By: Firma
Lyra berjalan pelan meninggalkan cafe di tengah suasana malam yang mencekam. Pikirannya berkelana. Memikirkan ke mana perginya sosok Ken yang tidak menepati janjinya. Pikiran positif yang awalnya terjaga, kini pergi entah ke mana.
Langkah kaki Lyra terus mengurangi jarak. Perasaannya kini bercampur aduk. Ia mulai overthinking. Merasa khawatir jika hal-hal buruk akan terjadi di masa depan. Ia takut, kalau pikiran negatif yang hinggap di kepalanya benar terjadi.
Srek.
Tanpa sadar, ia menendang benda ringan. Refleks, Lyra menunduk ke bawah. Ia mendapati sebuah gulungan kertas yang berjarak lima centi dari ujung kakinya. Ia berpikir, mungkin itu adalah sebuah sampah yang dibuang sembarangan. Namun, entah kenapa, ia penasaran. Tangan Lyra pun terulur mengambil gulungan kertas tersebut. Lantas, ia membukanya dan membaca isinya di dalam hati .
Pergilah ke basement hotel Majapahit. Secepatnya.
Tubuhnya mematung. Ia rasa, itu adalah sebuah petunjuk. Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, Lyra langsung menghubungi Dendra, Ervin, dan Arsa.
Black Squad
Me:
Ke sini sekarang. Penting.Ervin:
Kamu di mana, Ly?
Me:
Cafe dekat hotel Majapahit.
Dendra:
Oke. Kita OTW. Kamu tunggu di sana.Lyra dengan sabar menunggu. Ia yakin, ketiga temannya tidak akan memakan waktu lama untuk sampai di sini. Perasaannya makin tak karuan. Bercampur aduk. Sebab cemas, tanpa sadar Lyra meremas secarik kertas itu.
Sekitar lima belas menit berlalu, ketiganya tiba dan langsung menghampiri Lyra.
“Kenapa, Ly?” tanya Dendra cepat.
“Nih. Kalian baca, deh.” Lyra menyerahkan secarik kertas kepada teman-temannya.
Selesai membaca, ketiganya masih tampak bingung.“Maksudnya gimana?” tanya Arsa, mewakili yang lain.
“Jadi, Pak Ken nggak memenuhi janjinya buat ketemu. Aku tunggu lama, tapi tetap nggak datang-datang. Waktu mau pulang, aku nggak sengaja tendang ini. Aku rasa, itu petunjuk,” jelas Lyra.
“Gimana kalau ini jebakan?” Arsa was-was.
“Kita periksa aja dulu, siapa tau ada Pak Ken atau petunjuk lain tentang naskah di sana,” tanggap Lyra, merasa yakin dengan asumsinya.
“Kalau gitu, langsung aja kita ke sana. Ngapain masih bengong di sini?” tegas Ervin.
Mereka langsung memulai perjalanan menuju hotel Majapahit yang letaknya tak jauh dari cafe, sehingga bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Sembari melangkah, pikiran Lyra pergi ke mana-mana. Suasana malam yang cukup hening, hanya terdengar suara hewan malam dan gesekan alas kaki yang mengisi telinga.
“Menurut kalian, Pak Ken terlibat dalam naskah palsu ini?” tanya Arsa, memecah sunyi.
“Aku bingung. Tapi, dengan nggak hadirnya Pak Ken dalam janji malam ini, membuatku nggak bisa berpikir positif,” jawab Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyra's Secret Mission (End)
Misterio / SuspensoDi zaman sekarang, rasa nasionalisme anak muda hanyalah sebatas ucapan tanpa tindakan. Berucap mudah, tapi sulit untuk bertindak. Terlebih di zaman modern seperti ini, budaya negara lain jauh lebih menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Nailyra Ol...