Meeting

588 50 5
                                    

Zenit seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Tubuhnya seolah ada tapi jiwanya entah kemana. Para pelayan di mansion Alpheus ini merasa khawatir. Mereka mengira gadis bersurai cokelat itu masih merasa trauma akan insiden keracunan itu. Padahal, yang terjadi adalah Zenit sedang perang batin.

'Aku anak Papa, kan?'

'Iya. Aku pasti anak papa.'

'Tapi... selain mata permata aku tidak punya kemiripan dengan papa.'

'Athanasia malah sangat mirip dengan papa.'

'Apa... papa memang bukan papa kandung ku?'

'Ugh... kepala ku pusing.'

Perang batin itu terus berlangsung dan tanpa Zenit sadari, sesuatu berwarna hitam keunguan menguar dari tubuh. Sesuatu yang mirip asap tapi menguar ke seluruh kamar. Di karenakan pintu kamar sedikit terbuka, asap itu pun ikut menguar sampai mengenai para pelayan.

Anehnya, mereka seolah terhipnotis. Mereka yang iba semakin merasa iba. Entah kenapa mereka sangat tidak mau melihat gadis berambut cokelat itu bersedih.

Tap...tap... tap...

Sebuah langkah dari sepatu hils terdengar mendekat. Orang itu adalah Countess Rosaria, bibi dari Zenit. Para pelayan sontak membungkukan badan mereka. Rosaria hanya mengangguk dan berlalu masuk ke kamar Zenit.

'Ck. Padahal aku sudah menuduh putri terbuang itu sebagai penjahat supaya anak polos ini bisa menjadi Putri Mahkota. Tapi sekarang semua rencana ku gagal. Sial!' Batin Rosaria merasa kesal melihat Zenit yang duduk termatung di depan cermin riasnya.

'Tenang Rosaria. Yang perlu kau lakukan hanyalah menyusun rencana lagi.' Batinnya lagi. wajah kesal Rosaria dengan cepat berubah menjadi wajah keibuan.

"Zenit, sayang ku. Berhenti bersedih." Ucap Rosaria yang sudah berdiri di belakang Zenit. Tangannya dengan lembut mengelus kepala keponakannya.

"Bibi tahu kau pasti sedih akan tindakan penjahat itu. Tapi jangan khawatir. Yang Mulia Kaisar pasti akan menemukannya dan langsung memberikan hukuman mati di tempat." Ucapnya lagi. Zenit hanya diam. Sejujurnya ada hal yang ingin ia tanyakan pada bibinya itu. Tapi ia urungkan.

"Daripada bersedih, lebih kita minum teh bersama. Ayo."

~*~

Claude yang berada di ruang kerjanya sungguh mengerikan. Wajahnya bak dewa yunani semakin tirus dan matanya tidak memancarkan cahaya kehidupan sama sekali. Felix yang berada di luar ruangan merasa khawatir. Ia tahu apa yang dipikirkan oleh Claude. Sejak dulu pikiran mereka terhubungan dan membuat Felix tahu seberapa menyesalnya Claude atas tindakan yang ia lakukan terhadap Putri Athanasia.

'Semoga ada keajaiban.' Batin Felix berharap. Berharap agar Putri Athanasia muncul. Setidaknya, itu bisa membuat Claude sedikit di hidup. Tapi sepertinya itu mustahil. Gadis berambut pirang itu pasti mengalami trauma berat.

'Athanasia... trauma berat?' Batin Claude. Ia pun kembali berpikir. Wajar saja anak itu trauma berat. Yang sudah ia lakukan selama ini sungguh kejam. Rasanya ia malu sekali pada dirinya.

Setiap malam, Diana selalu muncul di mimpi. Diana yang biasanya tersenyum kini memasang wajah sedih dan kecewa. Dan karena itu susah sekali bagi Claude untuk tertidur. Bayangan wajah sedih Diana membuatnya insomnia berat. Dan juga, Claude sama sekali tidak memiliki selera makan. Semua makanan itu membuat mual.

Claude berharap bisa bertemu dengan Athanasia. Ia akan memohon ampun bahkan kalau perlu ia akan bersujud supaya dimaafkan.

"Yang Mulia, sebentar lagi pertemuan antar bangsawan di mulai." Ucap Felix di balik pintu. Walau sedang di landa amarah dan sedih, Claude sama sekali tidak mengabaikan tugasnya sebagai Kaisar.

Dengan penuh tidak semangat, ia menuju aula pertemuan. Yang dibahas adalah mengenai hari pendirian kekaisaran yang tinggal sebulan lagi. pembahasan yang memakan waktu hampir 2 jam ini. Di saat pembahasan hampir selesai, pria gendut bernama Count Carzava mengangkat tangannya.

Claude mengangguk tanda mengijinkan.

"Yang Mulia Kaisar, di karenakan Putri Athanasia si pendosa telah menghilang, bukankah lebih baik anda mengangkat Putri Zenit sebagai Putri Mahkota." Ucap Count Carzava dengan penuh percaya diri. Tapi beberapa bangsawan di dekatnya merasa panik. Terlebih, Claude yang tadinya terlihat malas malah terlihat emosi.

"Hoi! Apa yang dia katakan?"

"Astaga, nyawanya ada berapa?"

"Ah... sepertinya keluarga Count akan berkurang lagi."

Count Carzava bisa dibilang orang kaya yang baru mendapat gelar makanya belum tahu sikap aslinya Claude. Berbeda dengan bangsawan-bangsawan lama yang sudah mengetahui sikap kejam dari Kaisar Tirani.

"Ugh... Ark!" dan, ya, tak lama, Count Carzava memucat ia seolah kesulitan bernapas. Urat-urat di sekitar kepalanya bahkan sampai timbul. Untunglah Claude hari ini tidak mau melihat mayat, makanya Count Carzava bisa selamat.

"Count Carzava, menurut mu kenapa aku sangat marah?" Tanya Claude dingin. Count Carzava yang tergeletak di lantai, menjawab dengan terbata-bata.

"K-are-na sa-ya meng-hi-na pu-tri At-ha-na-sia?"

"Bukan. Itu karena dasi kuning yang kau pakai membuat mata ku perih." Jawab Claude yang membuat orang-orang melongo tidak percaya.

Rapat itu pun akhir selesai dengan semua bangsawan yang masih hidup. Matahari sudah tenggelam dan digantikan dengan bulan. Claude menatap bulan di langit dengan sedih. Di dekatnya sudah ada bayak minuman alkohol dengan kadar tinggi. Bahkan sudah lebih dari 4 botol yang kosong tapi Claude sama sekali tidak bisa tidur. Ia Cuma duduk bersandar di sofa panjang ini sedangkan Felix dengan setia menunggu di depan pintu kamarnya.

Entah nyata atau tidak, Sosok wanita berambut pirang panjang dengan mata soft pink itu ada di hadapannya. Duduk di depan meja yang ada di dekatnya. Wanita itu tak banyak bicara hanya menatapnya dengan tatapan sendu.

"Hari ini kau datang juga, ya?" Tanya Claude dan sosok yang tak lain adalah Diana itu hanya tersenyum dan tidak bicara.

"Kenapa tidak bicara? Malam-malam sebelumnya kau juga diam. Lebih baik maki aku dari duduk di situ dengan diam." Ucap Claude yang mulai geram. Tapi Diana tetap diam. Sampai, Diana mulai menghilang perlahan dan spontan Claude berusaha memeluknya.

"Jangan Pergi!" Ujar Claude penuh rasa frustasi. Berusaha memeluk Diana yang perhalan menghilang. Tapi akhirnya Diana tetap menghilang dan Claude hanya memeluk dirinya sendiri.

Di malam ini, Claude hanya bisa meratapi nasib buruknya. Merindukan dua peri cantik yang telah pergi meninggalkannya.

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang