#34

13.8K 1.2K 12
                                    

Jordan dan Dean berkeliling kota dengan menunggangi kuda. Menjadi pusat perhatian, banyak yang tersenyum ramah dan menyambut kedatangan Alpha dan Luna mereka dengan bahagia. Tapi tidak sedikit juga mencibir karena Dean hanya seorang manusia.

Akan tetapi itu hanya sebentar.

Karena saat Jordan mendengar hal itu ia segera turun dan menghampiri orang tersebut dan memberinya sedikit hukuman.

Tidak ada yang boleh mengatakan hal buruk sedikit pun kepada Dean saat berada dikawasannya.

Sampai hari sudah mulai gelap Jordan mengajak Dean untuk kembali ke kastil. Dean pun menyetujui hal itu. Sedangkan sedari tadi Dean memikirkan tentang bagaimana kehidupannya nantinya, bolehkah dia melanjutkan pendidikan dan bekerja secara normal?

Sejak berkeliling tadi Dean melihat banyak orang yang terburu-buru karna kesibukan. Sedangkan Dean? Selama tinggal di ke kastil Dean tidak memiliki kesibukan apapun selain bersama Jordan. Dan disaat Jordan pergi karena memiliki kesibukan, dirinya hanya sendiri dan tidak melakukan apapun. Kenapa belakangan ini banyak sekali hal yang menyibukkan pikirannya.

Tanpa Dean sadari kini mereka sudah sampai tujuan. Jordan turun terlebih dahulu untuk membantu Dean setelahnya. Lalu menggenggam tangan Dean dan mengajaknya ke suatu tempat. 

Dean hanya diam dan mengikutinya. Karena masih sibuk berkutat dengan pikirannya. Jordan menyadari bahwa ada yang mengganggu pikiran Dean. Akan tetapi Jordan akan menunggu sampai Dean mengatakan hal itu sendiri padanya.

Hari ini Jordan memiliki kejutan untuk Dean. Yaitu mengajak Dean untuk melakukan dinner berdua secara romantis. 

Sampai di tempat. Terlihat sepasang kursi putih dan satu meja bundar berukuran sedang dengan sekelopak bunga mawar yang berdiri ditengah dengan terhalang gelapnya malam karena disinari cahaya rembulan dan lilin-lilin yang menyala disekitar ruangan tersebut.

Melihat keharmonisan yang terjadi Dean dengan antusias berlari kecil untuk melihat lilin-lilin yang menyala. Jordan tersenyum melihat Dean. Apapun yang Dean lakukan sangat indah dimatanya.

Jordan memeluk Dean dari belakang. 

"Jordan, ada yang ingin aku tanyakan." kata Dean sambil mengelus tangan Jordan yang melingkar dipeurtnya.

"Silahkan Deana, tanyakan apapun pasti aku akan menjawabnya."

"Sebelumnya, aku akan mengatakan sesuatu yang sedikit panjang."  

Dean melepaskan pelukan Jordan dengan lembut dan membalikan badannya untuk berhadapan dengan Jordan. 

Jordan tersenyum lembut dan menempelkan dahinya dengan dahi milik Dean. 

"Hm, katakan apa yang kamu inginkan Deana."

"Aku harap kamu tidak marah dan mengizinkanku untuk melakukan hal ini, dan sebagai balasannya kamu boleh menentukan tanggal pernikahan kita kapanpun kamu mau."

Mendengar hal itu Justin didalam sana melompat kegirangan "Besok!!!" seru Justin disana.

"Eh suara siapa itu?" tanya Dean. 

"Anjing nakal Deana jangan hiraukan." 

"Sial manusia brengsek! Ini aku sayang, akhirnya sekarang kamu bisa mendengarku." 

Jordan memutar matanya dengan malas, memutuskan mindlinknya secara sepihak. Serigala perusak suasana. 

"Apa yang sangat ingin kamu lakukan sampai menawarkan hal itu padaku?" tanya Jordan.

"Aku ingin melanjutkan pendidikan dan bekerja, apa boleh? tolong izinkan aku, aku memang tidak terlalu pintar tapi aku hanya ingin melakukan hal normal yang seharusnya aku lakukan." 

"Hm, baiklah apapun yang kamu inginkan tapi itu terjadi setelah kita menikah oke?" Jordan menjawab dengan selembut mungkin. Apapun yang Dean inginkan akan darinya akan diwujudkan dengan senang hati.

Dean tersenyum mengangguk antusias. 

"Karena aku tidak seperti Justin yang terlalu buru-buru, aku akan menentukan tanggal pernikahan kita yaitu tanggal 18." kata Jordan.

Dean berpikir sejenak, "Jordan hari ini tanggal 16 dan tanggal 18 itu berarti lusa."

Jordan mengangguk dengan wajah lugunya, "Ya apa masalahnya? Setidaknya aku tidak seperti Justin yang ingin menikah besok."

Dean menghela napasnya, entahlah mereka tidak ada bedanya. Dean berjalan menuju kursi yang putih yang sedari tadi tidak digunakan.

"Tunggu, apa kamu marah? Kamu bilang itu keputusan ku jika aku mengizinkan." kata Jordan. 

Dean menatapnya malas, "Ya ya ya, lakukan apa yang kamu mau Alpha." sambil meneguk minuman yang sudah disediakan dimeja. 

Disamping itu para omega menyajikan makanan dimejanya. Dean mulai makan dengan lahap. 

"Deana, lusa itu tidak sebentar membutuhkan 48jam." 

"Iya Jordan sayangku, cintaku, manisku. Sekarang berhenti bicara dan makan." 

Jordan tersenyum lebar dan mengangguk. 

Dean hanya bisa pasrah entah tidak mengerti dengan pola pikir yang Jordan miliki. 

Sedikit senang bahwa dirinya dengan mudah mendapat izin dari Jordan. Meskipun dengan tawaran menikah, toh Dean juga mencintai Jordan. Bahkan kini mereka tinggal bersama.

Dean sudah tidak ingin menyakiti Jordan lagi.

Setelah menyelesaikan dinner Jordan izin pergi untuk mengurus beberapa hal di singgasananya.
Mendengar hal itu Dean mengajukan diri untuk menemaninya, lagi pula Dean tidak memiliki kesibukan apapun.

Dengan senang hati Jordan menerima tawaran Dean.

Sampai di aula dimana singgasana berada.

Ternyata sudah banyak yang menunggu disana. Mereka semua menoleh ke arah Jordan dan Dean lalu membungkuk hormat.

Dean diajak untuk duduk disebelahnya oleg Jordan. Dean melepaskan genggamannya, "Belum saatnya." lalu berdiri disebelah seseorang yang ketika dia menoleh ternyata itu Rehan.

Dean menoleh kaget, sedangkan Rehan memberi isyarat Dean untuk diam.

Jordan melihat hal itu hanya bisa menghela napas lalu duduk di singgasanaya.

Suasana di aula sedikit tegang dan mencekam.

Saat Jordan mulai duduk, ekspresinya benar-benar terlihat serius.
Dean hanya bisa mengagumi bagaimana Jordan yant terlihat sangat tampan dan berwibawa.

Dan mulai lah beberapa permintaan dan laporan yang diajukan. Secara bergantian para warga memisahkan diri untuk menghadap ke Jordan.

Dengan tegas Jordan menjawab semua pertanyaan dan permintaan yang diajukan padanya. Jiwa pemimpin yang dimilikinya sudah tidak diragukan lagi.

Pantas saja kota ini sangat nyaman dan tentram. Tidak banyak kekacauan, dan semua memiliki sikap yang baik tidak ricuh.

Jordan mendapati Dean yang sedang tersenyum ke arahnya. Lalu dia mengedipkan matanya sebelah sambil tersenyum simpul untuk menggoda Dean.

Reaksi Dean terkejut lalu memalingkan wajah.

Jordan hanya bisa tertawa kecil.

Sedangkan yang lainnya hanya kebingungan melihat Jordan yang tiba-tiba tertawa. Namun tidak ada seorangpun yang berani menghentikannya.

#TBC

The WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang