Brak!
Prang!
Prang!
"ARRGG!!!" Teriakan itu membuat siapa saja merinding. Termasuk Zenit.
2 hari yang lalu, Claude ditemukan pingsan di ruang kerjanya. Zenit sangat khawatir. Dia selalu menemani Claude. Dokter yang menangani Claude mengatakan tidak ada masalah lalu, Penyihir yang memeriksa bilang jika ada aliran-aliran mana tertentu yang masuk ke tempat yang seharusnya.
Zenit sama sekali tidak mengerti maksud kakek penyihir itu tapi yang pasti, keadaan papanya baik-baik saja. Tapi, kemarin, saat Claude bangun, Tatapan hangat yang selalu dia berikan untuknya berubah menjadi tatapan dingin seolah ingin dia menghilang saja.
"USIR JALANG ITU DARI KAMAR KU!!!" Kalimat yang diucapkan Claude begitu melihat dirinya. Zenit sama sekali tidak tau apa yang terjadi. Makian yang diucapkan Claude itu masih terngiang jelas di benaknya.
Apa yang terjadi pada papanya hingga dia berubah total?
Di lain sisi, Felix, satu-satunya orang yang berani mendekati pintu kamar sang kaisar yang sedang mengamuk di dalam kamar.
TOK... TOK... TOK...
"YANG MULIA!!! TOLONG BERHENTI!!! JANGAN LUKAI DIRI ANDA!!!" Jerit Felix sambil menggedor pintu di depannya dengan sekuat tenaga. Felix sangat khawatir dengan kondisi Claude. Lucas langsung mengirimnya ke istana hari itu. Felix terkejut begitu mendengar kabar kalau Claude pingsan. Dia sempat berpikir, jika Lucas telah melukai Claude tapi begitu mendengar penjelasan dari dokter dan penyihir menara kalau kondisi Claude baik-baik membuat Felix bernapas lega.
"Felix, kau akan mati jika jalang itu masuk ke kamar ku." Ucap Claude setelah Princess Zenit keluar dari kamarnya. Felix sama sekali tidak mengerti. Sifat Claude berubah 360 derajat.
'Apa yang dilakukan Tuan Lucas?' Batin Felix bertanya-tanya. Sudah seharian ini Claude mengurung diri dan terdengar barang becah serta di banting dari kamarnya. Jeritan penuh amarah dan penyesalan itu membuat semua orang merinding ketakutan.
"Apa yang terjadi pada Paduka?"
"Apa beliau kena kutukan?"
"Atau kesurupan? Semenjak pingsan dua hari yang lalu, Paduka selalu mengurung diri dan menghancurkan barang-barang di ruangannya."
Claude melemparkan botol minuman itu dengan kuat. Pecahan-pecahan botol itu berhamburan
Kamar yang rapi terlihat seperti medan perang. Wajah bak dewa yunani itu tergores akibat pecahan botol kaca tapi si empu sama sekali tidak menunjukkan raut kesakitan.
Claude rasanya ingin mati saja.
Kenapa dia begitu bodoh?
Kenapa dia melukai Putrinya sendiri?
Ugh, maafkan aku, Diana.
Claude sungguh menyesal. Setelah merasakan sesuatu yang keras menghantam kepalanya, ia seperti berada di tempat lain. Dan melihat wanita yang ia sangat cintai.
Diana...
Claude mengingat semuanya. Pertemuan pertamanya dengan Diana, keseharian mereka di istana, hari-hari indah yang dilewati dengan bahagia, sampai hari terakhir mereka bersama.
Yang Mulia, tolong jaga anak ini.
Mengingat kalimat itu membuat dada Claude semakin nyeri. Selama 18 tahun ini, ia selalu melukai putrinya sendiri.
Selama 18 tahun ini, ia selalu mengabaikan anak itu. Ia selalu menganggap anak itu angin saja.
Ia selalu diam saat tau anak itu menderita di istana ruby.
Sungguh, dia adalah pria brengsek.
Ya, Claude menyadari dirinya pria brengsek sekaligus ayah yang buruk.
Bukannya memeluk putri kandungnya, ia justru merangkul anak yang bukan darahnya.
"Haha... Hahaha!!!"
Ia menertawakan kebodohannya selama ini. Ingin rasanya dia memutar waktu.
Jika dia bisa memutar waktu, maka ia akan memeluk Athanasia.
Jika waktu bisa diulang, ia akan memberikan anak itu kasih sayang yang banyak sehingga semua orang akan iri.
Jika, jika, jika, semuanya hanya jika. Nasi sudah menjadi bubur.
Sekarang ia hanya dapat menyesal saja.
"Athanasia..." Claude untuk pertama kalinya mengucapkan nama itu dengan lembut. Tak luput, dengan air mata yang ikut menetes.
"..... kembalilah. Athanasia.... kembalilah. Jika kau kembali, akan ku berikan semua kasih sayang yang selalu kau rindukan." Ucap Claude berharap bahwa putrinya itu akan kembali padanya.
Brak!
Pintu kamar Claude berhasil di buka paksa oleh Felix.
Ksateia berambut merah itu terkejut melihat kamar yang seperti kapal pecah.
Dan yang membuatnya lebih terkejut,
"Paduka, anda terluka. Segera panggil dokter!" Seru Felix begitu melihat luka-luka di tangan Claude.
Pelayan yang mendengar itu langsung berlari secepat kilat.
Felix dengan cekatan memberikan pertolongan pertama. Ia harus menghentikan darah yang mengalir itu.
Felix semakin di buat khawatir begitu melihat Claude yang seperti mayat hidup.
"Paduka... "
"Dia meninggalkan ku, Felix. Dia meninggalkan diri ku seperti yang Diana lakukan." Gumam Claude rendah dan terkesan menyedihkan.
Felix melebarkan kedua matanya. Nama yang-paling-tidak-boleh-disebut itu keluar dari mulut Claude.
Felix yakin akan satu hal, Claude telah mengingat Diana berkat bantuan Penyihir itu.
"Felix, kau tau dimana Athanasia, kan?" Pertanyaan itu membuat Felix tidak berkutik. Percuma saja baginya berbohong.
"Untuk sekarang saya tidak tau." Jawab Felix jujur.
"Setidaknya bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja? Apa dia makan teratur? Diamana dia tinggal?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Claude
"Putri Athanasia baik-baik saja. Beliau makan dengan teratur dan beliau bersama seorang Penyihir menara hitam." Ujar Felix.
"Syukurlah...."
Claude tidak bisa menyembunyikan rasa leganya. Setidaknya dia tau Athanasia baik-baik saja.
Di pintu kamar, sudah ada Zenit yang terdiam. Ia menatap ke arah Claude dengan pandangan sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)
FanfictionHari dimana Princess Athanasia si Pendosa akan dihukum gantung gagal karena kemunculan pemuda bersurai hitam yang mengaku dirinya sebagai 'kekasih' dari Princess Athanasia. Princess Athanasia dinyatakan menghilang bersama kekasihnya. Lalu... Apa yan...