📌vote and coment, okey?
📌Ada yang nungguin?
📌Change to dark theme
📌Think about theory
•
•
•
•
Harvis berjalan di belakang sang Ayah. Di sebelahnya ada Jarvis yang sejak tadi diam—tak mengajaknya berbicara sedikit pun. Biasanya kembarannya itu akan berbisik-bisik agar dirinya tenang. Karena demi apa pun—sungguh, berada di keramaian itu seolah berada di tengah padang pasir yang tak memiliki ujung. Pesta yang diadakan ini bertempat di sebuah hotel bintang 5 yang terkenal di daerah Jakarta.
"Abang." Harvis memelankan langkahnya, tubuhnya dia condongkan mendekati sang kembaran seraya berbisik pelan.
Jarvis menoleh sebentar, lalu berdeham. "Hm?"
"Pegang tangan Adek, please...," pinta Harvis. Kali ini suaranya lebih pelan membuat Jarvis mengernyitkan alis.
"Apa?" tanya Jarvis berbisik. Kemudian, menegakkan kembali tubuhnya, tersenyum kepada orang-orang yang mulai menyapa mereka. Harvis juga melakukan hal yang sama.
"Pegang tangan Adek. Adek rada takut," ucap Harvis kembali. Matanya mulai berbinar saat Jarvis menatapnya. Namun, bibirnya langsung mengerucut saat kembarannya itu malah mengalihkan pandangannya ke depan, lalu berjalan lebih cepat—mendahuluinya.
"Kayanya Abang kerasukan demit rumah sakit, perasaan kemaren masih biasa aja? Atau mungkin masih marah?" gumamnya bertanya. Harvis masih tidak mengerti dengan sikap kembarannya.
Saat di rumah sakit kemaren, Jarvis masih men-treat dirinya seperti biasanya. Namun, sejak tadi pagi, sikapnya berubah drastis. Selalu menolak pemberian dan afeksi yang dia tunjukkan.
Kini, Harvis sudah berada di aula pesta. Lihatlah pakaian yang digunakan tamu undangan. Para pria dewasa terbalut jas yang menunjukkan kharisma mereka dan para wanita dewasa mengenakan gaun dan dress yang menunjukkan kecantikan dan keanggunan mereka.
Harvis memilih berdiri di samping kiri sang Ayah, sedangkan Jarvis berada di samping kanan Ayah mereka. Ruangan yang awalnya dipenuhi canda tawa itu seketika hening saat Arash mulai tersenyum dan memegang sebuah microphone.
"Perhatian semuanya, sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk menghadiri pesta ini. Saya berharap dari terdakannya pesta ini, tali silahturahmi kita tak akan pernah terputus." Tepukan tangan menggelegar, padahal menurut Harvis, pembukaan yang Ayahnya lakukan sangat membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
404! Not Found
Mystery / ThrillerJarvis : "Dek dipanggil Bunda, tuh di suruh bangunin yang lain." Harvis : "Bunda nyuruh gue atau lo-nya aja yang males?" Naresh : " Anjir Reyhan tidur ilernya berlimpah!!" Reyhan : "Ini tuh mahakarya!" Mahen : "Maharkarya endasmu!" Cleo : "EZZA! NGA...