikan tangisnya. Ervin yang kebingungan hanya bisa berusaha menenangkan gadis itu.

“A-aku harus bagaimana?” Ervin tidak menjawab. Laki-laki itu membiarkan Lyra mengeluarkan semua beban di hatinya. Tangannya tidak berhenti mengelus kepala Lyra dengan lembut.

“Aku lelah Ervin, sungguh. Aku lelah dengan semuanya. Kenapa dari sekian banyak orang di Indonesia, harus aku yang menanggungnya. Kenapa?”

Ervin hanya diam. Perlahan, tangis Lyra mulai menghilang dan hanya meninggalkan sengguk kecil. Setelah di rasa cukup tenang, Ervin melepas pelukannya dan menatap Lyra. Tangannya mengusap air mata Lyra yang masih tersisa di pelupuk. Laki-laki itu tersenyum tipis.

“Maafkan aku.”

Alis Ervin terangkat sebelah, “Untuk?”

“Aku menangis di pelukanmu. Itu memalukan,” jawab Lyra dengan menutup sebagaian wajahnya. Ervin terkekeh dan menyingkirkan tangan Lyra dari wajahnya.

“Tidak perlu malu. Menangis adalah hal yang wajar.”

“Tapi tetap saja memalukan.”

Ervin menggeleng tidak setuju, “Apa menangis merupakan aib? Memangnya saat kamu lahir dulu tertawa, bukan menangis?”

Lyra mendengkus, “Itu tidak lucu.”

“Aku tidak melawak.”

“Terserah!”

Ervin memijit pelipisnya. Dia sedikit bingung dengan Lyra. Beberapa saat yang lalu, gadis itu menangis sesenggukan di pelukannya. Sekarang? Wah, dia curiga bahwa Lyra punya kepribadian ganda. Ervin dengan segera menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pemikirannya barusan.

Netranya memandang Lyra yang kembali memberi tatapan kosong. “Ada apa? Apa yang terjadi?”

Lyra mendongak, tatapannya masih kosong dan perlahan kembali mengeluarkan air mata. “Orang tuaku.”

“Ada apa dengan orang tuamu?”

“M-mereka diculik.” Ervin terdiam. Lyra kembali menangis, meski tidak separah yang tadi. “Aku harus bagaimana?”

“Bagaimana bisa?

Lyra menggeleng, “Aku tidak tahu. Pak Johan yang mengatakannya. Ervin, aku harus bagaimana? Kenapa semuanya menjadi rumit? A-aku hanya tidak sengaja tahu tentang naskah proklamasi yang menghilang. Aku tidak sengaja. Tapi kenapa malah seperti ini? Negara kita terancam, orang tuaku juga menghilang dan tidak tahu ada di mana.”

Lyra menunduk. Butir air mata gadis itu jatuh satu per satu dan membasahi lantai.

“Aku lelah. Aku lelah dengan hidupku yang mulai kacau seperti ini. Andai aku bisa memutar waktu, aku memilih untuk tidak tahu saat itu. Hidupku akan berjalan normal seperti biasanya. Aku juga tidak akan kehilangan Dendra. Apa lebih baik aku menyusul Dendra saja? Dengan begitu lebih baik, bukan?” racau Lyra putus asa.

Ervin terkejut dengan perkataan Lyra. Dia segera meraih bahu Lyra dan menatap mata gadis itu dalam. “Jangan berbicara seperti itu. Apa kamu pikir dengan kematianmu semua masalah akan selesai? Tidak! Itu hanya akan memperumit keadaan.”

Lyra's Secret Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang