Women

1.1K 114 5
                                    

"Paduka, sampai sekarang belum ada hasil apa pun. Princess Athanasia masih belum di temukan." Ucap Felix membaca laporan hasil pencarian Princess Athanasia yang telah hilang.

"Cari lagi. Dia harus tertangkap hidup-hidup." Ucap Claude terdengar datar.

Felix sebenarnya bingung. Bukankah Claude sangat membenci Athanasia? Kalau begitu, harusnya ia merasa senang karena gadis berambut pirang itu telah pergi.

"Felix, kerjakan saja tugas mu." Ujar Claude dengan pandangan dingin. Ia seolah tau apa yang ksatria berambut merah ini pikirkan.

"Baik, Paduka. Semoga kemakmuran obelia menyertai anda." Ucap Felix sebelum keluar dari ruang kerja sang kaisar

Felix masih penasaran siapakah sosok 'kekasih' Princess Athanasia. Menurutnya, Princess Athanasia adalah gadis pemalu dan pendiam. Memiliki seorang kekasih sangat mengejutkan semua orang termasuk dirinya.

Sebuah burung kecil mendekati Felix. Pria itu mengerutkan keningnya tidak mengerti. Di kaki burubg itu terdspat sebuah surat.

Bawa pengasuh itu ke Bar di peta ini. Aku juga akan membawa Athanasia. Ingat. Hanya kau dan pengasuh itu. Jika ada orang lain bersama kalian, akan ku habisi kau.

Lucas, Penyihir Menara yang paling tampan.

"Heh, ini pasti lelucon kan?" Felix sedikit tidak percaya. Tapi jika surat ini benar, maka Lilian bisa bertemu Princess Athanasia.

Dengan cepat Felix menuju kamarnya. Di dalam sana, seorang wanita berambut cokelat tengah duduk di depan jendela. Tatapannya kosong seolah jiwanya telah pergi.

Gaun berwarna biru muda yang melekat dirinya menambah kesan cantik. Felix langsung menggelengkan kepalanya untuk mengeyahkan pikiran itu. Sempat-sempatnya dia berpikir begitu.

Felix berlutut dengan satu kaki. Memandang wajah yang semakin kurus karena menolak makan.

"Nona Lilian, saya tau dimana Princess Athanasia. Apa anda mau bertemu dengan beliau?" Tanya Felix yang tanpa di duga, Lilian langsung menatapnya. Kedua tangan lemah itu mencengkram bajunya erat.

"Prin-princess sudah ditemukan?" Tanya Lilian dengan suara parau.

"Kalau itu tidak tapi seseorang bernama Lucas mengatakan untuk bertemu di salah satu bar. Dia akan membawa Princess Athanasia." Jelas Felix.

Mata aqua itu berkedip beberapa kali. Berusaha mencerna ucapan felix.

"Tuan Lucas? Princess bersama Tuan Lucas?" Tanya Lilian lagi.

"Benar, Nona."

Air mata lega langsung keliar dari mata Lilian. Ia bersyukur karena Pirncess yang telah ia rawat sejak kecil baik-baik saja. Penyihir bernama Lucas yang baru ia kenal setahun yang lalu. Teman belajar sekaligus bermain Athanasia. Awalnya Lilian merasa was-was akan kehadiran Lucas yang tiba-tiba tapi begitu melihat Princess Athanasia terlihat bahagia, Lilian pun mulai memercayai Lucas.

"Di mana? Ayo ke sana, Tuan Felix. Saya yakin Princess tengah menunggu saya." Ucap Lilian yang kini mulai kembali mendapat cahayanya.

"Baik, Nona. Kalau begitu tolong pakai ini dulu." Felix menyerahkan sebuah jubah.

Setelah itu, mereka berdua langsung keluar dari istana. Tentu saja menggunakan jalan rahasia. Butuh beberapa jam hingga akhirnya mereka sampai di bar yang di janjikan.

"Di mana Princess?" Tanya Lilian. Bar ini terlihat sepi.

"Sepertinya mereka belum datang. Bagaimana jika nona beristirahat dulu di salah satu kamar? Saya akan segera memberi tau anda kalau Tuan Putri sudah sampai."

Lilian sempat menolak, tapi karena dirinya juga lelah, akhirnya ia menurut. Ia hanya bisa duduk gelisa di kasur itu. Ia harap Princess Athanasia baik-baik saja.

Lilian mendengar suara orang bicara di luar sana. Sepertinya Felix berbincang dengan seseorang, tapi siapa?

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan seseorang yang sangat ia rindukan.

Gadis berusia 18 tahun itu menatspnya dengan linangan air mata. Gadis yang sudah ia rawat sejak bayi terlihat sehat- sehat saja. Malah terlihat semakin cantik.

"Hikss... lily... "

"Princess... Anda baik-baik saja."

Kedua perempuan itu saling menangis haru di dalam kamar, sedangkan laki-lakinya berjaga di luar.

Lucas dan Felix dapat mendengar suara tangis dari dalam sana. Tidak ada satupun dari mereka yang ingin menganggu. Biarkan saja kedua orang perempuan itu melepas rindu.

"Ehem. Meskipun terlambat, Terima kasih. Berkat Tuan Lucas, Nona Lilian dan Princess Athanasia bisa selamat dari maut." Ucap Felix tulus. Dia tidak siapa Lucas sebenarnya, tapi yang Felix tau, pria itu sangatlah kuat dan yang paling penting dia melindungi Princess Athanasia.

"Tidak masalah. Lagian Princess akan sangat sedih jika pengasuhnya meninggal. Oh, iya, kalian datang sendiri, kan?" Tanya Lucas melirik Felix dengan dingin.

"Tentu saja. Kami bahkan melewati jalan rahasia agar bisa sampai ke sini." Jelas Felix dengan tegas dan Lucas tau kalau Kastris itu tidak berbohong.

"Baguslah."

Hening.

Setelah Lucas berucap, tidak ada yang membuka suara.

"Bukankah sudah lewat 20 menit? Tapi kenapa tangisan mereka tidak berhenti?" Tanya Lucas melihat ke arah pintu. Memang benar 20 menit trlah berlalu tapi suara tangisan di dalam masih terdengar jelas.

"Haha... Haha.. Hahaha... " Felix hanya bisa tertawa kaku.

"Perempuan memang makhluk aneh." Gumam Lucas sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

****

Double up, nih. Senang gak?

Jangan lupa vote dan komen kalau suka cerita ini.

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang