End (4)

392 25 3
                                    


Di ruang kerja yang tidak terlalu luas ini, sudah ada Lilian bersama sang ayah. Kedua orang itu sedang membicarakan hal serius.

"Tidak aku sangka Duke Alpheus ikut terlibat." Ucap Baron York. Pria yang semua rambut yang hampir putih membaca koran dengan kening mengkerut. Kekaisaraan sedang dihebohkan dengan kejadian pemberontakan. Semua surat kabar berisi tentang pemberontakan dan hukuman mereka.

"Duke Alpheus itu orang yang ambisius, Yah. Ayah saja yang tidak tahu." Ucap Lilian. Wanita cantik itu cukup kesal karena sang ayah terus menganggap Duke Alpheus itu orang baik. Padahal aslinya malah tidak.

"Mana aku tahu," Elak Baron York, "Kira-kira kapan Putri Zenit dan Countess Rosalia ditangkap, ya?" Tanya Baron York.

Ada lagi informasi terbaru. Bahwa Putri Zenit adalah anak dari Anastasius. Yang artinya, selama ini keluarga Alpheus telah membohongi Kekaisaraan. Dengan demikian, status Putri dan tahta Kekaisaraan tak pantas untuk Zenit.

Dan sialnya, di hari pemberontakan itu, Zenit dan Countess Rosalia berhasil melarikan diri dari Istana dan menjadi buronan sekarang.

"Secepatnya. Ksatria Obelia kan tidak selemah itu. mereka pasti akan segera ditemukan." Lilian sangat yakin dengan itu. Ksatria Obelia sangat tidak bisa diremehkan.

"Kau benar. Tidak mungkin mereka bisa bersembunyi lebih lama." Baron pun melipat korannya itu. Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak dan dengan gembira berucap, "Lilian sayang, ada banyak surat lamaran untuk mu. Pilihlah salah satu dari—"

"Tidak." Tolak Lilian dengan tegas.

"Jangan begitu. Kau ini sudah kepala tiga, tahu! Tidak baik terus menolak lamaran yang datang." Omel Baron York. Sejak Putrinya memasuki usia dewasa, sudah banyak lamaran yang datang dari para Tuan Muda yang terpesona dengannya.

Tapi, sepertinya hati Putrinya itu terbuat dari es. "Aku tidak tertarik dengan mereka semua." Ucap Lilian saat berumur 20 tahun.

Baron dan Baroness sudah berkali-kali membujuk Lilian untuk menikah tapi ia terus menolak. Padahal lamaran yang masuk adalah dari Tuan Muda kelas Baron, Count, Marquess, bahkan seorang Duke!

Tidak ia sangka Putrinya itu bisa mendapat lamaran dari banyak Tuan Muda. Padahal Lilian terkenal dingin, ansos, juga penyendiri. Teman saja tidak punya.

Apa karena Putrinya cantik?

Well, Putrinya itu memang cantik sih.

"Aku tidak tertarik dengan pernikahan, Ayah." Lilian merasa jengah kerap kali mendengar ayahnya membahas lamaran dan pernikahan.

"Aku tetap ingin kau menikah. Ibu dan ayahmu ini sudah tua. Kami tidak selalu bisa bersama mu. Setidaknya, sebelum meninggal, kami mau melihatmu tidak sendirian lagi." Jelas ayahnya itu. Mereka memang tidak terlalu memaksa tapi tetap saja khawatir. Melihat Putri satu-satunya tetap sendirian sampai sekarang.

"Aku tidak suka laki-laki." Ucap Lilian yang langsung membuat ayahnya terkejut.

"Eh? Apa maksudnya itu? Kau masih normal kan, Nak?" Baron York cukup terkejut dengan ucapan Putrinya itu.

Lilian yang mengerti apa yang dipikirkan sang ayah lantas berucap, "Normal, Ayah. Aku masih normal, kok."

"Aku hanya... malas punya hubungan. Terlalu merepotkan." Ucap Lilian yang membuat ayahnya tidak jadi serangan jantung.

"Baguslah. Kau masih waras ternyata." Baron berucap sambil mengelus dadanya tanda lega.

"Lilian, kau akan terus sendiri jika punya pendirian seperti itu. Coba bukalah hatimu dan terima Pria baik yang sudah menunggu mu. Jika terus menutup hati seperti ini, sampai akhirpun kau tidak akan menikah." Ucap Baron York yang membuat Lilian terdiam. Perempuan berambut cokelat itu mencerna dengan baik ucapan sang ayah.

~*~

Kekaisaran saat ini dalam kondisi tidak stabil. Mantan Kaisar yang dikira sudah meninggal ternyata masih, banyaknya bangsawan yang ikut dalam pemberontakan, dan yang paling mencengangkan adalah fakta bahwa Putri Zenit anaknya Kaisar terdahulu.

Semua rakyat Obelia terpukul mengetahui. Putri baik hati yang mereka banggakan ternyata adalah anak dari Kaisar yang telah menyusahkan hidup mereka di masa lalu.

Dan saat ini, Putri Zenit dan bibinya, Countess Rosalia, menghilang entah kemana. Semua ksatria juga penyihir sudah diperintahkan untuk ikut mencari. Sebentar mereka mereka pasti akan ditemukan.

Seorang gadis berambut cokelat nampak gemetaran begitu membaca koran yang ia dapatkan. Ia bahkan sampai menggigit bibir bawahnya agar tidak berteriak melampiaskan amarah.

"Sial!" teriak wanita yang hampir mirip dengannya itu.

"Carax sialan! Padahal dia bilang bakal menang tapi malah kalah! Kenapa juga fakta itu ketahuan?! Arg! Kehidupan bangsawan ku yang mewah!" Wanita berambut cokelat dengan wajah pucat dan kusam itu terus mengomel. Kedua orang itu sedang berada di salah satu penginapan terpencil di pinggiran ibu kota.

Hari pemberontakan yang harusnya membuat Countess Rosalia menjadi semakin kuat di politik justru membuatnya kehilangan semuanya. Kaisar Claude berhasil menggagalkan pemberontakan dengan bantuan kekasih putri Athanasia.

"Aku tidak mau bernasib seperti Roger. Aku tidak mau mati... aku tidak mau mati ...." gumam Rosalia berulang kali. Wanita cantik yang menguasai pergaulan kelas atas sudah tidak ada lagi. Kini menjadi wanita mengerikan hingga membuat anak-anak akan menangis begitu melihatnya.

"Semuanya mati... Ijekiel juga...." Kini gantian Zenit yang sedih. Gadis itu sudah kehilangan semuanya. Ayahnya, gelarnya, kekayaan, juga tunangannya.

"Jangan bicara mati terus! Kalau kau mau mati seperti ayah mu itu pergi saja keluar!"

"Apa Bibi membentak ku?"

"Iya! Kenapa?! Marah?! Kalau tahu bakal begini harus nya kau tidak pernah ku bawa. Harusnya kau langsung ku bunuh waktu bayi!" Ucapan yang begitu kasar keluar dari mulut Countess Rosalia.

Zenit tidak percaya sama sekali. Bibi yang selalu terlihat lembut itu bisa menjadi iblis seperti sekarang.

"Sial! Sial! Sial! Aku harus cepat keluar dari sini! Aku tidak mau mati!" oceh Rosalia lagi.

Zenit cuma bisa diam saja. Saat ini ia sangat bergantung pada Bibinya. Cuma bibinya keluarga yang ia miliki. Kalau kembali ke istana ia pasti akan dihukum karena membohongi kekaisaran.

Rosalia pergi sebentar dengan alasan mau bekerja.

Roti keras juga air putih hambar sudah menjadi makanan sehari-harinya. Zenit mau tak mau harus makan itu. Padahal saat di istana dulu, ia selalu makan enak. Ada ayam panggang, sayuran kualitas terbaik, daging yang enak, aneka macam dessert seperti kue strawberry, kue cokelat, juga ada es krim berbagai rasa ditambah sirup yang menjadi pemanis.

Mengingat itu semua air mata gadis muda itu mengalir. Kehidupan Tuan Putrinya sudah berakhir. Kemewahan yang ia dapatkan sudah lenyap dan ia akan hidup seperti ini.

Hidup susah yang cuma bisa makan roti keras saja.

"Kenapa hidupku jadi seperti ini?" Ratap Zenit ditemani air mata. Menangis sendirian di dalam kamar penginapan kelas bawah ini.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Rosalia dengan langkah pincang masuk ke dalam kamar. Pakaiannya sungguh berantakan, rambutnya terurai dan terlihat kusut, kedua bola matanya memerah, dan jangan lupakan bekas-bekas merah di sekitar leher sampai bawah. Rosalia yang kelelahan memilih langsung tidur di kasur.

Zenit bukanlah anak kecil. Ia tahu 'pekerjaan' apa yang dilakukan Bibinya itu. ia sama sekali tidak bisa protes. Kalau protes, bisa saja harus ia yang melakukan 'pekerjaan' itu. Gadis berambut cokelat itu duduk di pojokan sambil memeluk lututnya. Berharap ia akan segera terlelap dan bangun dari mimpi buruk ini.

(WMMAP FANFIC) My Lovely Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang