Bab 22 - Pilihan Berat

28 10 0
                                    

By: Fitri

Lyra dan Ervin kembali ke ruangan tadi. Keduanya saling duduk berhadapan. Sesekali Ervin mengusap punggungnya yang baru saja menjadi samsak tinju gadis di hadapannya. Memang tidak terlalu sakit, tapi tetap saja dia yakin kulit punggungnya sudah berubah warna menjadi kemerahan.

“Jadi?” tanya Ervin membuka percakapan.

“Apa?”

Ervin menghembuskan napas. Dia menatap Lyra dengan serius, “Bagaimana keputusanmu?”

Lyra menggeleng. Dia belum bisa memutuskan. Keduanya sangat berat. Jika dia memilih orang tuanya, negaranya hancur. Tapi jika dia memilih negaranya, orang tuanya bagaimana? Belum lagi dia tidak tahu siapa yang menculik orang tuanya.

“Dua banding ratusan juta, Lyra.”

Lyra menatap Ervin dengan sengit, “Aku tahu. Jangan memojokkanku.”

“Ingat juga ratusan juta nyawa yang melayang sebelumnya.”

Lyra mendengkus kesal, “Aku juga tahu itu, sialan!”

“Hari ini kamu banyak mengumpat.”

“Aku tidak peduli.”

Hening. Lyra dan Ervin bungkam. Keheningan mengisi ruang di antara mereka. Helaan napas mereka menjadi lagu pengiring di tengah kekalutan keduanya.

Bagimu dan yang lainnya memang hanya dua. Tapi lain lagi denganku, Ervin. Orang tuaku, mereka yang menghadirkanku. Merawatku. Membimbingku. Membiayaiku. Mencintaiku. Menyayangiku. Berat bagiku untuk melupakan jasa keduanya. Kedua orang tuaku dipertaruhkan untuk ratusan juta jiwa yang belum tentu seperti mereka. Aku ingin egois, sungguh.

Batin Lyra berteriak tidak karuan. Gadis itu mengerang frustasi, menarik perhatian Ervin yang sedari tadi diam saja.

“Beri aku waktu lima menit. Kepalaku terasa akan meledak saat ini,” ucap Lyra cepat. Ervin mengangguk dan memilih untuk meninggalkan Lyra sejenak.

Lima menit kemudian, Ervin kembali. Lyra menatap Ervin sesaat dan mulai membuka mulutnya. “Kamu tahu, kedua orang tuaku sangat berharga bagiku. Keduanya memberikan segalanya untukku.” Lyra menghentikan ucapannya.

Tatapannya mulai jatuh ke lantai yang dingin. “Tapi negara ini juga segalanya. Dulu, susah payah ratusan jiwa berjuang demi bebas dari penjajah. Ratusan juta jiwa melayang, sumber daya diambil untuk kepentingan penjajah biadab–”

Lyra tercekat. Rasanya sesak sekali mengingat masa lalu negaranya yang kelam. Ervin masih menunggu dengan sabar.

“A-aku ... negara ini–”

Ervin meraih tangan Lyra. Matanya menatap netra Lyra dengan lembut namun penuh keyakinan. Seakan mengatakan ‘Yakinlah dengan keputusanmu.’

“Aku akan membantu negara ini,” lirih gadis itu.

“Kamu yakin?”

Lyra mengangguk. “Seperti perkataanmu, dua banding ratusan juta.”

Ervin tersenyum sumringah, “Terima kasih. Mari berjuang bersama. Negara ini tidak boleh hancur sia-sia.”

Lyra mengangguk lagi. Dalam hati dia berharap bahwa dia tidak memilih keputusan yang salah.

Usai mengatakan keputusannya, seseorang tiba-tiba menghampiri mereka berdua. Orang itu kemudian memberi Lyra sebuah surat. Dengan hati-hati dia membukanya, namun sedetik kemudian langsung meremas dan membuangnya.

Ervin yang penasaran langsung mengambil dan membaca isinya. Dia menatap Lyra dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ervin kemudian berganti menatap orang yang tadi menyerahkan surat itu. Orang itu mengangguk sekilas lantas pergi meninggalkan keduanya.

Lyra's Secret Mission (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang