Truth

598 44 4
                                    

Ijekiel harus menelan pil pahit. Sudah lebih seminggu dirinya berusaha mencari Athanasia tapi tetap saja tidak ketemu. Sejak pertemuan mereka hari itu, Ijekiel kehilangan jejaknya. Padahal baru saja dia mendapatkan tanda-tanda kehadiran gadis bersurai pirang itu tapi sekarang dia malah kehilangan jejak.

"Tenanglah. Besok kita cari lagi. Makan dulu," Ucap Cabel sambil menyodorkan ayam panggang kesukaannya. Ijekiel dengan lesu memakan ayam itu. Cabel dengan ekor matanya menatap Ijekiel yang tidak seperti biasanya.

Kemana Tuan Muda Alpheus yang berkarisma lembut? Orang itu seperti hilang entah kemana. Ia malah melihat pria yang seperti... putus cinta(?)

Padahal 4 hari lalu, harusnya Ijekiel kembali ke Obelia tapi ia tunda demi mencari si Putri yang melarikan diri. Cabel kembali mengingat Nona Malaikat yang ia lihat. Ia dan Ijekiel berusaha mengejar Nona Malaikat waktu itu tapi tiba-tiba Nona Malaikat hilang di dekat pohon besar.

'Itu bukan penampakan, kan?' batin Cabel saat itu.

Dan setelahnya, mereka mengecek hotel-hotel terkenal. Siapa tahu Nona Malaikat menginap di situ tapi nihil.

"Nee, Ijekiel, lebih baik kau kembali sekarang. Biar urusan Nona Malaikat serahkan pada ku." Ucap Cabel dengan semangat yang merupakan ciri khasnya.

"Hah... kau benar, Cabel. Aku di sini terlalu lama." Ujar Ijekiel. Ia sudah lama di sini. Ada banyak urusan di Obelia. Terlebih, surat dari Zenit terus saja berdatangan. Kenapa gadis itu selalu saja menghubunginya? Rasanya Ijekiel merasa risih.

~*~

"Paduka, Anda baik-baik saja?" Tanya Felix yang melihat seberapa 'jeleknya' Claude. Matanya semakin menghidap layaknya panda. Di meja dekatnya sudah banyak botol alkohol yang kosong.

Claude hanya menatap kosong ke depan. Dia terlihat jauh lebih buruk.

"Saya bawakan makanan. Tolong makanlah sedikit." Ucap Felix lagi sambil mendorong kereta makanan dua tingkat. Di situ sudah ada aneka macam makanan yang lezat tapi tidak membuat pria berambut pirang menoleh.

"Setidaknya minumlah ini. ini bisa membuat Paduka sedikit tenang." Felix meletakkan secangkir teh yang masih panas. Harum teh itu bisa menarik perhatian Claude. Teh itu bernama Teh lippe. Teh kesukaan Diana dan juga Claude.

Dari sekian banyaknya makanan dan minuman, hanya teh lippe dan kue kering saja yang masuk ke perut Claude.

"Ah, Putri Zenit akan lebih lama di kediaman Alpheus." Ucap Felix memberi tahu.

"Baguslah. Salah satu stress ku setidaknya pergi." Ucap Claude. Lalu setelahnya mereka pergi ke ruang kerja dan mengurus semua masalah yang dialami kekaisaran.

"Bagaimana dengan pencariannya?" Tanya Claude yang sedang menulis itu.

"Belum ada hasil Paduka."

"Sekarang aku tidak akan membunuhnya. Jadi carilah dengan benar."

"Pa...duka, maksud Anda..."

"Cepat lakukan pencariannya."

"Baik, Paduka."

~*~

Zenit hanya diam menatap pantulan dirinya di cermin. Pelayan bernama Jany tengah menyisir rambutnya dengan lembut. Pelayan itu merupakan pengasuhnya juga selama di kediaman Alpheus dulu.

"Jany... " Panggil Zenit.

"Ya, Putri?"

Walau ragu, Zenit tetap bertanya, "Seperti apa... saudara papa. Maksud ku paman ku." Jany terdiam mendengar pertanyaan Zenit. Tapi dia kembali ingat, kalau anak yang ia asuh sejak lama itu, selalu penuh dengan rasa penasaran.

Tanpa ada rasa curiga, Jany menjawab, "Seingat saya, Saudara Kaisar Claude itu sangat kejam. Beliau sempat menjadi Kaisar sebentar. Di masa kepemimpinannya, banyak rakyat yang menderita. Rakyat mendapatkan pajak yang tinggi sedangkan bangsawan malah dibebaskan pajak."

Zenit diam mendengarkan. Tidak ada niat untuk menyela.

"Semua rakyat sangat menderita. Tapi untunglah, Kaisar Claude membunuh Kaisar terdahulu dan menyelamatkan Obelia dari kehancuran. Setelah kenaikan Kaisar Claude, para Bangsawan mendapat pajak besar-besaran dan itu semua diberikan ke rakyat biasa." Jalas Jany yang kini sedang mengucir rambut cokelat Zenit.

"Kalau... wajah paman ku seperti apa?" Tanya Zenit penasaran.

"Eh? Maksud Anda Kaisar Anastasius?" Tanya Jany memastikan.

"Iya. eee soalnya ku hmm penasaran begitu. Apa paman mirip papa atau gak. Begitu." Ucap Zenit kelabakan.

"Hm... potret Kaisar Anastasius memang sudah tidak ada. Tapi kalau Putri mau, saya bisa menggambarkannya." Tawar Jany yang tentu saja tidak tolak Zenit.

Malam yang semkain larut ini, ada seorang wanita yang berjalan dengan pelan di sekitar lorong gelap. Karena gelap, Ijekiel sama sekali tidak melihat orang itu dengan jelas. Dan saat di dekati, orang itu adalah Zenit.

"Ijekiel?! Kapan kau kembali?" Tanya Zenit dan kaget.

"Aku yang harusnya tanya. ngapain kau jalan tengah malam pakai baju putih rambut terurai terus jalan di kegelapan lagi. aku kira setan loh." Ucap Ijekiel yang tidak bisa menutupi raut kagetnya.

"Ah, itu..." Ada jeda sejenak "Aku gak bisa tidur. Jadi jalan-jalan saja." sebelum jawaban itu terucap.

".... begitu." Respon Ijekiel.

Alhasil mereka berdua berjalan bersama di taman. Ijekiel dengan gentle nya melepaskan jas nya dan menyampirkannya di bahu Zenit. Mereka berjalan di taman dengan pelita yang di pegang Ijekiel.

"Ijekiel, kau makan teratur, kan di sana?"

"Iya. kediaman ernst memberikan makanan yang banyak."

"Baguslah."

"Aku membawa hadiah untuk mu. Besok akan ku berikan."

"Terima kasih. Aku jadi tidak sabar."

Hening~~~

Setelah itu tidak ada yang pembicaraan. Zenit sama sekali tidak tahu harus tanya apa.

"Ijekiel, ada yang mau ku tanya."

"Tanyakan saja."

"jika, ada sesuatu yang selama ini kau kira benar tapi sekalinya sesuatu itu merupakan kebohongan besar apa yang akan kau lakukan?"

"...." Ijekiel diam berusaha mencerna ucapan Zenit.

"Itu... itu... maksudnya, misalnya selama ini kau mengira aku perempuan tapi kenyataannya aku adalah laki laki. Apa yang akan kau lakukan ketika menerima kenyataan itu?" Zenit berusaha mencari contoh yang baik agar yang dia maksud kan tersampaikan dengan baik.

Untung saja Ijekiel pintar jadi dengan mudah menyerap maksud Zenit.

"Hmm... kalau aku, tentu saja akan kecewa berat. Sesuatu yang kuanggap kebenaran ternyata adalah kebohongan. Tapi, itu lebih baik. Karena hidup dengan kenyataan pahit lebih baik dari hidup dengan kebohongan yang manis. Itu menurut ku sih," Jawab Ijekiel.

Zenit mencerna ucapan Ijekiel dengan baik. Yang dibilang Ijekiel memang ada benarnya tapi dirinya masih sulit untuk percaya.

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang