26. Rasa Sakit Itu Berharga

3.5K 469 59
                                    

📌vote and coment, okey?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📌vote and coment, okey?

📌Ada yang nungguin?

📌Think about theory!

Pernahkah kalian berpikir jika hidup di dunia manusia itu seperti menelan mentah-mentah cairan lava panas? Atau seperti berjalan di atas duri-duri tajam tanpa alas kaki, atau ditatap rendahan seolah ditelanjangi fakta oleh orang-orang yang tak jauh berbeda dengan yang ditatap?

Sepertinya itulah yang Cleo rasakan, dia seperti berjalan di atas duri tanpa alas kaki. Di sekap selama empat hari membuatnya seakan lupa tentang apa itu bahagia. Di awal, dia masih berani memberontak, tapi semakin lama dirinya tak sanggup. Seperti sekarang.

"Kau tau? Aku sungguh kesal karena kau selalu meneteskan air mata. Kau harus tau jika rasa sakit itu berharga." Carolyn berujar dengan nada santai, tangannya senantiasa menarik kuat rambut Cleo hingga kepala anak itu mendongak.

Setelahnya dia menghempaskan kepala Cleo dengan kuat hingga terantuk tembok di belakang anak itu. "Aku tak akan bosan bertanya padamu, di mana chip itu di simpan? Atau kau bisa beritahu aku apa isi chip itu, bagaimana ?" tanya Carolyn sambil tersenyum. Sudut bibir yang tertarik itu membentuk lengkungan senyuman gila yang mampu merambati rasa takut di tubuh Cleo.

"Siapa pun, tolongin gue."

Carolyn berdecih masih dengan senyumannya. Netranya tak melepas pandang pada sosok Cleo yang bisa dibilang begitu memprihatinkan, darah kering menghiasi dahi dan bibir anak itu.

"Ternyata di masa ini kau jauh lebih lemah daripada masa lalu, ya?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Carolyn yang lagi-lagi membuat Cleo tak mengerti.

Sejak wanita gila itu menyiksanya, dia terus mengatakan kata 'lemah', 'masa kini', 'masa lampau' yang sama sekali tak Cleo mengerti.

"Berhentilah menyiksanya. Kau tidak akan mendapatkan apa pun, Carolyn." Carolyn menoleh, netranya menatap pada Ron yang baru saja memasuki ruangan. Pria itu kini berpenampilan elegan dan casual dengan balutan jas denim.

"Kau mau ke mana?" Carolyn mengerutkan dahinya. Kemudian, melihat pada Fred yang tiba-tiba sudah berada di belakang Ron. Penampilan Fred tak jauh berbeda dengan Ron.

"Richard ingin kami mengunjungi teman lama, kau tidak ingin ikut?" Bukannya menjawab, Fred malah bertanya pada Carolyn. Awalnya wanita itu menatap bingung pada keduanya. Namun, setelah menyadari sesuatu, wanita itu menampilkan lengkungan lebar di bibirnya.

404! Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang