By: Ainur
Ken dan Lyra akhirnya bisa pergi dari tempat itu. Lyra memapah tubuh Ken, sementara pemuda itu merangkulkan tangannya di bahu Lyra. Mereka bahkan setengah berlari menuju sebuah bangunan tua. Lyra melihat Ken yang sedikit meringis, menahan sakit yang menjalar di tubuhnya.
“Pak Ken,” panggil Lyra.
Pemuda itu tersenyum dan menoleh, “Nggak apa-apa, Ly. Ayo sebentar lagi kita sampai,” jawab Ken.
Lyra yang melihat senyuman Ken, akhirnya berusaha untuk kuat. Ya, dia tidak boleh lemah. Mereka sudah ada di titik ini, teka-teki untuk mendapatkan naskah asli harus segera terselesaikan.
Berbekal teka-teki yang sudah dipecahkan Ken, akhirnya di sinilah mereka berada. Sebuah bangunan tua yang menjulang tinggi di jantung kota. Sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropa.
Dari depan nampak bagunan megah dan luas, dengan dua lantai dan bercat putih. Lyra dan Ken berjalan lebih mendekat pada museum tersebut. Saat akan memasuki pintu museum, tiba-tiba langkahnya terhenti. Seorang penjaga berpakaian safari menghalangi mereka.
“Maaf, adek-adek ini siapa?” tanya Pak penjaga.
“Saya Lyra dan ini teman saya, Pak Ken,” jawab Lyra. Gadis itu mengulurkan tangannya, tapi penjaga itu hanya melihatnya dengan kedua alis yang saling tertaut.
“Lalu mau apa ke mari?” tanya penjaga itu lagi.
Lyra memandang Ken, gadis itu meminta pertolongan untuk menjelaskan tujuan mereka datang ke mari. Ken pun maju, pemuda itu masih saja meringis menahan rasa sakit.
“Kami ada perlu, Pak,” jawab Ken.
“Perlu apa? Sepertinya adek ini lebih perlu ke rumah sakit daripada ke mari,” ucap Pak penjaga.
“Tapi, Pak ini penting,” sela Lyra.
“Maaf, Museum ini sekarang sedang tidak menerima kunjungan. Jadi, lebih baik-adik pulang lagi saja, jangan lupa berobat,” saran pak pejaga.
“Tapi—” ucapan Lyra terputus saat tangan Ken menyentuh pundaknya.
Gadis itu menoleh, ia melihat Ken yang menggelengkan kepalanya. Akhirnya Lyra pun mengikuti saran Ken. Mereka akhirnya mundur dan berlalu dari tempat itu.
Masuk ke museum dengan keadaan Ken seperti sekarang memang tidak baik, bisa saja mereka dicurigai sebagai teroris. Terlebih baik Ken ataupun Lyra, tubuhnya berlumuran darah.
Akhirnya mereka berdua beristirahat di salah satu pos yang memang sudah tidak digunakan, tempatnya cukup kotor karena tidak terawat.
Mereka berdiam cukup lama, menunggu hingga malam tiba. Dari pandangan Ken dan Lyra, tempat ini cukup ramai di hari libur seperti ini. Terlebih saat ada acara kunjungan sekolah, tapi sekarang terlihat sangat sepi. Bahkan penjaga pun lebih sedikit dari sebelumnya.
“Ken, bagaimana kita masuk. Di sana masih banyak penjaga?” tanya Lyra.
Mata gadis itu tidak lepas dari kedua penjaga yang berjalan saling bergantian di depan gerbang museum.
“Tenang, Ly. Saya masih punya cara lain, kita tunggu lebih malam lagi,” jawab Ken.
Lyra pun mengangguk sebagai jawaban, saat ini hanya menunggu yang harus mereka lakukan. Langit pun mulai temaram, lampu-lampu di sekitar museum mulai di nyalakan.
Salah satu penjaga mulai berganti dengan yang lain, semacam sift untuk berjaga. Ken menepuk pundak Lyra. Pria itu memberikan kode pada Lyra untuk menunggunya sebentar, sementara dirinya mencari cara untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra's Secret Mission (End)
Misterio / SuspensoDi zaman sekarang, rasa nasionalisme anak muda hanyalah sebatas ucapan tanpa tindakan. Berucap mudah, tapi sulit untuk bertindak. Terlebih di zaman modern seperti ini, budaya negara lain jauh lebih menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Nailyra Ol...