#4

33.6K 2.2K 13
                                    

"Hai mate, senang menemuimu." katanya sambil tersenyum lembut.

Sedangkan Dean hanya bisa tersentak kaget, sebenarnya siapa laki-laki ini.
Dan Mate? Siapa Mate? Kenapa dia terus menyebutkan Mate?

"Kau ini sebenarnya siapa? Kenapa terus mengikuti ku?" tanya Dean.

Laki-laki itu duduk menegakkan dirinya, "Namaku Jordan Dandelion, kenapa aku mengikutimu? Karena kamu adalah takdirku, mate."

Setelah mendengar hal itu, Dean pikir laki-laki dihadapannya memiliki penyakit sakit jiwa.
Dean tidak minat untuk melanjutkan percakapan, berusaha menghabiskan makanan secepat mungkin agar bisa pergi dari laki-laki aneh ini.

Jordan terus memperhatikan Dean, matanya tidak lepas dari pergerakan Dean. Sangat cantik, satu kalimat yang muncul dalam otaknya saat melihat Dean.

Dean menyadari bahwa laki-laki ini terus melihat kearahnya, membuatnya sedikit risih. Dean menyudahi acara makannya, lalu segera bangkit.

Dengan cepat sebuah tangan menahan dirinya, "Kenapa?" tanya Jordan.

"Risih." kata Dean singkat menghempaskan tangan Jordan dengan kasar kemudian pergi meninggalkan Jordan.

Sedangkan laki-laki itu menatap punggung Dean yang menjauh hanya bisa mengepalkan tangannya. Terlihat urat-urat disekitar rahangnya mengeras.

"Tahan Jordan tahan, dia adalah mate kita." sesuatu yang didalam diri Jordan itu bersuara. Menahan agar manusianya tidak tersulut emosi dengan sikap mate-nya.

"Diam serigala bodoh, kau tidak lihat bagaimana mate kita mencampakan kita?!"

"Dia begitu karena sikapmu yang menyeramkan! Seperti penguntit! Jika kau berani menyakiti mate-ku akan ku ambil paksa tubuhmu ini sialan!"

Mendengar hal itu Jordan hanya bisa menghela napasnya. Apa yang dikatakan Justin benar, mungkin Dean menganggap Jordan seorang penguntit.

Setiap werewolf memiliki wolf didalam tubuhnya, dan dapat berkomunikasi dengan mindlink atau batin.

Dan juga setiap werewolf memiliki pasangan yang sudah dijadikan takdir oleh MoonGoddes disebut Mate.

Dia adalah serigala Alpha yang berada ditubuh Jordan, bernama Justin. Takdir yang sudah ditentukan MoonGoddes untuk Jordan adalah Deana Quinzel.

Berbicara tentang Dean, kini gadis itu sudah berada disebuah ruangan mikik organisasinya. Merapihkan beberapa berkas yang sudah terkumpul dimejanya.

Anggotanya memang selalu bisa diandalkan, dengan begitu Dean tidak perlu repot untuk mengumpulkan berkas itu.

Ponsel Dean berdering setelah dilihat, terdapat nama Arnes disana. Dean segera mengangkat panggilan itu, mungkin panggilan itu panggilan penting.

"Halo Dean, aku ada 2 tiket bios-"

Dengan cepat Dean memutuskan panggilan itu, ternyata itu bukan hal yang penting.

Dean melanjutkan kembali tugasnya, menjalankan hari seperti biasa nya.

Hari ini Dean merasa dirinya sedikit lelah, dan pusing karena memikirkan laki-laki aneh yang selalu menemuinya.

Ada apa dengan laki-laki itu? Apa Dean pernah melakukan kesalahan padanya? Dean hanya bisa memikirkan itu dalam benaknya sendiri. Tenggelam dalam pikirannya, membuat kepala Dean lelah.

Banyak sekali asumsi yang Dean simpulkan tentang laki-laki itu membuat dirinya frustasi.

Dean berjalan ke arah taman yang berada dibelakang rumahnya. Banyak sekali tanaman yang tumbuh sehat, dan bunga yang bermekaran. Taman ini adalah milik ibunya.

Ibunya sangat menyukai dan menyayangi tumbuhan. Bahkan sampai pernah menangis ketika melihat ranting kecil patah dihadapanya.

Taman ini sangat menenangkan, sampai Dean tidak sadar bahwa dirinya tidak sendiri.

"Deana sayang, sudah pulang?" suara lembut berasal dari belakang Dean, membuat Dean segera membalikan badannya.

"Ibu!" Dean berlari kecil kearah ibunya, lalu memeluknya.

Ibu Dean hanya bisa terkekeh melihat putrinya berlari kearahnya. Membalas pelukan Dean mengelus pelan punggung Dean, "Siapa yang berani mengganggu pikiran anakku in?"

Sangat hafal dengan kebiasaan putrinya. Dean akan pergi ketaman ini untuk menenangkan pikirannya, itu adalah kebiasaan Dean.

Dean hanya menggeleng pelan, "Tidak ada, aku hanya mencari ibu."

Ibu Dean sangat tahu itu hanya sebuah alasan yang dibuat, namun tidak ingin memaksakan Dean untuk berkata padanya. Ibu Dean memilih untuk menepuk bahu Dean dengan lembut.

-

Dilain sisi terlihat segerombolan orang sedang terkapar dengan meringis kesakitan.

Dan terlihat seseorang yang sedang memukuli orang yang lain dengan membabi buta.

"Alpah sudah hentikan! Dia bisa mati!" laki-laki yang bernama Sabian ini kini berusaha menghentikan Alpha-nya yang hilang kendali.

"Angkat si bedebah ini!" kata Jordan dengan tegas.

Mendengar perintah Jordan kedua orang yang berada disekitarnya segera mengangkat orang tersebut.

Mencengkram kerah musuhnya dengan kuat, terlihat banyak sekali lebam diwajah musuhnya akan tetapi masih belum cukup bagi Jordan.

"Jake, jika bukan karna Beta sialan ini menghentikan ku, kau sudah habis ditanganku sekarang!" kemudian pria bernama Jordan itu melepaskan cengkramannya dan meninggalkan semua orang sedang membersihkan mayat dan menyelamatkan orang yang masih bisa diselamatkan.

"Suasana hati Alpha sedang buruk, dan kau melaporkan bahwa adiknya hilang. Sangat malang sekali nasibmu Jake." Sabian kini memapah Jake menuju menara Witch untuk melakukan healing akibat amukan dari sang Alpha.

Lightmoon pack, merupakan salah satu pack yang makmur dan sejahtera dibawah pimpinan sang Alpha Jordan.

Jordan kini duduk menyendiri diatap kastilnya menatap langit, mengingat kejadian hari ini  dimana mate-nya mencampakannya.

Jordan sangat kesal karna tidak bisa mengambil hati Mate-nya.

Dilain pikiran Jordan memikirkan bahwa adiknya hilang entah kemana, memerintahkan ribuan pasukan untuk mencari adiknya seakan tidak cukup.

Haruskah dirinya yang mencarinya? Tapi Lightmoon pack tidak boleh kosong.

"Gamma Rehan segera cari keberadaan adikku bawa dia kembali secepatnya." Jordan yang sedang mengubungi sang Gamma dengan mindlinknya.

Tanpa menunggu waktu lama Rehan menjawab sang Alpha segera. "Baik Alpha."

Kini Jordan menatap bulan, "Moon Goddes tolong jaga adik dan mate-ku."

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang