27. Rahasia si Kembar

1.8K 205 33
                                    

📌vote and coment, okey?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📌vote and coment, okey?

📌Ada yang nungguin?

📌Think about theory!

"Kenapa, tiba-tiba nelpon, Na?"

Naresh mengernyit kala mendengar jawaban dari Jarvis. Anak itu seperti berada di suatu tempat yang begitu ramai?

"Lo lagi di mana?" Naresh bertanya untuk memastikan.

"Gue lagi di pesta perusahaan Ayah. Emang kenapa, Na? Mau ngabarin soal Cleo?"

"Iya, tapi kayanya lo lagi sibuk, deh. Besok aja gue kabarin. Gue mau ngabarin Mahen sama Reyhan dulu, mumpung tuh anak berdua bisa dihubungi," jawab Naresh yang akhirnya memilih untuk tidak mengatakan apa pun tentang Cleo.

"Maaf, Na."

Naresh menatap sendu ponselnya kala panggilan mereka terputus. Harapannya hanya jatuh pada Jarvis karena hanya Jarvis yang bisa dihubungi. Namun, semua itu percuma, saat ini Jarvis sedang sibuk.

"Gimana caranya gue ngehubungi itu psikopet sama si Ketos, dah? Mereka aja gak masuk sekolah lima hari." Naresh merenung, netranya menatapi layar komputer yang hanya menampilkan beranda saja. Hingga pintu kamarnya dibuka secara paksa oleh seseorang. Hampir saja dia melemparkan komputernya karena terkejut. Namun, tidak jadi saat sang pelaku menatapnya dengan sinis.

"Anyink banget, Na! Masa muka ganteng gue dibilang mirip monyet depan rumah lo." Naresh menggigit bibirnya kala pelaku pembuka pintu kamar itu mengadu dan merengut sebal.

"Emang siapa yang bilang, Rey?" tanya Naresh. Namun, diselingi oleh tawa yang riang.

"Itu, bocah depan rumah lo yang sering main sama buntelan coklat kalo mereka ketemu." Bukan Reyhan yang menjawab, melainkan Mahen yang baru saja datang dan berdiri di belakang Reyhan. Penampilan remaja itu terbilang aneh—tidak biasanya. Mahen yang biasanya sedikit stylist kini hanya mengenakan celana boxer biru dan kaos hitam.

"Lah. Lo diusir dari rumah, Hen?" tanya Naresh. Alisnya bertaut ketika menatap penampilan itu.

"Dia minggat dari rumah," jawab Reyhan dengan nada kesal, bahkan remaja itu mengambil posisi tidur terlentang di kasur Naresh.

Naresh bengong, ini kenapa bisa begini? Teman-temannya ini pada kenapa, sih?

"Bentar. Gue lagi loading, lo berdua gak sekolah lima hari. Ngilang tanpa kabar dan jejak dan sekarang lo berdua di sini. Terus lo —." Naresh berujar sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia menunjuk Mahen—memperhatikan remaja itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Lo minggat dari rumah? Ini kalian lagi simulasi jadi gembel apa gimana?" tanyanya melanjutkan.

404! Not FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang